Kamis, 28 Juli 2022 11:50 WIB

Auditory Prosesing Disorder (APD)

Responsive image
1703
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Auditory Processing Disorder (APD) atau kelainan pemrosesan auditori juga dikenal sebagai Central Auditory Processing Disorder (CAPD) adalah gangguan pendengaran yang menimpa sekitar 5% anak usia sekolah. Anak-anak dengan kondisi ini tidak dapat memproses apa yang mereka dengar dengan cara yang sama seperti yang dilakukan anak-anak lain karena telinga dan otak mereka tidak sepenuhnya berkoordinasi. Auditory Processing Disorder bisa menyebabkan penderitanya sulit membedakan kata yang mirip. 

Sebagai contoh, ketika ada yang mengatakan “Tolong, bagikan kotak ini,” penderita mungkin mendengar “Tolong, berikan katak ini.” Akan tetapi, kondisi ini tidak sama dengan tuli dan gangguan belajar. Ada sesuatu yang mengganggu jalannya otak dalam mengenali dan menafsirkan suara, terutama ucapan. Dengan terapi yang tepat, anak-anak yang mengalami APD bisa sukses di sekolah dan di kehidupannya. Oleh sebab itu, diagnosis dini itu penting karena jika APD terlambat dideteksi, seorang anak bisa mengalami keterlambatan bicara dan bahasa atau masalah belajar lain di sekolah. Auditory Processing Disorder bisa terjadi pada siapa saja, tetapi kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama anak laki-laki. 

Penyebab Auditory Processing Disorder
Belum diketahui apa yang menyebabkan Auditory Processing Disorder. Meski begitu, kondisi ini terkait dengan beberapa penyakit dan kondisi berikut :

  • Glue ear atau penumpukan cairan di telinga tengah
  • Kelahiran prematur
  • Berat badan lahir rendah
  • Riwayat paparan dan keracunan timah
  • Faktor genetik
  • Otitis media
  • Perdarahan otak
  • Penyakit kuning
  • Cedera kepala
  • Multiple sclerosis
  • Tumor otak
  • Meningitis
  • Stroke

Gejala Auditory Processing Disorder
Gejala Auditory Processing Disorder bisa bervariasi pada setiap penderita, mulai dari ringan sampai berat. Beberapa gejalanya adalah :

  • Sulit membedakan kata dengan bunyi yang mirip, seperti kotak dengan katak.
  • Sulit memahami pembicaraan, terutama ketika suasana ramai, saat orang lain berbicara terlalu cepat, atau saat ada lebih dari satu orang yang berbicara.
  • Sulit berkonsentrasi atau menaruh perhatian pada pembicaraan, sehingga butuh waktu lama untuk memberi respon dan sering meminta orang lain mengulang perkataannya.
  • Sulit mengingat perintah yang diucapkan, terutama jika perintah tersebut terdiri dari beberapa tahapan.
  • Sulit mempelajari atau menikmati music.
  • Sulit menemukan sumber suara.

Kapan Harus ke Dokter
Periksakan  ke dokter  jika Anda atau anak Anda mengalami gejala atau tanda-tanda di atas. Pada anak-anak usia sekolah, Auditory Processing Disorder yang tidak dideteksi dan diatasi sejak dini dapat menyebabkan gangguan belajar. Auditory Processing Disorder juga dapat mempengarui kemampuan berbahasa serta berbicara. 

Pemeriksaan Auditory Processing Disorder
Dokter akan melakukan tes pendengaran untuk mendiagnosis Auditory Processing Disorder yang dilakukan secara rumit dan spesifik, seperti : 

  • Menguji kemampuan pasien mendengar suara dengan latar kebisingan yang berbeda-beda.
  • Menguji kemampuan pendengaran pasien saat berbicara dengan orang yang bicaranya cepat.
  • Menguji kemampuan mendengar pasien saat berbicara dengan orang yang berbeda aksen.
  • Menguji kemampuan mendengar pasien pada kondisi dengan kualitas suaranya kurang baik.

Selain tes-tes di atas, dokter juga akan melakukan tes pendengaran menggunakan elektroda. Tes ini dilakukan dengan memakaikan headphone ke telinga pasien dan memasang elektroda di kepala pasien, untuk menilai respons otak pasien terhadap suara.

Penanganan Auditory Processing Disorder
Terapi untuk Auditory Processing Disorder dapat dilakukan dengan bantuan dokter atau secara mandiri di rumah. Beberapa terapi tersebut adalah :

  • Terapi pendengaran, untuk melatih otak pasien menganalisa suara dengan lebih baik, dengan melakukan latihan mendeteksi sumber suara dan fokus mendengarkan suara tertentu ketika ada kebisingan.
  • Terapi wicara, untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi dan mengenali suara, serta juga bisa dilakukan untuk penderita yang kesulitan membaca.
  • Terapi lain, seperti latihan mengingat sesuatu dan memecahkan masalah.
  • Selain terapi di atas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kemampuan dengar, seperti :
  • Memilih tempat duduk di barisan depan saat guru mengajar.
  • Mengurangi atau menghilangkan suara yang dapat menimbulkan bising seperti TV, kipas angin, atau radio.
  • Menggunakan frequency modulation, yaitu alat pengeras suara yang tersambung dengan telinga pasien.

Bagi keluarga atau rekan pasien, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu melatih kemampuan mendengar pasien seperti :

  • Menghindari berbicara yang cepat, kurang jelas, atau panjang lebar kepada pasien.
  • Mengucapkan kata per kata dengan sangat jelas, sehingga pasien mengerti kalimat yang disampaikan.
  • Menggunakan gambar untuk membantu pasien memahami maksud yang ingin disampaikan.
  • Menekankan pesan atau perintah yang ingin disampaikan kepada pasien.
  • Mengulang informasi sampai pasien mengerti betul maksud pembicaraan.

 

Referensi :
Sofyan Adiputra. 2015. Diagnosis Kesulitan Belajar Sebagai Assessment Perencanaan Program Bimbingan dan Penyuluhan Bagi Pelajar Dyslexia dan Pedengaran Terganggu. Jurnal Pendidikan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Lampung.

Moore, D. 2019. Auditory Processing Disorder (APD). Ear Hear, 39(4), pp. 617.

Iliadou, et al. 2017. A European Perspective on Auditory Processing Disorder-Current Knowledge and Future Research Focus. Frontiers in Neurology, 8(622).

Kids Health. 2014. For Parents. Auditory Processing Disorder.

National Health Service. 2017. Health A-Z. Auditory Processing Disorder.

Mayo Clinic. 2019. Diseases & Conditions. Ear Infection (Middle Ear).

Schulman, J. Healthline. 2020. What is Auditory Processing Disorder (APD)?