Kamis, 28 Juli 2022 11:36 WIB

Emboli, Gejala dan Penyebabnya

Responsive image
9095
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Emboli berasal dari kata Yunani embolus, yang artinya sumbat. Emboli adalah kata benda bentuk jamak dari embolus, yaitu suatu massa, dapat berupa bekuan darah atau materi lain, yang terbawa aliran darah melalui pembuluh (darah), tersangkut di sebuah pembuluh darah atau percabangan yang terlalu kecil untuk dilewatinya sehingga menyumbat sirkulasi darah. Emboli adalah kondisi ketika pembuluh darah tersumbat oleh zat asing, seperti : gumpalan darah, gelembung udara, atau kolesterol. Kondisi ini bisa berbahaya dan harus segera diatasi, terutama bila terjadi di paru-paru atau otak. Tubuh memiliki 3 (tiga) jenis pembuluh yang berfungsi untuk mengatur aliran darah, yakni : arteri, vena, dan kapiler. Sirkulasi darah dimulai dari pembuluh arteri yang membawa darah kaya oksigen dari jantung untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Selanjutnya, darah yang dibawa oleh arteri disalurkan ke kapiler, yakni pembuluh kecil yang berperan dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida. Setelah oksigen dalam darah tersalurkan, darah yang miskin oksigen kemudian disalurkan ke pembuluh vena untuk dialirkan kembali ke jantung. Ketika pembuluh darah di suatu organ tersumbat, maka fungsi organ tersebut akan terganggu. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyumbatan ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ tersebut.

Penyebab Emboli

Emboli terjadi ketika pembuluh darah tersumbat oleh benda atau zat asing. Berikut ini adalah beberapa zat yang dapat mengakibatkan terbentuknya emboli :

1.      Gas

Gelembung gas atau udara yang menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah terjadi pada penyakit dekompresi. Kondisi ini biasanya dialami oleh penyelam yang terlalu cepat naik ke permukaan.

2.      Gumpalan Darah

Pembekuan darah umumnya berlangsung secara alami saat terjadi luka. Namun, pembekuan darah juga bisa terjadi tanpa adanya luka, misalnya pada kehamilan, obesitas, penyakit jantung, atau kanker. Pembekuan darah yang berlebihan dapat menyebabkan pembentukan gumpalan yang dapat menyumbat pembuluh darah.

3.      Kolesterol

Gumpalan darah akibat aterosklerosis dapat terlepas ke pembuluh darah sehingga berpotensi tersangkut dan menyumbat pembuluh darah di lokasi lain.

4.      Lemak

Patah tulang dapat membuat lemak di dalam tulang terlepas dan masuk ke dalam pembuluh darah. Akibatnya, lemak tersebut bisa menyumbat pembuluh darah.

5.      Air Ketuban

Meski jarang terjadi, air ketuban dapat bocor dan masuk ke pembuluh darah ibu sehingga menyebabkan penyumbatan.

Faktor Risiko Emboli

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami emboli, yakni :

·         Merokok

·         Berusia 60 tahun atau lebih.

·         Sedang hamil

·         Menderita obesitas atau berat badan berlebih.

·         Tidak aktif bergerak untuk waktu yang lama, misalnya karena menjalani rawat inap di rumah sakit.

·         Memiliki riwayat penyakit jantung, kelainan pada pembuluh darah vena, fibrilasi atrium, kanker atau diabetes.

·         Menderita infeksi atau peradangan yang parah.

·         Sedang menjalani terapi hormon.

Gejala Emboli

Gejala emboli tergantung pada jenis dan lokasi pembuluh darah yang tersumbat, serta pengaruhnya pada aliran darah. Makin besar ukuran pembuluh darah yang tersumbat, makin parah pula gejala yang ditimbulkan.

1.       Emboli paru, yang gejalanya antara lain :

·           Nyeri dada

·           Sesak napas

·           Batuk berdarah

·           Pusing

·           Keringat dingin

·           Kulit kebiruan (sianosis).

·           Detak jantung cepat atau tidak beraturan (takikardia).

·           Penurunan kesadaran atau pingsan.

2.       Stroke (emboli otak), yang ditandai dengan :

·           Wajah tidak simetris.

·           Kelumpuhan anggota tubuh.

·           Gangguan dalam berbicara.

3.       DVT (Deep Vein Thrombosis), yang gejalanya meliputi :

·           Bengkak dan nyeri di salah satu kaki.

·           Sakit di area yang tersumbat.

·           Rasa hangat di area yang mengalami penyumbatan.

·           Kemerahan pada kulit kaki yang terkena emboli.

Pemeriksaan Emboli

Dokter akan menanyakan gejala, riwayat penyakit, dan kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh. Setelah itu, dokter akan menjalankan beberapa pemeriksaan untuk memastikan diagnosis, yaitu:

·         Tes darah

·         Pemindaian dengan MRI atau CT scan.

·      Venografi, yaitu pemindaian dengan menggunakan foto Rontgen untuk melihat kondisi pembuluh darah vena.

·         Arteriogram, yaitu pemindaian dengan foto Rontgen untuk melihat kondisi pembuluh darah arteri, dengan bantuan zat pewarna kontras.

·         Doppler ultrasound.

·         Tes rekam jantung.

·         Tes fungsi paru dan jantung.

 

Referensi :

Soegimin Ardi Soewarno. 2017. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Strok Hemoragik Akibat Emboli Berdasarkan Hasil Scan Kepala di RSUD Margono Sukaryo. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Purwokerto.

Muhammad Perdana Airlangga. Diagnosis dan Tatalaksana Tromboemboli pada Kehamilan. Jurnal Obstetric dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Vetrugno, L., et al. 2021. Cerebral Fat Embolism After Traumatic Bone Fractures : A Structured Literature Review and Analysis of Published Case Reports. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine, 29(47).

Pacheco, L., et al. 2020. Amniotic Fluid Embolism : Principles of Early Clinical Management. American Journal of Obstetrics and Gynecology

Tawar, A., & Gokulakrishnan, P. 2019. Decompression Illness. Journal of Marine Medical Society, 21(2), 112.

Mayo Clinic. 2020. Diseases & Conditions. Pulmonary Embolism

Huizen, J. Healthline. 2019. What’s The Difference Between Thrombosis and Embolism? 

MedBroadcast. 2021. Embolism (Clot, Pulmonary Embolism, PE).