Rabu, 22 Juni 2022 23:25 WIB

Nyeri Pada Anak

Responsive image
2198
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Nyeri merupakan sumber utama distres bagi anak dan keluarga mereka dan juga penyedia perawatan kesehatan (Kyle & Carman, 2012). Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan jaringan. Nyeri sering timbul sebagai manifestasi klinis pada suatu proses patologis, dimana nyeri tersebut memrovokasi saraf - saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distres, atau penderitaan.

Nyeri menurut timbulnya digolongkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri yang menetap akibat sinyal nyeri yang terus menerus dikirimkan ke saraf selama beberapa minggu, bulan, bahkan tahun, dan sensasi normal yang dicetuskan dirasakan menetap selama lebih dari berbulan - bulan dapat dikatakan sebagai nyeri kronik. Nyeri kronik memberikan dampak yang serius terhadap kondisi pasien itu sendiri, karena nyeri yang tidak tertangani dengan baik maka dapat memperparah kondisi fisik maupun mental pasien. Rasa sakit dapat terjadi karena masalah kesehatan akut (mendadak) atau kronis (jangka panjang). Untuk nyeri akut, mungkin disebabkan oleh sakit mendadak atau trauma seperti jatuh atau kecelakaan kendaraan. Sakit kronis, di sisi lain, biasanya disebabkan oleh penyakit pelemahan, termasuk fibromyalgia, kondisi dimana tubuh menjadi sangat peka (beberapa area menjadi menyakitkan bila disentuh). Pasien juga mungkin mengalami kelelahan berat, yang secara drastis membatasi gerakan dan kegiatan.

Anak berbeda dengan orang dewasa yang memiliki kemampuan verbal dan mengungkapkan rasa nyeri secara tepat. Pemberi asuhan dan penyedia perawatan kesehatan mengalami kesulitan mengenali nyeri pada anak, hal tersebut disebabkan karena sulitnya mengkaji pengalaman nyeri yang kompleks dan minimnya sumber penelitian terkait dengan strategi peredaan nyeri pada anak. Nyeri adalah fakta kehidupan, dan semua orang, termasuk bayi yang baru lahir dan anak-anak rentan dan mampu mengalami sakit fisik, mental, dan emosional.

Perbedaan utama antara nyeri pada orang dewasa dan anak-anak adalah, tingkat pemahaman dan cara berkomunikasi. Orang dewasa diyakini memiliki pemahaman soal rasa sakit jauh lebih baik karena bertahun-tahun mengalaminya. Juga, mereka diharapkan lebih mampu berkomunikasi soal ini ketimbang anak-anak, yang mungkin tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan rasa sakit, apalagi gejalanya.

Sumber nyeri saat hospitalisasi meliputi prosedur tindakan medis, tindakan keperawatan, dan prosedur diagnostik Prosedur medik yang berulang akan menimbulkan nyeri yang berulang pada anak. Jika nyeri pada anak tidak dikelola dengan baik maka dapat menyebabkan konsekuensi fisik dan emosi serius, seperti peningkatan oksigen dan perubahan dalam metabolisme konsumsi oksigen dan perubahan dalam metabolisme glukosa darah.

Penilaian nyeri merupakan hal yang penting untuk mengetahui intensitas dan menentukan terapi yang efektif. Intensitas nyeri sebaiknya harus dinilai sedini mungkin dan sangat diperlukan komunikasi yang baik dengan pasien. Pengukuran derajat nyeri sebaiknya dilakukan dengan tepat karena sangat dipengaruhi oleh faktor subyektif seperti faktor fisiologis, psikologi, lingkungan. Karenanya, anamnesis berdasarkan pada pelaporan mandiri pasien yang bersifat sensitif dan konsisten sangatlah penting.

Penilaian intensitas nyeri dapat dapat diukur menggunakan berbagai cara, salah satunya skala NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) untuk bayi 0-1 tahun, Visual Analogue Scale (VAS) untuk anak > 8 tahun dan dewasa, Wong Baker FACES Pain Scale untuk dewasa dan anak > 3 tahun yang tidak dapat menggambarkan nyerinya dengan angka, FLACC (Face, Legs, Activity, Cry, and Consolability) untuk anak usia <3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau untuk pasienpasien anak yang tidak dapat dinilai dengan skala lain. Untuk memahami penilaian nyeri perlu dipertimbangkan beberapa hal yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

(Purwati, Rustina, & Sabri, 2010)(Azari, Safri, & Woferst, 2015)(Sembiring, Novayelinda, & Nauli, 2015)

 

Referensi:

·         Azari, M., Safri, & Woferst, R. (2015). Gambaran skala nyeri pada anak dengan menggunakan skala nyeri FLACC scale saat tindakan invasif. JOM, 2(2), 1–31.

·         Kyle, T., & Carman, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Ed 2, Vol. 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

·         Mangku G, Senapathi TGA. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks.

·         Purwati, N. H., Rustina, Y., & Sabri, L. (2010). Penurunan tingkat nyeri anak prasekolah yang menjalani penusukan intravena untuk pemasangan infus melalui terapi musik. Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(1), 49–53.https://doi.org/10.7454/jki.v13i1.231

·         Sembiring, S. U., Novayelinda, R., & Nauli, F. A. (2015). Perbandingan respon nyeri ana usia toddler dan prasekolah yang dilaukan prosedur invasif. JOM, 2(2).

·         Yudiyanta, Novita. (2015). Assessment Nyeri. Patient Comfort Assessment Guide