Rabu, 27 Juli 2022 14:48 WIB

Oral Hygiene Menggunakan NaCL 0,9%

Responsive image
6159
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Bayi dan anak-anak yang mengalami perawatan dirumah sakit karena adanya penyakit, membutuhkan asupan nutrisi. Tindakan rutin yang dilakukan dirumah sakit untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemasangan nasogastric tube (NGT). Pemasangan NGT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan, elektrolit dan pemberian obat. Penggunaan NGT membutuhkan perhatian pada daerah oral. Oral hygiene yang efektif sangat penting bagi kesehatan pasien, hal ini berkaitan dengan intervensi dan pengobatan.

Tidak hanya pasien yang dirawat diruang intensif yang memerlukan perhatian khususny di area mulut, namun pasien rawat gabung juga membutuhkan perhatian terkait oral hygiene. Perhatian perawatan biasanya hanya terfokus pada asuhan keperawatan lainnya, sehingga oral hygiene sering diabaikan. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya informasi tentang oral hygiene pada pasien, sehingga pasien yang tidak dilakukan oral hygiene secara adekuat dapat menimbulkan kejadian karies, infeksi mukosa mulut dan bibir kering. Oral hygiene adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi. Oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut, mencegah infeksi dan melembabkan membran mulut dan bibir.

Pemberian asuhan keperawatan untuk membersihkan mulut pasien sedikitnya dua kali sehari. oral hygiene yang adekuat pada pasien dapat mencegah penyebaran infeksi dan meningkatkan kenyamanan pasien. Oral hygiene menggunakan NACL lebih efektif menurunkan kerusakan membrane mukosa oral (Kurniawati, 2018). NaCl merupakan cairan fisiologis yang aman. Oral hygiene dilakukan setiap 12 jam sekali atau pada pagi dan sore hari.  NaCl 0,9% mampu mencegah bertambahnya koloni bakteri penyebab masalah kesehatan mulut.

Beberapa penelitian telah meneliti cairan lain yang dipakai dalam Oral hygiene misalnya chlorhexidine 0,2 % dan providone iodine, namun ditemukan ketidakefektifan chlorhexidine 0,2 % dalam mencegah dan menurunkan tingkat keparahan mukositis. Selain itu pasien yang diberikan chlorhexidine dan providone iodine mengeluh rasa yang tidak enak dan chlorhexidine menyebabkan iritasi, perubahan flora normal rongga mulut dan iodine menyebabkan risiko hipertiroid. Cairan lainnya yang bisa digunakan untu oral hygiene dan efektif adalah dengan menggunakan madu, tapi sayangnya madu tidak dapat digunakan pada anak usia dibawah satu tahun. Suatu Studi menyebutkan madu efektif untuk menurunkan mukosistis akibat kemoterapi dan tidak hanya menurunkan mukositis dengan cara tunggal seperti agen mouthwash lainnya yaitu chlorhexidine, providone iodine dan benzydamin HCL yang hanya berfungsi sebagai agen anti bakteri tetapi madu juga berfungsi sebagai antifungi sehingga penurunan mukositas terjadi secara signifikan.

Beberapa penelitian madu terbukti memiliki efektifitas yang baik sebagai antibakteri, antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, dan aktivator sistim imun. Asumsi peneliti, penggunaan madu dalam oral hygine dapat menekan pertumbuhan koloni bakteri pada anak yang dirawat di PICU sehingga anak terhindar dari masalah kesehatan mulut dan terhindar dari infeksi nosokomial akibat perawatan di rumah sakit. Penggunaan normal saline sangat efektif untuk oral hygiene karena normal saline merupakan cairan fisiologis yang sesuai dengan cairan tubuh. Normal saline tidak mengubah pH saliva, sehingga buffer alami mulut akan terjaga. Larutan normal saline tidak bersifat iritatif, sehingga fisiologi mulut tetap terjaga. Dengan demikian pertahanan mulut akan meringankan dan risiko terkena infeksi mulut akan berkurang. Oral hygiene menggunakan normal saline efektif dalam pencegahan kerusakan membrane mukosa oral.

Berdasarkan hasil systematic review yang menyebutkan bahwa larutan normal saline mengurangi kejadian mukositis oral pada pasien cancer. Hal ini disebabkan karena larutan salin (NaCl 0,9%) merupakan larutan isotonic yang aman, toksisitas rendah, tidak menyebabkan iritasi, membantu proses granulasi jaringan sehingga mempercepat penyembuhan. 

 

 

DAFTAR REFERENSI

Aboalizm, S., Kasemy, Z. (2016). Nurses knowledge, attitude and practice toward mounth hygiene among critical ill patients. International Journal of Novel Research in Healthcare and Nursing. Vol.3, Issue 3, pp: (1-15), Month: September-Desember 2016, ISSN 2394-7330. www.noveltyjournals.com

Bardy, J., Slevin, N., Male, K.L., &Mollasiotis. (2008). A systematic review of honey used and its potensial value within oncology care. Journal of Clinical Nursing, 17(1), 2604-2623

Dodd, M.J. (2004). The pathogenesis and characterization of oral mucositis associated with cancer therapy. Oncology Nursing Forum, 31 (4), 5- 12

Firouzian, A., & Khezri, H. (2014). A review of the common mouthwashes for oral care utilised by nurses in the critical intubated patients: A literature review of clinical effectiveness. International Journal of Caring Sciences. September-December 2014 Volume 7 Issue 3

Hashemi, A., Bahrololoumi, Z., Khaksar, Y., Saffarzadeh, N., Neamatzade, H., & Foroughi, E. (2015). Mouth-rinses for the prevention of chemotherapy induced oral mucositis in children: a systematic review. Iranian Journal of Pediatric Hematology Oncology Vo15.No2.

 

DOC, PROMKES, RSMH