Rabu, 27 Juli 2022 14:44 WIB

Gangguan Ginjal terkait Infeksi HIV (HIVAN)

Responsive image
3006
dr. Herleni Kartika, SpPD - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Tanggal  1 Desember  setiap tahunnya diperingati sebagai Hari AIDS sedunia. Peringatan tersebut mempunyai tujuan  untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat di seluruh dunia terhadap wabah penyakit AIDS yang sangat berbahaya bagi tubuh.

AIDS  (Acquired Immune Deficiency Syndrome)  merupakan suatu kumpulan gejala dan infeksi sindrom yang muncul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia lantaran terinfeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia.

Menurut data WHO tahun 2020, HIV masih menjadi masalah kesehatan   yang serius bagi dunia internasional, dan sejauh ini telah merenggut 36,3 juta jiwa. Di tahun 2020, tercatat 680.000 orang meninggal terkait HIV dan 1,5 juta orang tertular HIV. Diperkirakan ada 37,7 juta orang yang hidup dengan HIV per akhir tahun 2020, dan lebih dari dua pertiganya (25,4 juta) berada di wilayah Afrika

 

Salah satu morbiditas yang bisa ditimbulkan oleh virus ini adalah gangguan pada organ ginjal, bahkan sampai memerlukan terapi pengganti ginjal atau hemodialisis yang dikenal dengan istilah HIVAN atau HIV Associated Nephropathy. Penderita infeksi HIV memiliki risiko untuk terjadi gangguan fungsi ginjal akut maupun kronik.

Hingga saat ini belum ada obat untuk infeksi HIV. Namun, dengan meningkatnya akses ke pencegahan, diagnosis, pengobatan dan perawatan HIV yang efektif, infeksi HIV   merupakan penyakit kronis yang dapat ditangani.  Adanya layanan terkait ODHA (orang yang hidup dengan HIV/AIDS) membantu penderitanya  untuk dapat menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Pada saat diagnosis HIVditegakkan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi ginjal dengan pemeriksaan urin, dan kadar kreatinin darah, dan bila memungkinkan dapat diperiksa  rasio  urine albumin-to-creatinine atau protein-to-creatinine.  Pengobatan HIV dengan obat obat anti retroviral (ARV)  harus disertai dengan evaluasi fungsi ginjal minimal 1 kali/tahun jika kondisi pasien secara klinis stabil.   Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan lebih sering yakni 2-4 kali/tahun pada pasien HIV dengan riwayat penyakit ginjal kronis (PGK)   atau berisiko untuk menjadi   PGK.  Pemantauan fungsi ginjal lebih ketat juga dilakukan  pada   pasien penderita HIV yang dirawat rumah sakit, terutama jika pasien mengkonsumsi tenofovir (TDF) dan obat-obat nefrotoksik lainnya.  

Tenofovir disoproxil fumarate (TDF) merupakan prodrug dari tenofovir, yang banyak digunakan untuk mengobati infeksi HIV dan Hepatitis B pada pasien dewasa.   Obat ini bekerja dengan menghambat enzim reverse-transcriptase virus dan dieliminasi terutama melalui urin, melalui filtrasi glomerulus dan tubulus proksimal.  Penelitian uji klinis melaporkan hubungan antara penggunaan tenofovir dengan gangguan fungsi ginjal.  Mekanisme  nefrotoksisitas  tenofovir belum dipahami sepenuhnya, namun diduga terkait dengan akumulasi tenofovir di tubulus proksimal yang menyebabkan kerusakan mitokondria akibat dihambatnya DNA polymerase-mitokondria sehingga terjadi edema dan deplesi mitokondria.  Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah proteinuria ringan dan fosfaturia. Faktor risiko tubulopati termasuk usia, imunodefisiensi, diabetes, dan paparan tenofovir jangka panjang. 

Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai penyebabnya. Obat-obat nefrotoksik, salah satunya tenofovir merupakan penyebab gangguan fungsi ginjal yang signifikan pada pasien HIV. Kondisi ini  dapat menjadi penginga  untuk  melakukan berbagai upaya agar dapat menurunkan kejadian kerusakan fungsi ginjal terkait HIV. Selain evaluasi fungsi ginjal secara berkala, upaya mencegah dan meminimalisir HIVAN juga dapat dilakukan dengan cara penyesuaian dosis ARV terutama tenofovir.

 

Referensi:

1.       Jotwani V, Atta MG, Estrella MM. Kidney disease in HIV: moving beyond HIV-associated nephropathy. J Am Soc Nephrol. 2017;28(11):3142-54.

2.       Swanepoel CR, Atta MG, D’Agati VD, Estrella MM, Fogo AB, Naicker S, et al. Kidney disease in the setting of HIV infection: conclusions from a Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) controversies conference. Kidney Int. 2018;93:545-59.

3.       Wyatt CM, Klotman PE. Overview of kidney disease in HIV-positive patients. Alphen aan den Rijn, South Holland: Up To Date, Wolters Kluwer; 2019.