Rabu, 27 Juli 2022 13:28 WIB

Gagal Ginjal Kronik dan Penyebabnya

Responsive image
27329
dr. Herleni Kartika, SpPD, - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Dewasa ini, angka kejadian penyakit gagal ginjal kronik semakin meningkat. Dan seringkali saat terdiagnosis gagal ginjal kronik sudah dalam keadaan lanjut dan memerlukan tindakan terapi pengganti ginjal/cuci darah. Realita ini membuat individu yang mengalaminya menjadi sulit menerima pilihan pengobatan terapi pengganti ginjal dengan berbagai alasan maupun akibat mitos yang berkembang di kalangan masyarakat. 

Gagal ginjal terbagi menjadi 2 yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Definisi gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal baik struktur dan atau fungsinya yang berlangsung selama 3 bulan atau lebih. Apabila kondisi perubahan fungsi ginjal terjadi mendadak atau akut dan belum mencapai 3 bulan maka disebut gangguan ginjal akut. Penyebab terbanyak gagal ginjal kronik di Indonesia adalah penyakit diabetes mellitus/kencing manis dan hipertensi/tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Namun pandangan di masyarakat awam menganggap bahwa konsumsi obat darah tinggi atau obat kencing manis dalam jangka waktu lama yang justru dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.

Faktanya adalah semakin tidak terkendalinya gula darah atau tekanan darah maka akan semakin mempercepat progresivitas kedua penyakit tersebut dan terjadilah komplikasi salah satunya
adalah gagal ginjal. Selain kedua penyakit di atas, penyebab gagal ginjal lainnya adalah: infeksi ginjal berulang, penyakit autoimun, penyakit ginjal polikistik, pembesaran prostat, konsumsi obat anti inflamasi non steroid (OAINS) jangka lama dan tanpa pengawasan, sumbatan aliran urin misalnya karena batu di saluran kemih, pembesaran kelenjar prostat atau akibat penyakit keganasan misalnya kanker rahim. Kondisi lain seperti kegemukan, penyakit jantung dan penyakit hati kronik juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.

Gejala gagal ginjal kronik bervariasi, mulai dari tidak bergejala yang biasanya ditemui pada hasil laboratorium tes kesehatan. Selain itu bisa ditemukan juga adanya keluhan mual, muntah, sakit kepala, mudah merasa lelah, nafsu makan yang menurun, rasa gatal pada kulit, adanya perubahan dalam jumlah dan frekuensi buang air kecil, sembab atau bengkak pada kaki, perut yang semakin membesar, sesak nafas, kejang kejang hingga penurunan kesadaran.

Selanjutnya Dokter akan menggali informasi lebih dalam tentang gejala yang dirasakan dan riwayat perjalanan penyakit, serta melakukan pemeriksaan fisik yang dapat saja menemukan adanya kondisi pucat, tekanan darah yang tinggi Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya gagal ginjal kronik sedini mungkin adalah kadar hemoglobin (Hb), kadar ureum, kreatinin, pemeriksaan USG tractus geniourinarius, dan penghitungan laju filtrasi glomerulus (LFG) dan pemeriksaan urin/air seni untuk melihat adakah protein dalam urin.

Deteksi dini penyakit gagal ginjal kronik dapat membantu pasien agar mendapatkan penanganan sesegera mungkin dan mencegah atau memperlambat komplikasi yang terjadi. Adanya penyakit komorbid atau penyakit yang mendasari kerusakan ginjal juga harus dipertimbagkan dengan cermat, karena pengendalian terhadap penyakit komorbid misalnya hipertensi dan kencing manis dapat mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal kronik. 

Tatalaksana pada penyakit gagal ginjal kronik harus bersifat menyeluruh, mulai dari mengubah gaya hidup (lifestyle modification), mengobati penyakit yang mendasari, dan terapi pengganti ginjal. Pilihan terapi pengganti ginjal antara lain: hemodialisis/cuci darah baik dengan menggunakan mesin cuci darah atau cuci darah dengan menggunakan membran peritoneum pasien (CAPD/Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) dan cangkok/transplantasi ginjal.

Metode CAPD memiliki keuntungan dapat dilakukan di rumah sehingga sangat sesuai dengan era pandemic saat ini. Pasien yang sudah didiagnosis gagal ginjal tahap akhir biasanya memerlukan tindakan cuci darah 2-3 kali dalam seminggu. Terapi pengganti ginjal yang terbaik sampai saat ini adalah cangkok atau transplantasi ginjal namun prosesnya memerlukan waktu dan seringkali pasien kesulitan dalam mendapatkan donor ginjal yang cocok. 

Mencegah lebih baik daripada mengobati, Depkes RI mengingatkan pada masyarakat luas untuk selalu melaksanakan pola hidup sehat dan berperilaku “CERDIK”, yaitu:

  • C: Cek/periksa Kesehatan secara berkala
  • E: Enyahkan asap rokok. Baik perokok pasif maupun perokok aktif sama sama berisiko untuk mengalami kejadian penyakit jantung paru yang dapat menyebabkan beban ginjal yang semakin meningkat
  • R: Rajin aktifitas fisik. Lakukan olahraga yang terukur dan terjadwal minimal 15 menit per hari atau 90 menit semiggu
  • D: Diet sehat dengan kalori yang seimbang. Mengkonsumsi sumber nutrisi yang seimbang dan membatasi konsumsi makanan instan, tinggi garam, gula dan minyak. Dengan mengatur pola makan juga dapat menjaga berat badan yang ideal.
  • I: Istirahat yang cukup. Minimal 6-8 jam sehari
  • K: Kelola stress. Stress yang berlebihan dapat meningkatkan inflamasi yang berlangsung kronik.

 

Referensi:
Vaidya SR, Aeddula NR. Chronic Renal Failure. 2021 Jul 16. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan–. PMID: 30571025.  https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/ 30571025/

Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P). Kementerian Kesehatan RI. 2016

Riskesdas. Laporan Nasional Riskesdas 2018 [Internet]. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018. 1–628 p. Available from:  http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/ Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf

Doc, PROMKES, RSMH