Rabu, 27 Juli 2022 11:41 WIB

Perubahan Posisi Saat Bayi Fototerapi

Responsive image
2281
NYIMAS SRI WAHYUNI, S.KEP, NERS, M.KEP, SP.KEP.A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Bayi yang mendapatkan fototerapi merupakan bayi yang mengalami penampilan klinis berupa kekuningan diarea wajah, dada dan perut serta kenaikan nilai serum bilirubin total diatas nilai normal. Perawatan bayi dengan fototerapi salah satunya adalah untuk perubahan posisi untuk memaksimalkan paparan sinar terapi yang diberikan, dimana tujuan fototerapi untuk menurunkan nilai serum bilirubin total.

Fototerapi merupakan salah satu penatalaksanaan yang efektif pada neonatal hiperbilirubinemia (Shinwell, Sciaky, & Karplus, 2002)

Persiapan peralatan:                   

a.  Lampu fototerapi

b.  Eye shields (penutup mata)

c.   Pengaturan suhu inkubator yang sesuai

d.   Linen putih (penggunaan linen putih disekitar lampu fototerapi mampu meningkatkan efikasi terapi dengan meningkatkan intensitas penyinaran sehingga mengurangi lama fototerapi hingga lama hospitalisasi (Djokomuljanto et al, 2006)

Pelaksanaan:

a. Kebersihan tangan

b. Menyesuaikan suhu inkubator dan memantau suhu bayi secara berkala

c. Menjaga jarak antara inkubator dengan lampu sesuai dengan standar pemakaian alat, kemudian menyalakan alat fototerapi

d. Melakukan perubahan posisi untuk meningkatkan paparan sinar terhadap area permukaan kulit bayi

e.  Memastikan pelindung mata sesuai letaknya (tidak terlalu ketat maupun longgar)

f. Tetap melakukan perawatan bayi seperti mengganti diapers, menjaga kebersihan mata, pemantauan tanda vital bayi, pemberian makan

g.  Memantau intake-output cairan bayi serta balans cairan bayi secara berkala dengan menyesuaikan nilai IWL terhadap lama pemberian fototerapi

h.  Memantau kulit bayi secara berkala

i.  Setelah selesai terapi, mematikan lampu fototerapi, melakukan dokumentasi pelaksanaan. Tidak ditemukan perbedaan bermakna nilai rerata serum bilirubin total setelah pemberian fototeraapi 24 jam maupun 48 jam, sehingga tidak disarankan untuk memeriksa rebound bilirubinemia  setelah fototerapi (Jodeiry, Fakhraee, Kazemian, Afjiee, & Javaherizadeh, 2013).

 

Perubahan posisi pada neonatus selama pemberian fototerapi tidak meningkatkan keefektifan terapi dalam menurunkan nilai serum bilirubin total (Advani & Teguh, 2018; Donneborg, Knudsen, & Ebbesen, 2010). Rerata penurunan bilirubin per jam tidak berbeda secara bermakna antara kelompok supine dengan perubahan supine-prone yaitu sebesar -0,20 (SD 0,1) mg/dL/jam dan -0,22 (SD 0,1) mg/dL/jam (Bhethanabhotla et al., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Chen, Liu, Lai, Hwang, dan Hsu (2002) menunjukkan bahwa kelompok bayi yang dilakukan perubahan posisi supine-prone dengan posisi supine saja tidak memiliki perbedaan bermakna pada nilai rerata penurunan bilirubin selama fototerapi (p 0,89), sehingga perubahan posisi yang dilakukan dengan interval 2 jam tidak meningkatkan irradiation-exposed skin area. Lebih lanjut hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap persentase penurunan bilirubin pada 24 jam pertama antara kelompok perubahan posisi supine-prone dengan kelompok posisi tetap supine saja (p 0,47) yaitu 26% (SD 9,7) dan 24% (SD 9,5); sedangkan pada 24 jam kedua juga tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p 0,54) yaitu 17,4% (SD 8,5) dan 19,1% (SD 7,3).

 

Namun penelitian yang dilakukan oleh Shinwell, Sciaky dan Karplus (2002) menunjukkan penurunan konsentrasi serum bilirubin total yang bermakna pada kelompok posisi supine dibandingkan kelompok perubahan posisi supine-prone, dimana pengukuran tersebut dilakukan dengan menggunakan bilirubinometri transkutaneus pada bayi cukup bulan dengan berat lahir >2500 gram. Lebih lanjut penelitian ini menunjukkan penurunan bilirubin (persentase dari nilai awal) pada 3 jam pertama (dalam 24 jam pertama) pada kelompok supine terjadi sebesar 29% (SD 8), dan pada kelompok perubahan posisi supine-prone sebesar 21% (SD 10) (p 0,024); sedangkan lama fototerapi hingga mencapai nilai bilirubin 12 mg/dL pada kelompok supine 28 jam (SD 9) dan pada kelompok peralihan supine-prone 40 jam (SD 15) (p 0,003).

 

Meskipun perubahan posisi supine-prone tidak mendukung dalam penurunan nilai serum bilirubin total selama fototerapi, namun pemberian posisi prone dengan nesting yang terfiksasi merupakan salah satu metode efektif dalam memfasilitasi tidur tenang dan saturasi oksigen yang stabil (Tane, Rustina, & Waluyanti, 2019), dimana hal tersebut diperlukan selama perawatan neonatus dengan pemberian fototerapi.

 

Fototerapi merupakan salah penatalaksanaan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia, dimana dalam melakukan perawatan selama fototerapi ini salah satunya adalah peralihan posisi, walaupun perubahan posisi selama fototerapi tidak memberikan perbedaan bermakna dalam meningkatkan paparan radiasi sinar terhadap area kulit namun peralihan posisi terutama prone mampu mendukung status tidur tenang dan saturasi oksigen yang stabil pada neonatus yang diperlukan terutama selama perawatan fototerapi. Peralihan posisi terutama supine-prone tetap perlu dilakukan minimal interval 3 jam, karena pada waktu tersebut terjadi penurunan serum bilirubin yang cukup berarti yaitu sebesar 24-26%.

 

 

 

Referensi

Advani, M. S., & Teguh, A. (2018). Effect of neonatal position during phototherapy in reducing bilirubin serum: An evidence-based case report. Pediatr Ther 2018, Vol 8. http://doi.org/10.4172/2161-0665-C1-049

Bhethanabhotla, S., Thukral, A., Sankar, M. J., Agarwal, R., Paul, V. K., & Deorari, A. K. (2013). Effect of position of infant during phototherapy in management of hyperbilirubinemia in late preterm and term neonates: A randomized controlled trial. Journal of Perinatology, 33(10), 795–799. https://doi.org/10.1038/jp.2013.54

Chen, C.-M., Liu, S.-H., Lai, C.-C., Hwang, C.-C., & Hsu, H.-H. (2002). Changing position does not improve the efficacy of conventional phototherapy. Acta Paediatrica Taiwanica = Taiwan Er Ke Yi Xue Hui Za Zhi, 43, 255–258.

Djokomuljanto, S., Quah, B. S., Surini, Y., Noraida, R., Ismail, N. Z. N., Hansen, T. W. R., & Van Rostenberghe, H. (2006). Efficacy of phototherapy for neonatal jaundice is increased by the use of low-cost white reflecting curtains. Archives of Disease in Childhood: Fetal and Neonatal Edition, 91(6). https://doi.org/10.1136/adc.2006.095687

Donneborg, M. L., Knudsen, K. B., & Ebbesen, F. (2010). Effect of infants’ position on serum bilirubin level during conventional phototherapy. Acta Paediatrica, International Journal of Paediatrics, 99(8), 1131–1134. https://doi.org/10.1111/j.1651-2227.2010.01885.x

Jodeiry, B., Fakhraee, S. H., Kazemian, M., Afjiee, S. A., & Javaherizadeh, H. (2013). Rebound hyperbilirubinaemia in neonates admitted to Mofid Children’s Hospital, Tehran, Iran. SAJCH South African Journal of Child Health, 7(1), 22–24. https://doi.org/10.7196/SAJCH.428

Shinwell, E. S., Sciaky, Y., & Karplus, M. (2002). Effect of position changing on bilirubin levels during phototherapy. Journal of Perinatology, 22(3), 226–229. https://doi.org/10.1038/sj.jp.7210678

Tane, R., Rustina, Y., & Waluyanti, F. T. (2019). Nesting with Fixation and Position to Facilitate Quiet Sleep and Oxygen Saturation on Low-Birth Weight Infants. Comprehensive Child and Adolescent Nursing, 42(sup1), 29–37. https://doi.org/10.1080/24694193.2019.1577923

 

DOC, PROMKES, RSMH