Selasa, 26 Juli 2022 15:15 WIB

Nesting atau Bedong? Manakah yang Lebih Baik Bagi Bayi Premature?

Responsive image
2321
Muji Lestari, S.Kep.Ners - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Bayi premature adalah bayi yang lahir kurang dari usia 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan. Bayi premature umumnya memiliki berat lahir rendah, sehingga membutuhkan usaha penyesuaian terhadap kehidupan ekstrauterine yang lebih berat jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Selain itu bayi premature juga menghadapi ancaman terhadap kelangsungan hidupnya akibat maturasi organ yang belum tercapai saat dilahirkan.

Adapun masalah yang sering terjadi pada bayi premature antara lain : hipotermia, hipoglikemia, perdarahan intracranial, rentan terhadap infeksi, hiperbilrubinemia, kerusakan integritas kulit dan juga syndrome kegawatan pernapasan.
Konsep keperawatan yang berkembang di NICU saat ini bertujuan untuk memberikan perawatan yang mendukung perkembangan fisik, emosional, dan intelektual bagi bayi premature. Konsep ini dikenal dengan nama supportive developmental care. Hal ini dilakukan karena bayi premature yang dirawat di ruang NICU akan terpapar dengan lingkunan abnormal yang tidak selalu memberikan dukungan dan perlindungan seperti di dalam rahim ibu. Bayi premature rentan terhadap stimulus eksternal seperti tindakan invansif, suara yang bising, cahaya yang menyilaukan, suhu ruangan yang dingin, dan lain- lain.

Tindakan keperawatan yang bertujuan untuk meminimalkan hal-hal yang mempengaruhi respon imaturitas neurologis bayi terhadap stimulus eksternal antara lain dengan memberikan cahaya yang redup, suara yang rendah, kehangatan, sentuhan lembut, kontrol nyeri dan juga nesting. (Davis & Stein, 2004).

Nesting adalah metode yang dilakukan dengan menggulung kain membentuk seperti “sarang” untuk menyediakan stabiltas fisiologis, behavioral, dan postural bagi bayi premature. Nesting adalah salah
satu intervensi kunci dalam mempertahankan posisi yang bermanfaat bagi bayi premature yaitu dengan kedua tangan berada di dekat wajah dan kaki bersamaan menggunakan alat bantu untuk memposisikan dengan memberikan nesting yang aman dan nyaman. 

Sedangkan swaddling atau bedong adalah membungkus bayi dengan kain atau selimut yang lembut untuk menghindari terjadinya gerakan bebas anggota tubuhnya. Metode tradisional ini digunakan untuk menjaga bayi tenang melalui stimulasi lingkungan intrauterine dan juga meningkatkan pengaturan bayi saat diangkat. Tentunya bedong memberikan posisi fleksi anggota tubuhnya dan meningkatkan stabilitas neonates, menghemat energi, meningkatkan perkembangan dan reflek neurobehavioural pada neonates.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Abdeyazdan, et al pada 42 bayi premature di ruang NICU yang dilakukan intervensi nesting- bedong dan bedong-nesting secara bergantian tiap 2 jam dengan menunjukan bahwa rata-rata total waktu tidur (total sleep time) dan rata-rata waktu tidur tenang bayi saat di bedong maupun dengan nesting lebih lama jika dibandingkan dengan periode tanpa bedong atau nesting (p<0.001). Selain itu, rata-rata total waktu tidur bayi pada saat dibedong lebih tinggi dibandingkan saat dengan nesting, namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan yang signifkan (p=0.245).

Neonates yang dirawat di ruang NICU umumnya terpapar dengan berbagai stimulus dari lingkungan yang menyebabkan berkurangnya durasi tidur atau meningkatkan terjadinya gangguan tidur. Pada
neonates, gangguan tidur jangka pendek dapat menyebabkan tonus otot saraf simpatis meningkat, berisiko tinggi mengalami apneu obstruktif, dan meningkatkan persepsi nyeri. Tidur yang berkualitas
sangat berguna bagi perkembangan otak neonates. Tidur yang berkualitas sangat penting dalam perkembangan sistem sensori, struktur hippocampus, pons, brain stem, sistem motoric, sistem limbic,
memori jangka panjang, termoregulasi dan respon yang sesuai terhadap stimulus lingkungan.

Pada neonates terdapat 3 (tiga) tahap siklus tidur yaitu active sleep, quite sleep, dan undetermined sleep. Active sleep (REM) ditandai dengan adanya pergerakan mata yang cepat, napas yang tidak teratur, pergerakan wajah dan tubuh dan adanya pola EEG yang kontinu.

Quite sleep ditandai dengan tidak adanya fase REM dan pergerakan badan, adanya keteraturan napas, dan diskontinuitas pola EEG. Sedangkan indetermined sleep adalah fase tidur permulaan dan antara active sleep dan quite sleep. (Bertelle, 2007)

Fase tidur aktif efektif berperan dalam perkembangan sistem sensori selama periode fetal maupun neonatal. Sedangkan quite sleep memiliki peran penting dalam perkembangan memori jangka panjang dan kemampuan belajar. Kapasitas beradaptasi terhadap lingkungan sekitar, pembelajaran untuk merespon stimulus dari lingkungan dan koping terhadap perubahan dipengaruhi oleh kedua fase tidur tersebut. (Graven, 2008)

Dalam Noor, et al 2016 dijelaskan bahwa penggunaan nesting dengan fiksasi pada bayi premature dengan syndrome kegawatan napas menunjukan bahwa rata-rata saturasi oksigen pasien lebih stabil. Hasil pengamatan yang dilakukan pada frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, pemakaian alat bantu pernapasan serta dampak terhadap berat badan, didapatkan bahwa ada kaitan antara peningkatan berat badan dengan stabilnya frekuensi nadi dan pernapasan, lama pemakaian alat bantu napas menjadi lebih singkat. 

Penatalaksanaan utama pada bayi premature dengan syndrome kegawatan napas yaitu terapi oksigen yang meliputi ventilasi mekanik, pemberian surfaktan, inhalasi nitric oxide, dan dukungan nutrisi. Ventilasi mekanik merupakan salah satu tindakan untuk memberikan suplai oksigen pada bayi yang mengalami hipoksemia. Tindakan non- invansif juga dilakukan untuk meningkatkan efektifitas ventilasi dan perfusi. Salah satu tindakan non-invansif yang mendukung terapi oksigen adalah pengaturan posisi (Kusumaningrum, 2009).

Posisi yang terbaik untuk bayi premature adalah posisi fleksi karena dapat membantu mengurangi metabolisme dalam tubuh. Posisi ekstensi dapat meningkatkan stres yang akan mempengaruhi fungsi pernapasan dan kardiovaskuler yang dapat diketahui dari frekuensi nadi dan saturasi oksigen.
Dari literature review di atas didapatkan hasil bahwa nesting maupun bedong memberikan manfaat bagi kualitas tidur bayi premature dan meningkatkan efektifitas terapi oksigen sehingga menurunkan lama penggunaan alat bantu napas yang pada akhirnya akan menurunkan lama rawat inap. Belum ada studi khusus yang membandingkan efektifitas nesting dan bedong secara spesifik.

 

Referensi :

Abdeyazdan, Z., Ghahfarokhi, M.M., Ghazavi, Z., Mohammaizadeh, M. Effect of Nesting and Swadding on the Sleep Duration of Premature Infants Hospitalized in Neonatal Intensive Care Units. Iranian Journal of Nursing and Wifery Research 2016 : 552-556.

Ahmed, G.E.L., Mohammed, B.A. Effect of Implementing Learning Package of Nesting and Swaddling for Premature Infants on Nurses’ Knowledge and Perfomance in NICU. American Journal of Nursing Research 2019 : 428-436 

Bertelle, V., Sevestre A., Laou-Hap K, Nagahapitiye MC, Sizun J. Sleep in Neonatal Intensive Care Unit. Journal Perinatal Neonatal Nursing 2007 : 140-150

Graven, S., Browne, J. Sleep and Brain Development. Newborn Infant Nurse Rev 2008 : 173-179.

Kusumaningrum, A. 2009. Pengaruh Posisi Pronasi Terhadap Status Oksigenasi Bayi yang Menggunakan Ventilasi Mekanik di NICU RSUPN Cipto Mangunkusumo. Depok : Universitas Indonesia.

Noor, M., Hasanah, O., Ginting, R. Penggunaan Nesting dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas Saturasi Oksigen, Frekuensi Pernapasan, Nadi dan Suhu Pada Bayi dengan Gawat Napas : Studi Kasus.