Selasa, 26 Juli 2022 15:08 WIB

Menyusui Bagi Ibu Terkonfirmasi COVID-19

Responsive image
955
Menyusui Bagi Ibu Terkonfirmasi COVID-19 - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Menyusui merupakan pemberian air susu kepada bayi baik secara langsung pada payudara ibu ataupun melalui proses pemerasan (expressed breast-feeding) (Noel-Weiss J, 2012). Air susu ibu adalah cairan yang dieksresikan oleh kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang diproduksi sejak masa kehamilan. ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik karena ASI mengandung zat gizi hormon, faktor kekebalan tubuh, anti alergi, dan anti inflamasi. ASI mengandung hampir 200 unsur zat makanan. yang sangat diperlukan untuk membentuk imunitas dan sangat berperan penting untuk tumbuh kembang bayi.

Tetes ASI pertama ibu yang disebut kolostrum memiliki antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Pemberian kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI secara terus menerus merupakan perlindungan yang terbaik pada bayi karena bayi dapat terhindar dari penyakit dan memiliki zat anti kekebalan 10-17 kali daripada susu matang / matur (Soetjiningsih, dalam Khosidah, 2016). Pemberian kolostrum dapat dimulai sejak satu jam pertama bayi dilahirkan dengan melakukan praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD merupakan kesempatan bayi dapat menyusu secara alami dengan meletakkannya di perut ibunya selama satu jam setelah kelahiran. Bagaimana dengan ibu yang terkonfirmasi COVID-19? Apakah IMD boleh tetap dilakukan?

Apakah ibu masih boleh menyusui bayi?
Sebelum membahas lebih lanjut terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu COVID-19. Menurut Kemenkes RI (2020), Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan, sedang sampai berat. Di akhir tahun 2019 telah muncul jenis Virus Corona baru yakni Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). penularannya dapat terjadi oleh beberapa hal di antaranya droplet, kontak langsung, kontak tidak langsung, penularan asimptomatik, penularan antar keluarga, transmisi aerosol, penularan okuler dan penularan tinja oral. 

Secara tidak langsung hal ini dapat dihubungkan dengan IMD dan menyusui bayi. dimana kedua aktivitas ini dapat menyebabkan kontak langsung ibu dengan bayi dan menyebabkan tingginya risiko terjadi penularan virus. Meskipun penelitian secara langsung belum ada yang membuktikan COVID-19 menular dari dalam kandungan, sebagian besar aturan menyebutkan tidak boleh dilakukannya IMD pada bayi dengan ibu terkonfirmasi COVID-19 (Farid R, 2021).

Kemenkes RI (2020) dalam Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru menyebutkan berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per tanggal 14 September 2020, Dari total  pasien terkontamisasi positif COVID-19, sebanyak 5.316 orang (2,4%) adalah anak berusia 0-5 tahun dan terdapat 1,3% di antaranya meninggal dunia. Data ini menunjukkan bahwa bayi baru lahir juga merupakan sasaran yang rentan terhadap infeksi COVID-19 dan kondisi ini dikhawatirkan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten juga diperoleh data dalam kurun waktu pandemic sebanyak 2 bayi meninggal akibat COVID-19. Bayi tersebut sebelumnya kontak dengan ibu serta keluarga yang
terlambat diketahui terkonfirmasi virus ini. Hal ini mengidentifikasikan banyak hal di antaranya COVID-19 tidak mengenal usia terkait penularannya dimana bayi juga berisiko tinggi terjangkit virus ini. 

Selain itu dapat diketahui masih kurangnya pemahaman masyarakat terkait cara aman menyusui pada ibu dengan suspect atau yang terkonfirmasi COVID-19. Apakah tidak ada cara yang dapat dilakukan agar bayi tetap mendapatkan asupan asi terlebih kolostrum yang sangat penting untuk meningkatkan antibodi bayi? 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tubagus Ferdi Fadilah, Dewi Setiawati diperoleh hasil bahwa ASI dapat memberikan perlindungan kepada bayi terhadap penyakit infeksi, alergi dan penyakit metabolik melalui berbagai komponen zat kekebalan yang dikandungnya. Jika ibu menyusui dengan terduga infeksi, tidak memberikan ASI akan mengurangi nutrisi dan bayi kehilangan manfaat kekebalan dari ASI tersebut. Air susu ibu mengandung kadar antibodi tipe sekretori tinggi (sIgA), menyusui dari ibu yang pulih dari COVID-19 dapat menurunkan kekebalan ini kepada bayi. 

Selama ini sering dijumpai bayi dengan ibu terkonfirmasi COVID-19 selain langsung dipisahkan dengan ibu bayi juga langsung diberikan susu formula. Sebenarnya pemerintah telah mengatur cara aman dalam menyusui bayi walaupun ibu positif menderita COVID-19. Bersumber dari protokol petunjuk teknis praktis layanan kesehatan ibu dengan status terkonfirmasi positif COVID-19 masih boleh menyusui bayinya tetapi harus menerapkan beberapa protokol kesehatan dan konseling dengan dokter. Sebelumnya dokter terlebih dulu harus melakukan komunikasi risiko dimana :

  1. Ibu diberikan konseling tentang menyusui dan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi.
  2. Ibu dijelaskan risiko utama yang dihadapi bayi menyusu adalah kontak dekat dengan ibu, yang cenderung terjadi penularan melalui percikan ludah (droplet).
  3. Ibu dijelaskan bahwa nasihat klinis dapat berubah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
  4. Untuk ibu yang ingin tetap menyusui, tindakan pencegahan harus diambil untuk membatasi penyebaran virus ke bayi :
  • Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan payudara.
  • Mengenakan masker selama menyusui.
  • Membersihkan pompa ASI segera setelah penggunaan.
  • Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi yang sehat untuk memberikan ASI.
  • Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik), sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga persediaan ASI agar proses menyusui dapat berlanjut setelah ibu dan bayi disatukan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah pada ibu yang positif COVID-19 IMD tidak dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya penularan virus COVID-19 pada bayi. Tetapi ada cara yang dapat dilakukan agar bayi tetap memperoleh berbagai kandungan gizi dan manfaat dari ASI. Ibu terkonfirmasi virus ini masih boleh menyusui bayinya. Meski demikian, risiko bayi tertular infeksi virus dari ibu tetap ada. Penularan bisa terjadi ketika ibu yang positif COVID-19 menyentuh bayinya dengan tangan yang belum dicuci, juga ketika ibu menyusui batuk atau bersin di dekat bayinya. Tentunya keputusan ini tetap mengikuti berbagai protokol kesehatan yang telah diatur untuk meminimalisir risiko. Mengingat masih minimnya informasi mengenai infeksi virus ini pada ibu menyusui, penting bagi ibu untuk melakukan upaya pencegahan infeksi semaksimal mungkin.

 

Referensi :
Fadilah, Tubagus dan Dewi Setiawati. 2021. Aspek Imunologi Air Susu Ibu dan COVID-19. Penelitian Universitas Trisakti 2021. Diakses dari https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/lemlit/article/view/8629/6127

Kementrian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-4. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Protokol Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Selama Pandemi COVID-19 (B-4; pp. 1-11). Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru Revisi 2.

Khosidah. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas Tahun 2016.

Noel-Weiss J, Boersma S, Kujawa-Myles S. 2012. Questioning Current Definitions For Breastfeeding Research. Int Breastfeed J.

Unicef. 2007. Breast Crawl; Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl, Breast Crawl.