Hipotermia adalah suatu kondisi suhu dibawah batas normal (De Almeida et al., 2014) . Hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen dan dapat menimbulkan masalah pernapasan dan kadar gula darah bayi (Fastman, Howell, Holzman, & Kleinman, 2014). Selain itu hipotermia dapat menyebabkan gangguan metabolisme kalsium, terjadi insufisiensi ginjal, asidosis metabolik dan koagulaopati yang tidak diharapkan (Lubkowska et al., 2019) .
Penelitian Mccall, Alderdice, Halliday, Vohra, dan Johnston (2018) menyatakan bahwa setiap penurunan suhu 1°C akan meningkatkan angka kematian BBLR sebesar 28% dan terjadi sepsis onset lambat sebesar 11 % pada bayi BBLR. Tanda bayi hipotermia adalah kaki bayi dingin ketika disentuh, kemampuan menghisap menurun, penurunan aktivitas atau letargi dan menangis lemah (World Health Organisation, 1993).
Hipotermia menyebabkan perubahan mekanisme paru bahkan menghambat produksi surfaktan. Saat janin, produksi panas tubuh janin akan lebih hangat sebesar 0,5 o C dari tubuh ibu, namun saat terjadi proses kelahiran, bayi akan kehilangan panas sangat cepat karena adanya evaporasi dengan lingkungan luar dan terpapar udara luar yang berbeda dengan kondisi janin saat dikandungan, sedangkan bayi berat lahir rendah tidak mempunyai kompensasi yang baik terhadap kehilangan panas. Kehilangan panas berkisar 2-4 o C selang waktu 20-40 menit (De Almeida et al., 2014) .
Pencegahan hiportemia pada BBLR menjadi hal utama. Tindakan mencegah terjadinya hipotermi dengan menjaga suhu lingkungan dengan teknik pasif dan aktif. Teknik pasif yaitu menjaga suhu dengan alat- alat yang memberikan efek hangat pada bayi seperti penggunaan topi kepala dan plastik bayi, teknik aktif dengan menggunakan pemanas bayi dan perawatan metode kanguru (Vilinsky & Sheridan, 2014) .
Intervensi keperawatan diperlukan untuk mengatasi hipotermia pada kelahiran bayi prematur, terutama saat proses kelahiran bayi. Intervensi yang dapat dilakukan salah satunya adalah penggunaan skin wrap. Skin wrap secara harfiah berarti menyelimuti/membungkus kulit, ada dua jenis skin wrap yang bisa dipakai, plastik bisa langsug membungkus tubuh bayi (vynil isolation bag/ plastic bag) maupun menyelimuti bayi (polyethylene plastic) (Smith & Usher, 2013).
Adapun langkah-langkah intervensi yaitu:
Penggunaan plastik pada bayi prematur juga dapat mengurangi risiko saat transfer, baik itu dari kamar operasi (persalinan caesaria) dan dari kamar bersalin (persalinan normal). Plastic bag/wrap efektif mengurangi evaporasi pada bayi dengan cara memberikan perlindungan epidermal sehingga luas tubuh yang terpapar udara luar berkurang. Hal ini efektif mengurangi pelepasan panas tubuh bayi, dimana jenis plastik yang digunakan adalah polyethylene. Plastik polyethylene memiliki sifat fleksibel, kedap air dan kedap udara. Selain itu, plastik biasanya transparan sehingga mudah untuk melakukan pemantauan pada bayi (Langan et al., 2020) .
Referensi:
Casman, Ernawati, & Saragih, D. (2018). Efektifitas skin wrap dalam mencegah hipotermia pada kelahiran bayi prematur: studi literatur. JKH, 2(2), 13–22.
De Almeida, M. F. B., Guinsburg, R., Sancho, G. A., Rosa, I. R. M., Lamy, Z. C., Martinez, F. E., Da Silva, R. P. G. V. C., Ferrari, L. S. L., De Souza Rugolo, L. M. S., Abdallah, V. O. S., & Silveira, R. D. C. (2014). Hypothermia and early neonatal mortality in preterm infants. Journal of Pediatrics, 164(2), 271–276. https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2013.09.049
Langan, M., Watson, C., O’Connor, T., Moore, Z., & Patton, D. (2020). What is the effectiveness of combining warming mattresses and plastic bags versus plastic bags only for thermoregulation in preterm infants? A systematic review. Journal of Neonatal Nursing, 26(1), 30–36. https://doi.org/10.1016/j.jnn.2019.09.006
Smith, J., & Usher, K. (2013). Exsanguination, saved in a timely manner by the plastic wrap: A case review. Journal of Neonatal Nursing, 19(1), 3–9. https://doi.org/10.1016/j.jnn.2012.10.006