Selasa, 26 Juli 2022 13:02 WIB

Pentingnya Promosi Kesehatan Ibu Menyusui Selama Bayi Rawat Inap

Responsive image
640
Nyimas Sri Wahyuni,S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kep.A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Nutrisi bayi segera setelah kelahiran dapat dipenuhi  dari salah satu rekomendasi WHO yaitu inisiasi menyusui dini (IMD). Penelitian yang dilakukan Grant, (2012) membuktikan bahwa IMD mengurangi kematian bayi baru lahir sebanyak 16% bila dilakukan pada hari pertama dan 22% bila dilakukan pada satu jam pertama pasca kelahiran. Selain itu WHO dan UNCEF telah mencanangkan program Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI) sebagai dukungan penuh dalam upaya keberhasilan menyusui eksklusif. Sepuluh langkah keberhasilan pemberian ASI (Ten Step to Successful Breastfeeding) dalam BFHI diyakini dapat menjadi dasar pelaksanaan dalam meningkatkan cakupan ASI ekslusif (UNICEF & WHO, 2017). Hal ini merupakan upaya-upaya dalam meningkatkan cakupan ASI ekslusif di Indonesia dan di seluruh dunia. Namun kunci keberhasilan menyusui yang dibuat oleh WHO dan UNICEF lebih diperuntukan bagi bayi sehat. Oleh karena itu, keberhasilan pemberian ASI atau menyusui pada bayi sakit memerlukan strategi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi rumah sakit atau ruang Perinatologi setempat.

Nutrisi yang optimal juga sangat diperlukan untuk menunjang proses kejar tumbuh (catch up growth) khususnya pada bayi prematur (Lee, Nam, Lee, & Jun, 2019). Menurut Ionio, Mascheroni, Colombo, Castoldi, & Lista, (2019) dengan nutrisi yang adekuat pertumbuhan yang lebih cepat setelah kelahiran prematur dapat memprediksi kemampuan kognitif yang lebih baik. Menurut Wahyuni & Rustina, (2020) nutrisi pasca kelahiran yang tidak adekuat merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap kegagalan pertumbuhan. Kegagalan pertumbuhan pada bayi prematur merupakan hasil kompleks dari banyak faktor, termasuk morbiditas yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, kelainan endokrin, kerusakan sistem saraf pusat, kesulitan koordinasi menghisap dan menelan, dan pemberian obat yang mempengaruhi metabolisme nutrisi (Vidal, Candel, Martín, Tornero, & Sánchez, 2018). Malnutrisi pada periode perkembangan otak yang rentan terkait dengan penurunan jumlah sel otak serta defisit dalam perilaku, pembelajaran, dan memori (Rahmawati, 2010). Oleh karena itu, nutrisi yang tidak adekuat pada minggu-minggu pertama kehidupan dapat memberikan pengaruh buruk pada hasil perkembangan jangka panjang.

Memenuhi kebutuhan nutrisi (menyusu) pada bayi sakit atau bayi yang dirawat di rumah sakit merupakan tantangan tersendiri yang harus dipelajari dan dikembangkan oleh petugas kesehatan. Suasana penuh kehangatan sangat diperlukan dalam setiap proses perawatan khususnya ketika jadwal ibu-ibu menyusui bayi. Proses menyusui bayi di rumah sakit khususnya ruang perawatan khusus bayi baru lahir sering mengalami beberapa hambatan dikarenakan faktor lingkungan dan dampak hospitalisasi. Oleh karena itu, bayi sakit merupakan keadaan yang menyebabkan tidak efektifnya perlekatan ibu-bayi, dan menjadi alasan ibu untuk menunda bahkan menghentikan menyusui atau pemberian ASI.

Pemberian edukasi secara berkala dan memfasilitasi donor ASI merupakan beberapa stategi dalam upaya meningkatkan pemberian ASI. Banyak faktor yang menyebabkan pemberian ASI tidak maksimal. Selain faktor imaturitas bayi, faktor ketidaknyamanan ibu menjadi salah satu dari berbagai masalah pemberian ASI. Keadaan bayi yang sakit seringkali membuat ibu tersingirkan dari perhatian keluarga, suami bahkan petugas kesehatan. Prinsip keperawatan anak yang berpusat pada keluarga atau family centered care (FCC) harus terus menjadi fokus di dalam merawat pasien (Rustina, Suchaxaya, Srisuphan, Azwar, & Harrison, 2006). Tujuannya adalah koping keluarga yang efektif diharapkan dapat berkontribusi dalam pemenuhan nutrisi dan menyusu bayi yang adekuat. Meminimalkan bahkan mencegah ketidaknyamanan yang dirasakan ibu selama menyusui merupakan salah satu upaya pelaksanaan FCC.

 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Referensi:

Grant, J. (2012). Getting connected: How nurses can support mother / infant attachment in the neonatal intensive care unit. Newborn and Infant Nursing Reviews, 27(3), 75–82.

Ionio, C., Mascheroni, E., Colombo, C., Castoldi, F., & Lista, G. (2019). Stress and feelings in mothers and fathers in NICU: Identifying risk factors for early interventions. Primary Health Care Research & Development, 20(e81), 1–7. https://doi.org/10.1017/s1463423619000021

Lee, N. H., Nam, S. K., Lee, J., & Jun, Y. H. (2019). Clinical impact of admission hypothermia in very low birth weight infants: Results from Korean neonatal network. Korean Journal of Pediatrics, 62(10), 386–394. https://doi.org/10.3345/kjp.2019.00206

Rahmawati, N. (2010). Pendidikan ibu berhubungan dengan teknik menyusui pada ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-12 bulan. Indonesian Journal of Nursing and Midwifery, 5(1), 11–19.

Rustina, Y., Suchaxaya, P., Srisuphan, W., Azwar, A., & Harrison, L. (2006). Educational program for enhancing parental competency and outcomes of preterm infants. Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology, 30(1), 59–66.

Vidal, S., Candel, V., Martín, S., Tornero, T., & Sánchez, C. (2018). The effect of prenatal education classes on the birth expectations of Spanish women. Midwifery, 60(April 2017), 41–47. https://doi.org/10.1016/j.midw.2018.02.002

Wahyuni, N. S., & Rustina, Y. (2020). Model kognitif social Bandura dalam edukasi menyusui?: Literature Review. Dunia Keperawatan, 8(2), 58–66. https://doi.org/10.20527/dk.v8i1.7741

DOC, PROMKES, RSMH