Selasa, 26 Juli 2022 11:42 WIB

Mengenal Disfagia

Responsive image
10692
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Menelan mungkin terlihat seperti kegiatan yang sederhana, tetapi sebenarnya ini cukup rumit karena mengharuskan otak, saraf, otot, dan kerongkongan bekerja sama dalam waktu yang bersamaan. Berbagai macam penyakit dapat menyebabkan masalah menelan, salah satu yang umum terjadi adalah disfagia (gangguan menelan) pada penderita stroke. Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut, dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke . Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia.

Disfagia berarti kamu membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk memindahkan makanan maupun cairan dari mulut ke dalam perut. Sebagian orang mengalami disfagia dan tidak menyadarinya, hal ini membuat penyakit tersebut tidak terdiagnosis, dan terlambat diobati.

gejala-gejala Disfagia

1.    Tersedak saat makan

2.    Batuk atau tersedak saat menelan

3.    Ngiler

4.    Makanan atau asam lambung kembali naik ke tenggorokan

5.    Sakit maag berulang

6.    Suara serak

7.    Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada, atau di belakang tulang dada

8.    Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

9.    Membawa makanan kembali (regurgitasi)

10.  Kesulitan mengontrol makanan di mulut

11.  Kesulitan memulai proses menelan

12.  Pneumonia berulang

13.  Ketidakmampuan mengontrol air liur di mulut

Disfagia pada Penderita Stroke

Apabila ini hanya terjadi sesekali, maka kemungkinan besar kamu tidak perlu mengkhawatirkannya secara berlebihan. Kondisi tersebut umum disebabkan oleh kebiasaan makan terlalu cepat atau tidak mengunyah makanan dengan benar. Tetapi disfagia yang terus menerus, bisa saja mengindikasikan kondisi medis yang membutuhkan perawatan serius, termasuk stroke.

Dilansir dari NCBI, dari 100 pasien yang mengalami kecelakaan pembuluh darah di otak, sekitar 50-60 persen memiliki gejala disfagia. Sisanya diketahui memiliki bukti aspirasi atau penurunan kesadaran. Kedua gejala itu merupakan gejala tahap awal stroke yang paling umum terlihat.

Bagaimana Stroke Menyebabkan Disfagia?

Ada 3 (tiga) jenis menelan, pertama menelan secara tidak sadar yang terjadi kira-kira sekali setiap menit, kedua menelan refleksif yang dipicu oleh rangsangan tiba-tiba, seperti tetesan makanan yang tidak disengaja ke dalam faring, dan ketiga menelan yang terjadi saat makan.

Ketika menelan dipicu secara sadar dan melibatkan kemauan, ada banyak area otak yang diaktifkan. Hal tersebut tidak terjadi ketika seseorang mengalami stroke. Pada penderita penyakit stroke, biasanya 1 (satu) atau lebih area pada otak yang seharusnya aktif saat menelan mengalami kerusakan. Hal inilah yang kemudian akan mengganggu kemampuan seseorang untuk menelan.

Gejala-gejala disfagia juga dapat terjadi jika stroke menyerang batang otak, atau menyebabkan perdarahan di wilayah ini. Terakhir, kerusakan saraf atau otot di sepanjang sumbu deglutitif juga dapat menyebabkan disfagia.

Penanganan Disfagia

Berikut adalah beberapa metode penanganan gangguan menelan atau disfagia yang dibedakan berdasarkan jenis gangguannya.

1.       Penanganan untuk Disfagia Orofaringeal (Disfagia Tinggi)

Ini biasanya disebabkan gangguan pada saraf, seperti penyakit Parkinson dan stroke. Umumnya metode pengobatan yang dilakukan adalah :

a.    Terapi Menelan

Ini akan dilakukan dengan terapis bicara dan bahasa. Individu akan mempelajari cara baru menelan dengan benar. Latihan akan membantu meningkatkan otot dan cara mereka merespons.

b.      Diet

Memberikan beberapa makanan dan cairan, atau kombinasinya, yang lebih mudah untuk ditelan.

c.      Pemberian Makan Melalui Selang

Jika pasien berisiko mengalami pneumonia, malnutrisi, atau dehidrasi, mereka mungkin perlu diberi makan melalui selang hidung (selang nasogastrik) atau PEG (Gastrostomi Endoskopi Perkutan). Tabung PEG ditanamkan melalui pembedahan langsung ke perut dan melewati sayatan kecil di perut.

2.       Perawatan untuk Disfagia Esofagus (Disfagia Rendah)

Umumnya tindakan bedah diperlukan untuk mengatasi disfagia esofagus

a.    Pelebaran, jika kerongkongan perlu diperlebar (karena penyempitan, misalnya), balon kecil dapat dimasukkan dan kemudian digelembungkan (kemudian diangkat).

b.   Toksin botulinum (Botox) - biasanya digunakan untuk melumpuhkan otot di kerongkongan yang menjadi kaku (akalasia).

c.    Jika disfagia disebabkan oleh kanker, pasien akan dirujuk ke ahli onkologi untuk pengobatan dan mungkin perlu operasi pengangkatan tumor.

Dapatkah Disfagia Sembuh Secara Spontan?

Beberapa kondisi disfagia diketahui dapat membaik secara spontan dari waktu ke waktu. Hal ini juga berlaku pada kasus disfagia akibat stroke. Namun, jika sistem terutama yang melibatkan otot lurik, tidak digunakan, maka organ tubuh yang dipakai untuk menelan akan menjadi lemah dan mulai berhenti tumbuh.

Meskipun kemampuan menelan dapat kembali tanpa terapi, otot menelan akan menjadi semakin lemah selama masa tunggu ini. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menunda pengobatan dengan harapan gangguan ini bisa sembuh dengan sendirinya.

 

 

 

 

Referensi                :

1.  Bayu Fandi Ahmad. 2019. Perbedeaan Efektifitas Terapi Menelan Berdasarkan Karakteristik Demografi Pasien Disfagia Stroke. Jurnal Keperawatan Klinis, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2.   Ira Ristinawati, dkk. 2021 Hubungan Derajat Berat Disfagia dengan Perbaikan Derajad Stroke pada Pasien Stroke di RSUD Muwardi Surakarta. Jurnal Medical Smart Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.     Hagnyonowati. 2017. Penatalaksanaan Gizi pada Pasien Stroke dengan Disfagia. Jurnal Medika Hospitalia RSUD Karyadi Semarang.

4.      Rista D. Sutikno. 2007. Pencitraan Disfagia. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran Bandung.