Senin, 25 Juli 2022 12:32 WIB

Cegah Hipertensi Dengan Membaca Informasi Nilai Gizi Pada Label Kemasan Makanan

Responsive image
729
R. Lela Nurulhuda, SST - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Seiring dengan perubahan jaman, dalam kehidupan sehari-hari terutama pada masyarakat yang tinggal di perkotaan disadari atau tidak, mungkin kita lebih sering mengkonsumsi produk-produk industri atau makanan instan dibandingkan dengan makanan produk alami. Contohnya yaitu mie instan, biskuit, kornet, sosis, sayur kalengan, buah kalengan, susu, dan lain-lain.

Dengan seringnya mengkonsumsi makanan instan merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. (Hipertensi Kemenkes)

Mengkonsumsi terlalu banyak makanan tinggi garam merupakan salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terserang hipertensi. Makanan instan merupakan makanan yang umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan citarasa bagi produk tersebut. Jika zat aditif yang ditambahkan salah satunya adalah garam dan sejenisnya seperti Natrium dan Sodium maka makanan instan tersebut akan menjadi tinggi kadar garam nya. Di lain pihak, terdapat juga produk yang tidak menggunakan zat aditif, tetapi hanya dengan proses pengolahan dan pengemasan yang baik juga dapat mengawetkan suatu produk makanan maupun minuman.

Sebagai konsumen yang cerdas/bijak kita perlu lebih meluangkan waktu  dengan cermat membaca informasi gizi pada label kemasan makanan dan minuman yang akan kita beli dan kita konsumsi. Hal ini penting untuk memahami jumlah kandungan gula, lemak, dan tentunya garam untuk dapat mencegah lebih dini timbulnya hipertensi.

Label nutrisi merupakan informasi mengenai nilai gizi yang terkandung di dalam suatu produk makanan atau minuman. Label nutrisi dapat digunakan sebagai panduan dalam menjalani hidup sehat. Melalui label tersebut, kita dapat menentukan produk makanan atau minuman yang lebih sehat dan sesuai dengan kebutuhan atau kondisi tubuh. Jika dapat memahami dan membacanya dengan baik, label nutrisi dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan.

Kebanyakan orang, seringkali ketika membeli sebuah produk dalam kemasan hanya memperhatikan label expired dan atau tanggal kadaluarsa dan label harga produk, tapi abai dengan label informasi nilai gizi atau Nutrition Fact yang tertera pada kemasan. Padahal, informasi nilai gizi ini ada bukan hanya untuk pemanis kemasan, melainkan untuk kepentingan kesehatan.

Perlu diketahui, bahwa anjuran yang dicantumkan dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013  minimal konsumsi gula harian berkisar sebanyak 50 gram perhari atau setara dengan 4 sendok makan. Untuk garam sebanyak 5 gram perhari atau setara dengan 1 sendok teh, sedangkan untuk lemak sebesar 67 gram perhari atau setara dengan 5 sendok makan. Maka dari itu, jika kita ingin membeli atau mengonsumsi suatu produk, lihat dulu kadar gula, garam,dan lemak (GGL) yang ada didalamnya, sehingga bisa memantau agar konsumsi kita tidak lebih dari minimal kebutuhan konsumsi GGL.            

Yang perlu diingat juga adalah, sebagian makanan kemasan bukan untuk sekali makan, melainkan untuk beberapa kali penyajian. Sementara informasi nilai gizi pada label nutrisi, umumnya hanya untuk satu kali penyajian. Sehingga, jika mengkonsumsi produk tersebut lebih dari satu kali penyajian, maka kontribusi jumlah asupan kalori dan semua nutrisi yang ada pada produk tersebut akan lebih tinggi.  Begitu juga dengan kandungan lemak, gula, dan natrium (garam) yang tertera, hanya berdasarkan satu kali penyajian, bukan keseluruhan isi kemasan. Selain itu perhatikan juga persenan Angka Kecukupan Gizi (%AKG) untuk menyesuaikan dengan kebutuhan diri. Misalkan %AKG menunjukkan nilai 20 persen, maka kebutuhan nutrisi tersebut sudah terpenuhi sebanyak 20% bila dikonsumsi sesuai takaran.

Garam umumnya tertera dengan istilah sodium atau natrium pada kemasan. Kandungan garam dapat dikatakan tinggi bila suatu produk mengandung lebih dari 1,5 gram garam per 100 gram takaran saji dan tergolong rendah jika hanya mengandung 1,5 gram garam atau kurang per 100 gram takaran saji.

Orang yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi perlu membatasi konsumsi garam atau produk yang banyak mengandung garam, baik sodium maupun natrium. Penderita hipertensi bisa mencoba Diet Rendah Garam untuk mengurangi asupan garam dan menjaga tekanan darahnya tetap stabil. Penting untuk memahami jumlah kandungan garam yang akan dikonsumsi, baik dari garam yang dipakai sebagai bumbu dapur maupun garam yang tersembunyi dalam makanan. Namun untuk mensiasati hal ini maka disarankan untuk lebih teliti memilih makanan apa yang sekiranya memenuhi kebutuhan gizi harian. Kita dapat memilih makanan yang tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan selalu memperhatikan jumlah kalori pada setiap makanan yang kita konsumsi.

Jika memiliki pertanyaan seputar cara membaca label nutrisi atau masih bingung dalam menentukan asupan nutrisi yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau Ahli Gizi anda.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

DAFTAR PUSTAKA

[1]  Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makan Republik Indonesia Tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi.

[2]  Ananda, DS. (2021). Cegah Obesitas dengan Membaca Informasi Gizi pada Label Kemasan Makanan. Mengutip sumber internet URL

https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/05/090500523/cegah-obesitas-dengan-membaca-informasi-gizi-pada-label-kemasan-makanan?page=all, diakses 6 Januari 2022.

[3]  Andrian, Kevin. (2021). Memahami Label Nutrisi pada Produk Kemasan. Mengutip sumber internet URL https://www.alodokter.com/memahami-nilai-nutrisi-melalui-label-produk, 6 Januari 2022