Minggu, 24 Juli 2022 19:36 WIB

Bimbingan Relaksasi Distraksi terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi Hernia

Responsive image
1798
Neni Astini, Amk - RS Jiwa Prof.Dr.Soeroyo Magelang

Hernia merupakan penyakit yang sering terjadi pada laki-laki akibat dari lemahnya dinding rongga abdomen. Lemahnya sistem muskuloskeletal tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Hernia ini sering diderita bagi orang yang tinggal di pedesaan dibandingkan orang diperkotaan. Pekerja yang sering mengangkat terlalu berat sering menjadi salah satu penyebab banyaknya hernia pada laki-laki. Selain faktor di atas, faktor usia juga sangat berpengaruh terhadap kejadian hernia akibat proses penuaan yang terjadi. Sejalan dengan bertambahnya umur pada lansia, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi serta melemahkan rongga dinding abdomen. Adanya penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum.

Tanda Gejala Hernia

1.     Mengungkapkan turun berok, burut, atau kelingsir

2.     Mengatakan adanya benjolan di selakangan atau kemaluan

3.     Benjolan mengecil atau menghilang pada waktu tidur

4.     Dapat ditemukan adanya nyeri

Pasien pasca operasi hernia keluhan utama yang disampaikan oleh pasien adalah perasaan tidak nyaman karena nyeri. Nyeri ini timbul oleh adanya stimulus mekanik yang menyebabkan kerusakan jaringan akibat tindakan insisi pembedahan. Kebutuhan rasa nyaman nyeri individu dapat mempengaruhi perasaan tidak nyaman bagi tubuh. Rasa tidak nyaman ini ditunjukan dengan tanda dan gejala seperti ketika ada nyeri pasien akan menunjukan perilaku protektif dan tidak tenang, peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan pernafasan, diaforesis, wajah menyeringai perilaku distraksi (menangis dan merintih).

Efek Nyeri

1.     Vokalisasi

Efek vokalisasi yang menjadi tanda nyeri seperti merintih, menangis dan sesak nafas.

2.     Ekspresi wajah

Ekspresi wajah yang tampak terhadap nyeri adalah meringis, menggeletukan gigi, mengerutkan dahi, menutup mata mulut dengan rapat atau membuka mulut dan mata dengan lebar dan menggigit bibir.

3.     Gerakan tubuh

Gerakan tubuh yang terlihat saat nyeri terjadi adalah gelisah, imobilisasi, Ketegangan otot dan peningkatan gerakan jari dan tangan.

4.     Interaksi sosial

Interaksi sosial yang diperlihatkan saat individu mengalami kesakitan seperti menghindari percakapan, fokus hanya untuk menghilangkan nyeri, menghindari kontak sosial dan penurunan rentang perhatian.

Prosedur keperawatan yang dapat dilakukan berhubungan dengan kebutuhan rasa nyaman nyeri dapat dilaksanakan dengan cara relaksasi distraksi. Tehnik relaksasi distraksi merupakan tindakan keperawatan non farmakologi yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri, menurunkan ketegangan otot serta menimbulkan perasaan aman dan damai. Teknik ini dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori aktivasi retikuler yaitu menghambat stimulus nyeri ketika seseorang menerima masukan sensori yang cukup atau berlebihan, sehingga menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak.

Tujuan Relaksasi Distraksi

1.     Relaksasi menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress.

2.     Menurunkan nyeri otot.

3.     Menolong individu untuk melupakan nyeri.

4.     Meningkatkan periode istirahat dan tidur.

5.     Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain.

6.     Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri.

7.     Menurunkan ketegangan otot.

8.     Meningkatkan perasaan aman dan damai.

Prosedur Relaksasi Distraksi

1.     Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai kondisi pasien (duduk / berbaring)

2.     Mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman

3.     Meminta pasien memejamkan mata

4.  Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pasien pada kedua kakinya untuk dirilekkan, kendorkan seluruh otot – otot kakinya, perintahkan pasien untuk merasakan relaksasi kedua kaki pasien.

5.     Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya pada kedua tangan pasien, kendorkan otot – otot kedua tangannya, meminta pasien untuk merasakan relaksasi keduanya

6.     Memindahkan focus pikiran pasien pada bagian tubuhnya, emmerintahkan pasien untuk merilekkan otot – otot tubuh pasien mulai

7.     Meminta pasien untuk senyum agar otot – otot muka menjadi rileks

8.     Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pada masuknya udara lewat jalan nafas

9.     Membawa alam pikiran pasien menuju ke tempat yang menyenangkan pasien.

 

Referensi :

Hidayat, Aziz A. Keperawatan Dasar Kebutuhan Manusia. EGC, Jakarta, 2017.

Long, Barbara C. Perawatan Medikal Bedah 2. Alih Bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikian Keperawatan, Bandung, 2014.

Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius, Jakarta, 2014.

Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta, 2016.

Tamsuri, A. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC, Jakarta, 2014.

Wijayati, Sugih. Pengaruh Posisi Tidur Semi Fowler 45° terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUD Loekmono Hadi Kudus. Poltekkes Kemenkes Semarang, 2019.