Minggu, 24 Juli 2022 18:29 WIB

Masih Mau Pakai Headset?

Responsive image
1333
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Dengan meningkatnya teknologi audiovisual dan telekomunikasi saat ini, penggunaan headphone atau headset untuk mendengarkan musik meningkat pada kalangan remaja. Penggunaan headset ini tidak hanya dilakukan saat waktu luang untuk mengisi kebosanan, namun juga saat belajar dan ada pula yang memiliki kebiasaan menggunakan headset saat tidur. Kebiasaan itu tentunya dapat menimbulkan gangguan pendengaran serta munculnya gejala-gejala gangguan telinga yang dapat mengganggu fungsi pendengaran.

Indera pendengaran yang sehat penting dalam kehidupan manusia. Pendengaran adalah salah satu indera terpenting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebelas persen pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang (pendengaran sehat) diperoleh dari proses mendengarkan. Orang yang mengalami gangguan pendengaran, maka proses belajarnya akan terganggu. Pendengaran juga mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Ketika pendengaran seseorang mengalami gangguan, maka respon dan tingkah lakunya juga akan terpengaruh.

Gangguan telinga dan fungsi pendengaran dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan terhadap siapa saja. Gangguan fungsi telinga dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain proses penuaan, bawaan sejak lahir, keturunan, penyakit infeksi, trauma kepala termasuk akibat adanya paparan bunyi dengan frekuensi diatas 20.000 Hz (kebisingan) dalam jangka waktu tertentu.

Dengan meningkatnya teknologi audiovisual dan telekomunikasi saat ini, penggunaan headphone atau headset untuk mendengarkan musik meningkat pada kalangan remaja. Hal itu dapat menimbulkan bising kronik serta munculnya gejala-gejala gangguan telinga seperti gatal, nyeri, terasa berdengung, dan lain-lain yang pada akhirnya dapat mengganggu fungsi pendengaran.

Menurut The National Health and Nutrition Examination Survey America, pada tahun 1988, tercatat 15 % remaja mengalami masalah pada pendengaran. Jumlah tersebut melonjak menjadi 19,5 % pada tahun 2000. Lonjakkan ini menyebabkan para peneliti untuk menghubungkannya dengan kenaikan jumlah pengguna media pemutar musik. The EUs Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health Risks (SCENIHR) memperkirakan, sekitar 5 sampai 10 % pengguna alat pemutar musik berisiko kehilangan pendengaran permanen jika mereka mendengarkan musik lebih dari 1 jam sehari dengan tingkat volume tinggi, setidaknya untuk kurun waktu 5 tahun.

Dalam sebuah hasil pengamatan penelitian, banyak mahasiswa memiliki kebiasaan untuk menggunakan headset. Penggunaan headset ini tidak hanya dilakukan saat waktu luang untuk mengisi kebosanan, namun juga saat belajar dan ada pula yang memiliki kebiasaan menggunakan headset saat tidur. Kebiasaan menggunakan headset ini kemungkinan berefek pada pendengaran mereka sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran

Ada beberapa perilaku penggunaan headset yang dapat menjadi faktor pemicu penyebab terjadinya gangguan telinga, yaitu kebiasaan bertukar headset, kebiasaan menggunakan headset saat tidur, kebiasaan menggunakan headset saat olahraga, dan kebiasaan menggunakan headset di tempat yang ramai. Hal ini perlu diperhatikan juga karena kebiasaan-kebiasaan ini juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan telinga.

Dalam sebuah artikel yang berjudul Preventing Hearing Damage When Listening With Headphones (2007) risiko kehilangan pendengaran dapat terjadi ketika menggunakan headset disaat keadaan yang ribut di tempat kerja atau jalan dengan suara atau volume yang tinggi. Penggunaan headset selama olahraga juga membahayakan telinga. Ketika olahraga aerobik, darah dari telinga dipindahkan ke daerah ekstremitas dan meninggalkan telinga tengah sehingga lebih lemah dan mudah untuk mengalami kerusakan.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan menyimpulkan kebiasaan bertukar headset dapat meningkatkan transfer bakteri dari satu telinga ke telinga orang lain. Selain hal tersebut ada beberapa jenis headset yang penggunaannya dapat mempengaruhi penggunanya yaitu earbud atau earphone. Jenis headset tesebut tidak dapat meredam bising lingkungan dengan baik. Meskipun ini merupakan headphone terbaik untuk tujuan portabilitas, earbud headphone memiliki beberapa kelemahan. Beberapa pengguna merasa tidak nyaman dengan bentuknya yang kaku dan terbuat dari plastik. Dan biasanya headphone jenis ini dibuat dengan ukuran standar dan tetap serta tidak disesuaikan dengan ukur penggunanya. Kelemahan ketiga headphone earbud bahwa alat ini tidak pas di telinga dan tidak meredam kebisingan di luar dengan baik. Jadi headphone jenis ini tidak dapat meredam suara lingkungan. Hal tersebut memungkinkan penggunanya untuk menaikkan tingkat volume saat mendengarkan musik di lingkungan yang bising seperti jalan raya, kampus, kafetaria dan lain-lain.

Lain halnya dengan jenis headset circumaural dan juga canalphone, untuk jenis circumaural sepenuhnya mengelilingi telinga. Hal tersebut memungkinkan telinga penggunanya untuk sepenuhnya tertutup dan dirancang untuk menempel di kepala, sehingga memberikan banyak isolasi dari luar, yang bertujuan untuk meredam kebisingan (noise-canceling headphone) lingkungan yang tidak diinginkan. Hal tersebut memungkinkan penggunanya untuk dapat mendengarkan musik dengan volume minimum walaupun di lingkungan yang bising. Kekurangannya adalah dari ukurannya yang besar, berat, bisa membuat telinga berkeringat sehingga kurang fleksibel dan membuat penggunanya cepat lelah dan menyebabkan peningkatan kelembapan udara. Lain halnya dengan canalphone, jenis headset ini dapat meredam bising lingkungan dengan baik sehingga penggunanya tetap dapat menggunakan volume yang rendah dalam lingkungan yang ramai atau tingkat kebisingannya tinggi. Canalphone jauh lebih baik dalam meredam suara lingkungan (29-377dB) dibanding jenis headphone circumaural dan supraaural (8-11dB) ataupun jenis earbud. Kekurangannya adalah earpiece canalphone mudah tertempel kotoran telinga sehingga harus sering dibersihkan. Dari beberapa uraian di atas tentunya penggunaan headset, jelas banyak pengaruhnya bagi penggunanya. Mulai gejala gangguan telinga luar karena perubahan kelembapan udara dan iritasi akibat gesekan (seperti sakit, gatal, dan keluar cairan) dan gejala gangguan pendengaran (seperti penurunan pendengaran, telinga berdenging, sensitifitas telinga meningkat terhadap suara, dan sulit memahami pembicaraan di tempat ramai) selain hal tersebut juga penggunaan headset dapat menyebabkan kerusakan pada organ koklea. Hal ini bergantung pada lama penggunaan headset, tingkat volume yang dipilih, frekuensi penggunaan, kebisingan lingkungan saat menggunakan headset, jenis musik yang didengarkan dan karakteristik perilaku lainnya. Gangguan pendengaran dapat terjadi jika seseorang mendapat paparan bising secara terus-menerus dan cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama yakni 5 sampai 10 tahun. Selain itu penting juga untuk diperhatikan frekuensi dan durasi perilaku kebiasaan penggunaan headset karena frekuensi dan durasi penggunaan headset juga dapat mempengaruhi gangguan telinga. Ambang suara minimal yang dianggap dapat menurunkan fungsi pendengaran adalah 85 dB dengan paparan lebih dari 8 jam per hari. Intensitas yang dihasilkan oleh headset bisa mencapai 110 dB. Paparan suara berintensitas 110 dB, selama lebih dari 1 jam per hari dapat menurunkan fungsi pendengaran.

Meskipun demikian tentunya penggunaan headset lebih baik digunakan dengan mengurangi frekuensi kebiasaan penggunaannya, sebagai cara untuk mengurangi gangguan pada telinga karena perubahan kelembapan udara dan iritasi akibat gesekan yang disebabkan karena kebiasaan penggunaan headset, selain itu selalu membersihkan headset sebelum dan setelah digunakan, juga pengunaan headset secara wajar. Dan tentunya juga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait dengan pengaruh penggunaan headset bagi pendengaran.

 

Referensi :

A HeadWize Headphone Guide. 2007. Preventing Hearing Damage When Listening With Headphone.

Padmowihardjo, S. 2000. Metode Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta

Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health Risks. 2008. Potential Health Risks of Exposure to Noise From Personal Music Players and Mobile Phones Including a Music Playing Function.

Rabinowitz, PM. 2010. Noiseinduced Hearing Loss.

Rahadian, J.; Prastowo, N. A.; Haryono, R. 2010. Pengaruh Penggunaan Earphone terhadap Fungsi Pendengaran. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 60. No.10.

Putu Ria Dharma Patni, Hamsu Kadryan, Rifana Cholidah Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Pengaruh Kebiasaan Penggunaan Headset terhadap Gangguan  Telinga yang Terjadi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.