Sabtu, 23 Juli 2022 07:21 WIB

Peran Perawat Menghadapi Post Traumatic Stress Disorder Akibat Bencana

Responsive image
3243
Ardiansyah, SKM, MM - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Indonesia memiliki wilayah yang luas yang terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua
benua dan dua samudera, berada dalam wilayah yang memiliki kondisi georafis, geologis, hidrologis,
dan demografis yang rawan terhadap terjadinya bencana dengan frekuensi yang cukup tinggi. Indonesia berada di atas lempeng benua yang aktif, dijejeri dengan deretan gunung api yang sangat aktif yang disebut ring of fire.

Peristiwa bencana senantiasa disertai dengan cerita tragis penderitaan manusia yang seakan – akan
tidak ada habis – habisnya. Menyisakan kerusakan alam dan materi yang tidak ternilai serta hancurnya peradaban manusia.

Bencana Tsunami diaceh tahun 2004, misalnya, mengakibatkan 150 ribu orang meninggal dan puluhan ribu lainnya hilang, cedera, atau sakit. Ribuan janda dan anak yatim harus menyelesaikan masa hidupnya dengan penderitaan. Satu kampung atau desa musnah dalam sekejap berserta seluruh mahluk bernyawa, menyisakan puing – puing berserakan. Mungkin dibutuhkan puluhan atau ratusan tahun untuk memulihkan kondisi alam, lingkungan, atau tatanan sosial seperti semula.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupanmasyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Peraturan Pemerintah no.21 th.2008). 

Shanti Wardaningsih, M.Kep., Sp. Kep. Jiwa., PhD selaku Keynote Speaker dalam 4th International Emergency Nursing Camp (IENC) mengatakan “Trauma psikologis merupakan jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatik, dalam hal ini adalah bencana. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan ketidakteraturan regulasi neuropsikologi yang akan menggangu kemampuan korban dalam bertindak atau merespon suatu tindakan,” ujarnya ketika memberikan presentasi mengenai Psychological Problems in Disaster: Cause, Effect, and Treatment di ruang sidang A.R Fachruddin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ditahun 2017 yang lalu.

Menurut Nuari, bencana alam bisa menginisiasi berbagai macam gangguan seperti distress, disorder
dan health risk behaviour. Apabila hal tersebut tidak mendapatkan perhatian akan menyebabkan timbulnya PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) PTSD merupakan sindrom yang dialami oleh seseorang yang mengalami kejadian yang traumatis dan individu tersebut tidak mampu menghilangkan ingatan akan kejadian tersebut dari pikirannya. PTSD kemungkinan berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun atau sampai beberapa dekade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis.

Peran perawat sangat diperlukan dalam mengatasi gejala PTSD dengan memberikan terapi-terapi seperti, Cognitive Behavior Therapy (CBT), Trauma Healing dan permainan kelompok dapat diberikan pada anak-anak korban bencana untuk mengurangi resiko terjadinya gangguan stress pascatrauma akibat dari disaster. Hal ini merupakan bagian dari disaster nursing competency dalam mendukung fungsi psikologis para korban bencana.

Disaster nursing competency merupakan hal yang belakang ini menjadi trend dalam keperawatan di Indonesia karena letak posisi Indonesia yang penuh dengan gunung berapi sehingga mempunyai peluang terjadi bencana alam. Disaster nursing competency meliputi 4 kompetensi yaitu

  1. Kompetensi Mitigasi,
  2. Kompetensi Pencegahan,
  3. Kompetensi Respon, Dan
  4. Kompetensi Rehabilitasi/ Recovery.

Kompetensi respon meliputi perawatan terhadap komunitas; perawatan terhadap individu dan keluarga; perawatan psikologis dan perawatan terhadap kelompok yang rentan/ berkebutuhan khusus. Hal ini terkait dengan peran perawat dalam melakukan perawatan psikologis pasca bencana
agar tidak menimbulkan maslah psikologis pasien seperti adanya PTSD. Seorang perawat pada tahap tanggap darurat diharapkan dapat menyediakan perawatan kesehatan baik fisik dan mental. Perawatan disediakan dalam berbagai pengaturan dalam kondisi bencana yang membutuhkan perawat berpengetahuan, terampil dan kreatif. Seorang perawat dituntut mampu melakukan koordinasi perawatan, menentukan apakah standar pelayanan harus diubah, membuat rujukan yang tepat, triase, penilaian, pengendalian infeksi dan evaluasi.

Mengingat berbedanya treatment yang dibutuhkan korban bencana untuk menangani trauma psikologi, Shanti Wardaningsih, M.Kep., Sp. Kep. Jiwa., Ph.D dalam 4th International Emergency Nursing Camp (IENC) mengatakan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan. “Perawat dapat memberikan Psychological First Aid untuk korban. Pertolongannya mengacu pada beberapa aspek, pertama Safety, Calm, Connectedness, Self-Efficacy, dan Hope. Tujuannya agar perawat dapat merespon keadaan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh korban,” ungkapnya.

Semoga bermanfaat ....

 

Referensi
Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2008. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana 

Nuari, Nian Afrian, , Model Peningkatan Resiliensi Anak Usia Sekolah Pasca Letusan Gunung Kelud Kediri Berbasis Disaster Nursing Competency, Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada, Kediri

Ramli, Soehatman, 2010, Pedoman Praktis Manajemen Bencana (disaster manajemen), Dian Rakyat, Jakarta

https://www.umy.ac.id/perawat-beperan-penting-dalam-berikan-pertolongan-pertama-trauma-
psikologi, diakses tanggal 07 Desember 2021