Jumat, 22 Juli 2022 12:50 WIB

Eklamsia

Responsive image
33411
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Eklamsia adalah kelainan pada masa kehamilan, saat persalinan, atau setelah persalinan. Kondisi ini merupakan komplikasi berat dari pre-eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan dapat disertai koma. Ini merupakan kondisi langka namun serius, di mana tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kejang selama kehamilan. Kejang sendiri yakni periode aktivitas otak yang terganggu dan dapat menyebabkan kondisi penurunan kesadaran dan kejang hebat. Faktanya, eklamsia dapat memengaruhi sekitar 1 dari setiap 200 wanita dengan pre-eklamsia. Bahkan, siapapun dapat berisiko mengalami eklamsia meskipun tidak memiliki riwayat kejang. Eklamsia sering terjadi setelah pre-eklamsia, yang ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi yang terjadi pada kehamilan. Temuan lainnya mungkin juga ada seperti adanya protein dalam urine. Apabila pre-eklamsia memburuk dan memengaruhi otak, tentunya dapat menyebabkan kejang. Kondisi tersebut juga menandakan adanya potensi risiko eklamsia.

Gejala Eklamsia

Gejala utama eklamsia adalah kejang sebelum, selama, atau sesudah persalinan. Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu didahului dengan pre-eklamsia. Pre-eklamsia dapat timbul sejak minggu ke-20 kehamilan. Pada beberapa kasus, bisa terjadi impending eclampsia yang ditandai dengan :

  •  Tekanan darah yang semakin tinggi.
  •  Sakit kepala yang semakin parah.
  •  Mual dan muntah.
  •  Sakit perut terutama pada bagian perut kanan atas.
  •  Tangan dan kaki membengkak.
  •  Gangguan penglihatan
  •  Frekuensi dan jumlah urin yang berkurang (oligouria).
  •  Peningkatan kadar protein di urine.

Jika terus berlanjut, akan muncul kejang. Kejang akibat eklamsia bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan.

Kejang eklamsia dapat terjadi sekali atau berulang kali. Namun, ada 2 fase kejang yang bisa terjadi saat mengalami eklamsia, yaitu :

  •     Fase pertama

Pada fase ini, kejang akan terjadi selama 15-20 detik disertai dengan kedutan pada wajah, kemudian dilanjutkan dengan munculnya kontraksi otot di seluruh tubuh.

  •     Fase kedua

Fase kedua dimulai pada rahang, kemudian bergerak ke otot muka, kelopak mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama 60 detik. Pada fase kedua, kejang eklamsia akan membuat otot kontraksi dan rileks secara berulang-ulang dalam waktu yang cepat.

Penyebab Eklamsia

Hingga saat ini, penyebab terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia belum diketahui dengan pasti. Namun, faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko pre-eklamsia dan eklamsia pada ibu hamil adalah :

  • Memiliki riwayat menderita pre-eklamsia pada kehamilan sebelumnya.
  • Sedang menjalani kehamilan pertama atau memiliki jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun).
  • Memiliki riwayat hipertensi kronis atau hipertensi dalam kehamilan.
  • Hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
  • Mengalami kondisi dan penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, anemia sel sabit, obesitas, serta penyakit autoimun, seperti lupus dan Sindrom Antifosfolipid (APS).
  • Kondisi tertentu dalam kehamilan, seperti mengandung lebih dari satu janin atau hamil dengan program bayi tabung (IVF).

Pemeriksaan Eklamsia

Untuk memastikan eklampsia dan kerusakan organ yang sudah terjadi, akan dilakukan pemeriksaan penunjang berikut :

  • Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah secara keseluruhan.
  • Tes urine, untuk memeriksa keberadaan dan kadar protein di urine.
  • Tes fungsi hati, untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati.
  • Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk mengetahui kadar kreatin di ginjal dan mendeteksi adanya kerusakan ginjal.
  • Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan sehat.

Penanganan Eklamsia

Satu-satunya cara untuk mengobati eklamsia adalah dengan melahirkan bayi yang dikandung. Pada ibu hamil dengan pre-eklamsia yang memiliki risiko untuk mengalami eklamsia, dokter umumnya akan memberikan beberapa penanganan berikut :

  • Memberikan obat pengontrol tekanan darah dan suplemen vitamin.
  • Menyarankan untuk bed rest di rumah atau di rumah sakit, dengan posisi tidur menyamping ke kiri.
  • Memantau kondisi janin dan ibu hamil secara berkala.

Persalinan Lebih Awal

Ibu hamil yang menderita pre-eklamsia berat atau eklamsia akan dianjurkan untuk menjalani persalinan secepatnya. Bila janin belum cukup bulan untuk dilahirkan, dokter dapat memberikan suntikan obat golongan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Jika eklamsia terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 30 minggu ke bawah, dokter akan menganjurkan persalinan dengan operasi caesar.

 

 

 

Referensi                :

1.   I Gusti Agung Gede Utara. 2018. Eklamsia, Help Syndrome, Akut Respiratory, Distress Syndrome dan Pneumonia. Jurnal Kesehatan Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensive Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.

2.  Ajeng Dwi Imelda. 2017. Penanganan Awal Kejadian Preeklamsia Berat dan Eklamsia di Salah Satu Rumah Sakit Provinsi Lampung. Jurnal Keperawatan Program Studi Keperawatan Poltekkes Tanjung Karang.

3.  Peres, M. G., Mariana, M. & Cairrão, E. Pre-Eclampsia and Eclampsia : An Update on the Pharmacological Treatment Applied in Portugal. J Cardiovasc Dev Dis., 5(1), pp.

4.  Townsend, R., O'Brien, P. & Khalil, A. 2016. Current Best Practice in The Management of Hypertensive Disorders in Pregnancy. Integr Blood Press Control, 9.

5.  Leeman, L., Dresang, L.T., & Fontaine, P. American Family Physician. 2016. Hypertensive Disorders of Pregnancy.

6.     Stoppler, M. Emedicine Health. 2018. Eclampsia.

7.     Stoppler, M. MedicineNet. 2018. Pregnancy : Preeclampsia and Eclampsia.

8.     National Institute of Health. 2019. Medline Plus. Eclampsia.