Jumat, 22 Juli 2022 11:42 WIB

Pentingnya Miring Kanan dan Miring Kiri pada Anak yang Tirah Baring

Responsive image
5789
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Posisi miring kanan dan miring kiri merupakan posisi yang diberikan pada pasien tirah baring untuk mengurangi tekanan yang terlalu lama dan gaya gesekan pada kulit, di samping itu juga mencegah terbentuknya luka tekan, kemudian mengubah posisi setiap 2 jam sekali.

Pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf dan peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur.

Disfungsi otak mengakibatkan terjadinya hemiparesis sehingga bagian tubuh mengalami kelumpuhan sebagian yang berdampak pasien akan mengalami penurunan mobilitas fisik dan bedrest sehingga merusak integritas kulit yang menjadi faktor terbentuknya luka tekan. Tekanan tersebut menghambat oksigen yang menuju jaringan kulit akibatnya metabolisme seluler terganggu oleh karena berkurangnya sirkulasi ke jaringan kulit sehingga menyebabkan iskemi jaringan dan memperbesar pembuangan metabolik yang dapat mengakibatkan nekrosis.

Luka tekan atau pressure injuries adalah kerusakan jaringan lokal pada kulit atau jaringan dibawahnya akibat penonjolan tulang sebagai hasil dari tekanan atau tekanan yang bersamaan dengan adanya geseran. Luka dekubitus atau luka tekan disebabakan oleh beberapa faktor yaitu imobilisasi, gaya gesek, dan kelembapan kulit.

Posisi diatur berbaring kesamping kanan / kiri. Lengan yang dibawah tubuh diatur fleksi didepan kepala atau diatas bantal. Sebuah bantal dapat diletakkan dibawah kepala dan bahu. Untuk menyokong otot sternokleidomartoid dapat dipasang bantal di bawah tangan. Untuk mencegah lengan aduksi dan bahu beratasi ke dalam, sebuah bantal dapat diletakkan dibawahnya. Untuk mencegah paha beraduksi dan berotasi ke dalam, sebuah bantal dapat diletakkan di bawah kaki atas, sambil kaki atas diatur sedikit menekuk kedepan.

Tujuan mengatur posisi pasien adalah memberikan rasa nyaman pada pasien, mempertahankan atau menjaga postur tubuh tetap baik, menghindari komplikasi yang mungkin timbul akibat tirah baring. Posisi pasien sebaiknya dirubah setiap 2 jam bila tidak ada kontra indikasi.

Penatalaksanaan posisi miring kiri dan miring kanan dilakukan untuk mengurangi tekanan yang terlalu lama dan gaya gesekan pada kulit. Di samping itu, perubahan posisi untuk mencegah terbentuknya dekubitus dengan pemberian posisi setiap 2 jam sekali. Pemberian posisi miring kri dan kanan berpeluang untuk mengurangi tekanan dan gaya gesekan pada kulit. Sehingga dapat mencegah terjadinya dekubitus.

Peran perawat dalam mengurangi dekubitus sangat penting. Karena menjaga integritas kulit pasien merupakan salah satu aspek terpenting dalam memberikan asuhan keperawatam. Pemberian tindakan alih baring atau dengan posisi miring kanan dan miring kiri dapat menjadikan suatu alternatif untuk penatalkasanaan pasien koma untuk mencegah dekubitus. Selain itu juga dapat mengoleskan minyak pada kulit serta didukung oleh arat medis lainnya seperti pemberian bact pillow.

Selain untuk mencegah terjadinya luka tekan dan dekubitus, latihan Mobilisasi dini merupakan kegiatan yang penting pada periode post operasi guna mengembalikan kemampuan ADL pasien. Kurangnya latihan mobilisasi dini pasca operasi dapat menimbulkan lamanya hari perawatan dan menimbulkan infeksi. Latihan mobilisasi setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah trombosis dan tromboemboli. Latihan miring kiri dan kanan dilakukan selama berkala setiap 2 jam selama 3 hari.

Berdasarkan suatu studi, menemukan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini pada pasien pasca apendiktomi terhadap kembalinya pemenuhan ADL pasien pada 48 jam pertama dimana sebagian besar pada tingkat pemenuhan ADL mandiri dengan persentase 40.0%. dan ada pengaruh positif dari ROM Exercise dini pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) terhadap lama hari rawat, yaitu lama hari rawat lebih pendek 2 hari dibanding dengan pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) yang tidak dilaksanakan ROM Exercise dini.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Referensi:

Kurniari, N. K. R., Sukmandari, N. M. A., & Dewi, S. P. A. A. P. (2021). Pengaruh latihan mobilisasi miring kanan miring kiri terhadap lama hari rawat pada pasien pasca apendektomi di RSD Mangusada. Jurnal Online Keperawatan Indonesia, 4(1), 73–80. Retrieved from http://114.7.97.221/index.php/Keperawatan/article/view/2171

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Syender S.J. (2010). Buku ajar praktik keperawatan klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC

NPUAP, EPUAP, & PPPIA. (2014). Prevention and Treatment of Pressure Ulcers: Quic Reference Guide. Retrieved from https://ejurnal.biges.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/146

Potter. P. A. & Perry,A.G. (2013). Fundamental of Nursing; Eighth Editionst. Louis: Mosby Elsevier, Inc.

DOC, PROMKES, RSMH