Perubahan gaya hidup yang kurang sehat, seperti rendahnya tingkat aktivitas fisik dan pola makan yang tidak seimbang, telah memberikan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan berkontribusi pada meningkatnya prevalensi diabetes. Beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam perkembangan penyakit diabetes mellitus meliputi riwayat keluarga, lingkungan, usia, etnis, hipertensi, kebiasaan hidup yang tidak sehat, serta faktor psikologis seperti stres dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara faktor psikologis, yaitu stres dan depresi, dengan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Tingginya prevalensi diabetes memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan angka kesakitan dan kematian di seluruh dunia, mengingat kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang mengancam jiwa. Beberapa efek yang ditimbulkan oleh diabetes antara lain koma hiperglikemik akibat kadar glukosa darah yang sangat tinggi, ketoasidosis atau ketotoksisitas yang disebabkan oleh metabolisme lemak dan protein, terutama pada diabetes tipe 1 yang bergantung pada insulin, koma hipoglikemik akibat penggunaan insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol, penyakit mikrovaskular yang mempengaruhi organ dengan pembuluh darah kecil, gangguan jantung dan pembuluh darah seperti infark miokard atau gangguan fungsi jantung akibat arteritis, gangguan serebrovaskular atau stroke, gangren akibat neuropati diabetes, serta luka yang sulit sembuh. Penyebab pasti diabetes belum diketahui, namun beberapa faktor dianggap berhubungan dengan tingginya prevalensi diabetes, seperti riwayat keluarga, lingkungan, usia, obesitas, ras atau etnis, hipertensi, pola makan, dan kurangnya aktivitas fisik. Selain faktor-faktor risiko tersebut, masalah psikologis seperti stres dan depresi juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar gula darah. Stres adalah reaksi tubuh terhadap tekanan psikososial, seperti beban mental atau tantangan hidup. Stres mempengaruhi sistem endokrin dengan meningkatkan kadar gula darah. Secara fisiologis, stres mengubah kondisi tubuh, dan pada penderita diabetes, stres dapat menyebabkan kadar gula darah menjadi lebih sulit terkontrol.
Stres dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus
1. Stres adalah salah satu faktor psikologis yang berperan dalam peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dan kadar gula darah, di mana semakin tinggi tingkat stres, semakin tinggi pula kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus.
2. Secara fisiologis, stres dapat menyebabkan perubahan fungsi tubuh, seperti gangguan hormon, sistem imun, atau ketidakteraturan pada sistem pencernaan. Pada penderita diabetes, stres dapat memperburuk pengendalian kadar gula darah.
3. Stres merangsang organ endokrin untuk melepaskan epinefrin. Epinefrin memiliki efek yang signifikan dalam memicu proses glukoneogenesis di hati, yang akan menghasilkan pelepasan glukosa ke dalam darah dalam waktu singkat. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat saat seseorang mengalami stres atau ketegangan.
4. Peningkatan kadar gula darah terbukti berkaitan dengan tingkat stres, di mana individu dengan diabetes mellitus yang mengalami stres cenderung mengalami kenaikan kadar gula darah.
5. Stres juga dapat memengaruhi kebiasaan makan secara berlebihan dan mengurangi minat untuk berolahraga akibat kekurangan energi, yang pada gilirannya dapat memperburuk penumpukan gula darah yang tinggi.
Depresi dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus
1. Depresi menunjukkan hubungan positif dengan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus, di mana semakin tinggi tingkat depresi yang dialami, semakin tinggi pula kadar gula darah penderita diabetes mellitus.
2. Depresi adalah gangguan fungsi manusia yang berkaitan dengan perasaan sedih dan gejala-gejala yang menyertainya, seperti perubahan pola tidur dan nafsu makan, gangguan psikomotor, kesulitan dalam konsentrasi, anhedonia, kelelahan, serta perasaan putus asa dan tidak berdaya. Gangguan ini juga sering disebut sebagai gangguan mood, di mana perasaan yang dominan adalah rasa tidak berdaya dan hilangnya harapan. Individu yang menghadapi penyakit serius, seperti diabetes mellitus, berisiko mengalami depresi.
3. Faktor psikologis, seperti gangguan depresi, memiliki hubungan positif dengan peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hubungan biologis antara depresi dan kenaikan gula darah disebabkan oleh gangguan pada aksis HPA yang tidak stabil dan terlalu aktif. Sumbu HPA sendiri merupakan sistem yang diatur dengan ketat, yang berfungsi sebagai mekanisme tubuh untuk merespons stres, baik itu akut maupun kronis.
4. Aktivasi aksis HPA juga diikuti dengan stimulasi sistem saraf simpatis, yang memicu pelepasan katekolamin dan interleukin-6, yang kemudian mengaktifkan kaskade sitokin. Depresi dapat mengganggu mekanisme umpan balik yang seharusnya mengembalikan keseimbangan sistem hormonal ini, sehingga mengakibatkan peningkatan kadar kortisol dan katekolamin secara kronis. Kondisi ini akhirnya dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Referensi :
Priscilla L, Karen M. B, Gerene B. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5. EGC?: Jakarta.
Apriyanti M. 2018. Meracik Sendiri Obat dan Menu Sehat Bagi Penderita Diabetes Millitus. Cetakan Ke. Flo, editor. Yogyakarta.
Adam L, Tomayahu MB. 2019. Tingkat Stres dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus. Jambura Heal Sport J [Internet].
Manurung N, Ismail T. 2019. Terapi Reminiscence?: Solusi Pendekatan sebagai Upaya Tindakan Keperawatan dalam Menurunkan Kecemasan, Stress dan Depresi. Cetakan ke. Trans Info Media.