Jumat, 22 Juli 2022 11:07 WIB

Mengenal Obat Pengencer Darah pada Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Responsive image
75508
dr. Aditya Angela Adam, M.Biomed - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Obat pengencer darah adalah obat yang digunakan untuk memperlancar aliran darah di dalam tubuh. Pada kondisi penyakit jantung maupun pembuluh darah, sering kali terjadi gangguan aliran darah. Darah seharusnya bergerak dalam aliran yang lurus. Lancarnya aliran darah ini juga dipengaruhi oleh produksi zat pengencer darah oleh dinding pembuluh darah. Pada kondisi penyakit jantung, dapat terjadi turbulensi pada aliran darah ini. Aliran yang tidak beraturan menyebabkan tekanan pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah tidak memproduksi zat pengencer darah. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya bekuan darah.

Pada saat terjadi luka pada tubuh, sel yang merespon pertama kali adalah platelet/trombosit. Sel platelet akan menempelkan diri dan menutup luka tersebut. Setelah itu, tubuh akan mengaktifkan system pembekuan darah melalui zat-zat penggumpal darah, yang akan membentuk struktur seperti jaring-jaring yang mengikat sel-sel platelet. Hasil akhir dari proses ini adalah bekuan darah yang menutupi luka. Bekuan darah sebenarnya adalah mekanisme normal untuk mencegah perdarahan yang berlebihan saat trauma terjadi. Bekuan darah ini menjadi masalah bila terbentuk di dalam pembuluh darah karena dapat menyumbat aliran darah ke organ tubuh dan menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti serangan jantung dan stroke. 

Ada 2 jenis obat pengencer darah berdasarkan cara kerjanya, yaitu antiplatelet dan antikoagulan. Antikoagulan adalah obat yang Antiplatelet bekerja dengan cara memutuskan ikatan antara sel platelet. Contoh obatnya adalah aspirin dan clopidogrel. Sedangkan antikoagulan bekerja dengan cara mencegah terbentuknya jaring-jaring diantara sel platelet. Contoh obatnya adalah warfarin, rivaroxaban dan dabigatran.

Beberapa contoh penyakit jantung dan pembuluh darah yang membutuhkan obat pengencer darah, diantaranya gangguan irama jantung fibrilasi atrium, serangan jantung atau sindroma koroner akut, pasca operasi penggantian katub jantung, risiko penggumpalan darah setelah operasi, dan kelainan jantung bawaan, dan lain-lain. Efek samping dari obat-obatan pengencer darah adalah perdarahan, sehingga dosis pengobatan harus diatur sedemikian rupa sehingga cukup untuk mengencerkan darah tanpa meningkatkan risiko perdarahan spontan.

 

Referensi:

National Health System. 2021. Anticoagulant medicines. https://www.nhs.uk/conditions/anticoagulants. Diakses pada 31 Januari 2022. Jam 07.40 WIB.

Blood Thinner Pills: Your Guide to Using Them Safely. Content last reviewed November 2018. Agency for Healthcare Research and Quality, Rockville, MD. https://www.ahrq.gov/patients-consumers/diagnosis-treatment/treatments/btpills/btpills.html. Diakses pada 31 Januari 2022. Jam 07.30 WIB.

WebMD. 2018. Blood Thinners: Benefits, Risks, & How They Prevent Blood Clots (webmd.com). https://www.webmd.com/dvt/dvt-treatment-tips-for-taking-heparin-and-warfarin-safely. Diakses pada 31 Januari 2022. Jam 07.35 WIB.

Aaron Kandola. 2019. Warfarin diet: 19 foods to avoid. https://www.medicalnewstoday.com/articles/324419. Diakses pada 31 Januari 2022. Jam 08.00 WIB.