Senin, 30 September 2024 15:35 WIB

Gangguan Penglihatan pada Anak yang Harus Diwaspadai

Responsive image
491
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Sosialisasi adalah proses di mana individu belajar dan menginternalisasi nilai-nilai, norma-norma, dan perilaku yang diharapkan dalam masyarakat. Melalui sosialisasi, individu memahami peran sosialnya, membangun hubungan dengan orang lain, dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Proses ini dimulai sejak dini dan berlangsung sepanjang hidup seseorang. Keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media massa merupakan agen-agen sosialisasi utama yang membentuk cara pandang dan perilaku seseorang. Sosialisasi tidak hanya membantu individu untuk menjadi bagian dari masyarakat tetapi juga memungkinkan masyarakat untuk berfungsi secara harmonis dengan adanya norma-norma yang diterima secara umum. Sosialisasi juga melibatkan dua aspek utama: sosialisasi primer, yang terjadi di lingkungan keluarga dan tahap awal kehidupan, dan sosialisasi sekunder, yang melibatkan pengalaman di luar keluarga seperti di sekolah dan tempat kerja. Proses ini penting untuk integrasi sosial dan membantu individu menyesuaikan diri dengan perubahan dalam masyarakat. Dalam era kemajuan teknologi digital, dampaknya sangat terasa baik secara positif maupun negatif. Terutama bagi pelajar, gaya belajar mereka mengalami perubahan signifikan. Saat ini, pelajar diharapkan dapat mencari informasi dengan lebih mudah berkat teknologi seperti smartphone atau laptop. Namun, pengenalan perangkat digital kepada anak-anak usia sekolah dasar masih dianggap terlalu awal. Pada usia tersebut, anak-anak lebih disarankan untuk terlibat dalam aktivitas fisik dan permainan kelompok. Penggunaan gawai yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mata anak-anak. Gangguan kesehatan mata menjadi masalah penting, mengingat 80% informasi yang diterima anak selama 12 tahun pertama kehidupannya diperoleh melalui penglihatan. Mata adalah organ penglihatan yang penting dari lima indera yang kita miliki, yang berfungsi untuk melihat dan sangat diperlukan dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, pemeriksaan mata secara rutin dan teratur sangat dianjurkan, terutama sejak usia dini, agar gangguan penglihatan dapat dideteksi lebih awal. Masalah kesehatan mata, seperti miopia atau rabun jauh, menjadi semakin signifikan, terutama selama pandemi, dan memerlukan perhatian serius.

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Beberapa penyebabnya adalah :

1.    Selulitis Orbital. Selulitis orbital merupakan salah satu penyebab sakit mata pada anak yang memerlukan perhatian khusus. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang jaringan lemak, otot, dan tulang di sekitar bola mata. Infeksi ini bisa berasal dari rongga sinus, gigi, atau akibat cedera pada mata. Gejala selulitis orbital pada anak yang perlu diwaspadai, gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda, demam tinggi, nyeri kepala, Kesulitan dalam menggerakkan dan membuka mata, keresahan akibat kondisi mata, mata merah, nyeri, mengeluarkan cairan, dan bengkak. Pengobatan untuk sakit mata pada anak akibat selulitis orbital biasanya melibatkan pemberian antibiotik. Jika kondisi memburuk dan antibiotik tidak efektif, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan operasi. Penanganan selulitis orbital harus segera dilakukan, karena jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sepsis, meningitis, hingga kebutaan.

2.    Bintitan adalah jenis masalah mata yang sering terjadi pada anak-anak, ditandai dengan munculnya benjolan kecil di dalam atau sekitar kelopak mata. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Bintitan lebih mudah terjadi jika kebersihan mata anak tidak terjaga atau jika anak sering mengucek matanya dengan tangan yang kotor. Meskipun bintitan tergolong ringan dan biasanya bisa sembuh sendiri dalam waktu 1-2 minggu tanpa pengobatan, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi ketidaknyamanan. Orang tua dapat mengompres mata anak dengan air hangat selama 5-10 menit, 3-4 kali sehari, dan perlu mengingatkan anak untuk tidak menyentuh benjolan tersebut Orang tua juga harus waspada jika bintitan disertai dengan rasa sakit yang hebat, pembengkakan, penurunan penglihatan, atau keluarnya nanah atau darah. Jika kondisi ini terjadi, sebaiknya segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

3.    Konjungtivitis yang sering disebut mata merah, adalah salah satu penyebab sakit mata pada anak yang terjadi akibat peradangan pada konjungtiva, yaitu selaput transparan yang melindungi bola mata dan kaya akan pembuluh darah. Beberapa faktor yang dapat memicu peradangan ini meliputi :

a.      Paparan bahan kimia yang dapat mengiritasi mata

b.      Infeksi bakteri

c.      Reaksi alergi

d.      Kontak dengan debu, serbuk sari, dan asap

Gejala yang biasanya muncul pada anak dengan konjungtivitis meliputi :

a.      Ketidaknyamanan pada mata, sehingga anak sering mengucek mata

b.      Pembengkakan pada kelopak mata

c.      Keresahan akibat rasa perih dan gatal

d.      Munculnya kerak atau belek pada mata

e.      Kesulitan membuka mata, terutama saat baru bangun tidur

f.       Mata yang berwarna merah dan berair

g.      Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)

h.      Penglihatan yang kabur

Penanganan konjungtivitis tergantung pada penyebabnya. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik dalam bentuk tetes atau salep. Namun, jika konjungtivitis disebabkan oleh reaksi alergi, obat antialergi mungkin akan direkomendasikan.

4.    Sumbatan Saluran Air Mata

Jika anak berusia di bawah 1 tahun mengalami keluarnya air mata yang terus-menerus, orang tua perlu waspada karena ini bisa menjadi indikasi sumbatan pada saluran air mata. Kondisi ini umum terjadi pada bayi baru lahir dan biasanya sembuh dengan sendirinya saat anak mencapai usia 1 tahun. Selain air mata yang terus mengalir, gejala lain yang dapat menunjukkan adanya sumbatan meliputi :

a.      Pembengkakan di area sekitar mata

b.      Munculnya kerak pada mata (belek)

c.      Kesulitan membuka mata

Perawatan di rumah dapat dilakukan, seperti mengompres dengan air hangat, memberikan pijatan lembut, membersihkan kotoran di mata, serta menggunakan antibiotik jika terjadi infeksi. Namun, jika infeksi serius terjadi dan tidak merespons antibiotik, tindakan operasi mungkin diperlukan untuk mengatasi sumbatan saluran air mata.

5.    Kalazion

Kalazion adalah kondisi yang menyebabkan benjolan di kelopak mata anak akibat pembengkakan kelenjar minyak. Meskipun mirip dengan bintitan, kalazion tidak menimbulkan rasa nyeri dan pembengkakannya terjadi lebih lambat. Anak-anak dengan masalah kulit seperti rosacea atau eksim cenderung lebih rentan mengalami kalazion. Untuk mengurangi benjolan, disarankan untuk melakukan kompres hangat, menjaga kebersihan kelopak mata, dan melakukan pijatan lembut. Jika kalazion tidak membaik setelah melakukan langkah-langkah tersebut, tindakan operasi mungkin diperlukan.

 

Referensi :

Liu, S. M., Chang, F. C., Chen, C. Y., Shih, S. F., Meng, B., Ng, E., & Fang, W. T. 2021. Effects of Parental Involvement In a Preschool-Based Eye Health Intervention Regarding Children’s Screen Use In China.

Abdulatif, S., & Lestari, T. 2021. Pengaruh Gadget terhadap Perkembangan Sosial Anak di Masa Pandemi.

Rahmania, N., Dorahman, B., & Sunaryo, S. 2023. Analisis Dampak Negatif Penggunaan Gadget Ditinjau dari Perilaku Siswa.

Susilo, B. 2019. Dampak Positif Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Tumbuh Kembang Anak.