Kamis, 21 Juli 2022 16:13 WIB

Nyeri Kanker

Responsive image
12411
Gustri putri, SST - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pasien penderita kanker. Rasa nyeri tersebut bisa berasal dari kanker itu sendiri karena sel-sel abnormal ini tumbuh dan merusak jaringan di sekitarnya. Tumor yang terus membesar juga akan menyebabkan tekanan pada syaraf, tulang atau organ sehingga menimbulkan rasa sakit. Rasa nyeri juga dapat berasal dari zat-zat kimia yang dilepaskan oleh sel kanker ke bagian tumor.

Rasa nyeri yang dirasakan penderita berbeda - beda tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi kanker dan penyebab kankernya termasuk efek samping pengobatan. Nyeri dapat muncul tiba-tiba berlangsung singkat atau bertahan lebih lama. Rasa nyeri yang timbul pun sangat beragam, mulai dari rasa tertekan, pegal, ngilu, perih, rasa terbakar maupun seperti ditusuk-tusuk benda tajam. Pencetus nyeri pun bermacam-macam, ada yang hilang timbul tidak menentu, ada yang nyeri saat beraktifitas saja, dan ada yang timbul terus- menerus.

Nyeri pada penderita kanker ini menjadi masalah yang paling umum dan paling banyak dikeluhkan. Jika masalah nyeri ini dapat diatasi dengan obat-obatan atau terapi nyeri maka kualitas hidup penderitanya akan meningkat, tidur lebih nyenyak dan penderitanya dapat beraktifitas tanpa gangguan yang berarti. Nyeri biasanya muncul akibat penekanan massa kanker. Selain itu juga bisa muncul akibat efek samping pengobatan kanker seperti kemoterapi, pembedahan dan obat-obatan.

Tingkat nyeri yang dialami seseorang dapat bervariasi karena dipengaruhi sejumlah faktor seperti jenis kanker yang diderita, stadium dan kepekaan pasien sendiri pada nyeri. Nyeri sendiri ada yang termasuk kategori ringan, sedang dan berat. Jika sudah termasuk nyeri dalam skala berat tentu akan menyulitkan pasien untuk melakukan aktifitas sehari- hari.

Dengan pengendalian nyeri yang tepat maka kualitas hidup penderita kanker akan lebih tinggi. Nyeri akibat kanker tidak dapat dihilangkan namun dapat dikendalikan.

Menurut Garden dan Eddy (2007), dalam jurnal Tata Laksana Farmakologis Nyeri Kanker, diperkirakan akan ada 15 juta kasus kanker baru seperti yang diprediksi oleh Badan Kesehatan Dunia. Hal yang terpenting adalah menentukan nyeri macam apa yang diderita oleh pasien. Setelah itu pengobatan dilakukan dengan penggunaan anak tangga nyeri. Opioid terutama morfin masih merupakan obat utama dalam tata laksana nyeri kanker.

Faktor-faktor yang harus kita ketahui dalam menentukan jenis nyeri kanker adalah:

1.      Waktu : akut dan kronik. Dikatakan akut bila nyeri adalah yang pertama kali, onset mudah ditentukan, hilang dengan penyembuhan sebab nyeri tersebut.

2.      Lokalitas: dikatakan fokal bila langsung berhubungan dengan letak penyebab nyeri baik berasL dari kulit maupun dermatoma. Nyeri ini mudah dilokalisir. Nyeri alih biasanya susah untuk dilokalisir, mempengaruhi daerah yang lebih luar dari struktur yang terkena.

3.      Sindrom nyeri: 75% kasus nyeri kanker disebabkan oleh infiltrasi langsung tumor ke jaringan. 20,% dari nyeri kanker disebabkan oleh terapi kanker itu sendiri seperti pembedahan, radiasi dan kemoterapi. 5% terdiri dari nyeri yang tidak ada hubungannya dengan kanker tersebut (Eisenberg at all, 1996)

4.      Patofisiologi: nyeri somatik terjadi akibat hasil dari rusaknya jaringan, mudah dilokalisir, dan bermula dari aktifasi reseptor jaringan kulit maupun jaringan dalam.

5.      Faktor lain : seperti psikososial, sangat penting untuk mengetahui kebermaknaan nyeri bagi pasien maupun keluarga, serta harapan mereka terhadap penanggulangan nyeri.

Selain itu diperlukan pula berbagai informasi lain seperti riwayat pengobatan kanker itu sendiri, riwayat penanggulangan nyeri sebelumnya dan serta riwayat nyeri yang lain.

Pemeriksaan fisik yang baik sangat diperlukan untuk melengkapi informasi yang telah didapat dari anamnesis. Hubungan antara pemeriksaan fisik yang didapat dengan riwayat nyeri akan memudahkan kita untuk mengetahui keberadaan penyakit, perkembangan dan antisipasinya.

Pemeriksaan neurologis juga diperlukan untuk mengetahui peran sistem saraf dalam patogenesis nyeri. Seperti pemeriksaan sensorik, disfungsi motorik, derajat spasme otot, fungsi koordinasi dan status mental.

Sebenarnya cara yang paling efektif untuk mengurangi nyeri kanker adalah pengobatan kanker itu sendiri. Kebanyakan kasus, terapi kanker itu sendiri akan mengurangi bahkan mengendalikan keluhan nyerinya.

Lebih lanjut Gardian dan Eddy(2007) menjelaskan dalam pebanggulangan nyeri WHO telah merumuskan beberapa prinsip:

1.      Penggunaan three step analgesic ladder

2.      Obat-obat oral harus diberikan sebisa mungkin

3.      Analgesik diberikan secara teratur

4.      Efek samping harus diantisipasi dan diterapi secara agresif

5.      Pengobatan dengan plasebo bukanlah terapi yang pantas

            Untuk nyeri ringan berikan parasetamol atau obat inflamasi non steroid. Obat golongan ini punya kelebihan dalam mengurangi nyeri di kulit, otot dan tulang.

Nyeri moderat dapat ditangani dengan pemberian opioid lemah seperti tramadol maupun codein dengan dosis sesuai aturan pakai.

Nyeri berat biasanya ditanggulangi dengan pemberian immediate release morphine. Setelah kebutuhan harian dapat ditentukan, preparat daoat diubah menjadi sustained release morphine.

Efek samping yang timbul dari penggunaan obat tersebut di atas harus diterapi sesuai gejala yang timbul. Diharapkan dengan pengendalian  dan terapi nyeri yang tepat maka nyeri pada pasien kanker dapat terkendali sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Referensi :

https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2017/04/18/130000020/4-jenis-kanker-yang-paling-bikin-nyeri. Diakses pada 2021.

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3365992/memahami-nyeri-yang dirasakan-pasien-kanker. Diakses pada 2021.

Gardian dan Haryanto, 2007, Tata Laksana Farmakologis Nyeri Kanker, Indonesian Journal of Cancer 3, 121-123. Diakses pada 2021.