Kamis, 21 Juli 2022 15:57 WIB

Hypnosis dan Brainwave

Responsive image
3911
Ardiansyah, SKM, MM - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Pengetahuan Hypnosis telah melalui perjalanan yang sangat panjang, dan mengalami berbagai metamorfosa, sebelum mencapai format moderen dan ilmiah seperti pada hari ini. Fenomena Hypnosis di masa silam sangat lekat dengan budaya Trance yang terdapat di berbagai wilayah kebudayaan, antara lain di Mesir, India, Yunani, Roma, dan tentu saja terutama di berbagai negara timur. Di wilayah-wilayah ini budaya Trance lekat dengan upacara-upacara keagamaan dan juga ritual-ritual penyembuhan, sehingga tentu saja sangat lekat pula dengan nuansa magis dan mistis.

Pengetahuan tentang Trance moderen, dapat dikatakan dipelopori untuk pertama kalinya oleh Franz Anton Mesmer (1734 – 1815) seorang dokter berkebangsaan Austria, dengan teorinya “Animal Magnetism”, dan melahirkan suatu teknik untuk menghasilkan kondisi Trance yang dikenal dengan istilah Magnetism, atau Mesmerism.

Selanjutnya, James Braid (1796 – 1860), seorang dokter Skotlandia yang berpraktek di Manchester, mencoba menguji teori “Animal Magnetism” dari Mesmer, dan ternyata ia menemukan bahwa Trance sama sekali tidak terkait dengan teori Animal Magnetism, melainkan murni merupakan reaksi dari suatu kekuatan sugesti. Oleh karena itu James Braid pada tahun 1842 menerbitkan buku yang berjudul : "Neurypnology or The Rationale of Nervous Sleep Considered In Relation With Animal Magnetism."

James Braid menduga bahwa Trance terkait dengan keadaan “Nervous Sleep”, oleh karena itu ia mengutip nama Dewa Tidur dalam mitologi Yunani untuk menamakan fenomena ini, yaitu Hypnosis (yang berasal dari kata Hypnos). Mulai saat inilah pengetahuan tentang fenomena Trance moderen disebut dengan istilah Hypnosis.

Hipnosis dilakukan dengan memanfaatkan wilayah gelombang otak manusia yang dapat diukur dengan suatu alat yang dikenal dengan sebutan EEG (Electroencephalograph). Terdapat 4 wilayah gelombang otak manusia, yaitu :

a.       Beta (frekuensi 12-25 Hz). Beta adalah gelombang otak yang frekuensinya paling tinggi. Beta dihasilkan oleh proses berfikir secara sadar. Beta terbagi menjadi tiga bagian, yaitu beta rendah 12-15 Hz, beta 16-20 Hz, dan beta tinggi 21- 40 Hz. Dominan pada saat dalam kondisi terjaga dan menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisis tinggi, misalnya mengerjakan soal matematika, berdebat, olahraga, dan memikirkan hal-hal yang rumit. Gelombang beta memungkinkan seseorang memikirkan sampai 9 objek secara bersamaan.

b.      Alpha (frekuensi 8-12 Hz). Alfa adalah jenis gelombang yang frekuensinya sedikit lebih lambat dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Alfa berhubungan dengan kondisi pikiran yang rileks dan santai. Dalam kondisi alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental secara sangat jelas dan dapat merasakan sensasi dengan lima indra dari apa yang terjadi atau dilihat dalam pikiran. Alfa adalah pintu gerbang bawah sadar. Dominan pada saat tubuh dan pikiran rileks dan tetap waspada. Misalnya, ketika sedang membaca, berdoa, dan ketika fokus pada suatu objek. Gelombang alpha berfungsi sebagai penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alpha juga menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi hipnosis yang ringan.

c.       Theta (frekuensi 4-8 Hz). Theta adalah gelombang otak, pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconscious mind). Frekuensi ini menandakan aktivitas pikiran bawah sadar. Theta muncul saat kita bermimpi dan saat terjadi REM (rapid eye movement). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang kita dan juga merupakan gudang inspirasi kreatif. Dominan saat dalam kondisi hipnosis, meditasi dalam, hampir tidur, atau tidur disertai mimpi.

d.      Delta (0,1-4Hz). Delta adalah gelombang otak yang paling lambat, pada kisaranya frekuensi 0,1-4 Hz, dan merupakan frekuensi dari pikiran unconscious mind. Pada saat kita tidur lelap, otak hanya menghasilkan gelombang delta agar kita dapat istirahat dan memulihkan kondisi fisik. Delta juga memberikan kebijakan dengan level kesadaran psikis yang sangat dalam.

Hypnosis dalam pola relaksasi progesif (Extended Progressive Relaxation) dapat dianalogikan dengan membawa Subyek dari gelombang Beta ke gelombang Alpha melalui teknik Induction, kemudian membawa Subyek ke gelombang Theta dengan teknik Deepening

Apakah Setiap Orang Dapat Menjadi Seorang Hypnotist ? Hypnosis adalah ilmu komunikasi yang sangat prima. Oleh karena itu persyaratan dasar agar seseorang dapat menjadi seorang Hypnotist yang ahli, adalah :

Ø  Memiliki kemampuan komunikasi verbal dan non verbal (Body Language) yang sangat baik, dan bersifat persuasif.

Ø  Mampu menginterprestasikan bahasa tubuh (Body Language) dari lawan komunikasi

Ø  Memiliki kreativitas tinggi dalam berkomunikasi, dan mampu untuk menyesuaikan diri dengan strata lawan komunikasi.

Ø  Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Semoga bermanfaat....

 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Referensi :

Certified Hypnotist (CH) Student Manual  Ver. 1.1.1501, 2015, The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH)

https://www.kajianpustaka.com/2021/02/hipnoterapi-pengertian-manfaat-cara.html, diakses tanggal 31 Desember 2021

DOC, PROMKES, RSMH