Rabu, 20 Juli 2022 09:20 WIB

Akalasia

Responsive image
4731
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Akalasia merupakan salah satu kondisi kesehatan langka yang menyebabkan terjadinya makanan dan cairan sulit untuk masuk ke lambung. Akalasia terjadi ketika persarafan pada saluran yang menghubungkan rongga mulut dan lambung, yakni esofagus, mengalami kerusakan. Akibatnya, esofagus mengalami kehilangan kemampuan untuk mendorong makanan ke bawah, dan katup otot yang membatasi esofagus dan lambung, yaitu sfingter esofagus bawah, tidak mengalami relaksasi secara sepenuhnya dan menyebabkan makanan sulit masuk ke lambung. Kondisi terjadi ketika otot kerongkongan tidak mampu mendorong makanan atau minuman untuk masuk ke lambung. Hal ini ditandai dengan adanya kesulitan menelan, dan terkadang makanan kembali naik ke tenggorokan. Ketika seseorang makan atau minum, otot di bagian bawah kerongkongan (lower esophageal sphincter / LES) akan berkontraksi untuk mendorong makanan atau minuman masuk lebih dalam. Selanjutnya, cincin otot di ujung kerongkongan akan melemas agar makanan atau minuman dapat masuk ke lambung. Pada penderita akalasia, LES menjadi kaku dan cincin otot tidak terbuka. Akibatnya, makanan atau minuman menumpuk di bagian bawah kerongkongan dan terkadang kembali naik ke bagian atas kerongkongan. Akalasia tergolong penyakit yang jarang terjadi.

Penyebab Akalasia

Belum diketahui apa yang menyebabkan akalasia, tetapi ada dugaan akalasia terkait dengan sejumlah kondisi berikut :

  • Penyakit autoimun
  • Faktor genetik
  • Penurunan fungsi saraf
  • Infeksi virus

Gejala Akalasia

Orang yang mengalami akalasia sering kali mengalami kesulitan untuk menelan atau merasa bahwa makanan yang dikonsumsi tersangkut di esofagus. Kondisi ini disebut sebagai disfagia. Gejala ini dapat menyebabkan batuk yang berlebih dan meningkatkan risiko terjadinya aspirasi, yakni makanan yang terhirup masuk ke saluran pernapasan dengan potensi menyebabkan tersedak.

Beberapa tanda dan gejala lain dari akalasia adalah :

  • Sering bersendawa
  • Sulit menelan atau disfagia
  • Berat badan menurun
  • Makanan naik kembali ke kerongkongan atau regurgitasi
  • Nyeri ulu hati (heartburn)
  • Nyeri dada yang hilang timbul
  • Batuk di malam hari
  • Muntah

Selain itu, orang dengan akalasia juga dapat mengalami regurgitasi atau aliran balik asam lambung ke esofagus. Namun, hal ini juga dapat merupakan salah satu tanda dan gejala dari kondisi saluran cerna lainnya, seperti refluks asam lambung.

Pemeriksaan Akalasia

Untuk menegakkan diagnosis, pertama-tama dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terhadap kemampuan pasien dalam menelan makanan atau minuman.

Selanjutnya, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti :

  • Esofagografi, untuk mendapatkan gambaran detail kerongkongan, lambung dan usus dengan meminum cairan barium.
  • Manometri, untuk mengukur kelenturan dan kekuatan kontraksi otot kerongkongan saat menelan.
  • Endoskopi, untuk memeriksa kondisi dinding kerongkongan dan lambung.

Penanganan Akalasia

Pengobatan akalasia bertujuan untuk melemaskan otot LES, agar makanan dan minuman dapat masuk dengan mudah ke lambung. Metode pengobatannya bisa dengan prosedur non-bedah atau prosedur bedah. Berikut penjelasannya :

Prosedur non-bedah

Sejumlah prosedur non-bedah yang dapat dilakukan untuk mengatasi akalasia adalah :

  •          Pneumatic dilation

Ini adalah prosedur untuk melebarkan kerongkongan dengan memasukkan balon khusus ke bagian kerongkongan yang mengalami penyempitan. Prosedur ini perlu dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil terbaik.

  •          Suntik botulinum toxin

Suntik botulinum toxin (botox) berfungsi untuk melemaskan otot kerongkongan bagi pasien yang tidak bisa menjalani pneumatic dilation. Pengaruh suntik botox hanya bertahan maksimal 6 bulan, sehingga prosedurnya perlu diulang.

  •          Pemberian obat-obatan pelemas otot

Obat-obatan yang digunakan antara lain nitrogliserin dan nifedipine. Obat-obatan pelemas otot diberikan kepada pasien yang tidak bisa menjalani pneumatic dilationmaupun operasi, atau bila suntik botox tidak efektif mengatasi akalasia.

Prosedur bedah

Beberapa tindakan bedah yang bisa dipilih oleh dokter untuk mengatasi akalasia adalah :

  •          Heller myotomy

Ini adalah tindakan memotong otot LES menggunakan teknik laparoskopi. Heller myotomy dapat dilakukan bersamaan dengan prosedur fundoplication untuk mengurangi risiko serangan GERD di kemudian hari.

  •          Fundoplication

Fundoplictaion merupakan tindakan membungkus bagian bawah kerongkongan dengan bagian atas lambung. Tujuannya adalah untuk mencegah asam lambung naik ke kerongkongan.

  •          Peroral Endoscopic Myotomy (POEM)

POEM adalah prosedur pemotongan otot LES langsung dari bagian dalam mulut. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan selang berkamera yang dimasukkan melalui mulut (endoskopi).

 

 

Referensi        :

1. I Gede Sugiono Karaeng, dkk. 2019. Diagnosis dan Penatalaksanaan  Akalasia pada Anak. Jurnal Medulla Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2. Nocko Rahmanio, dkk. 2019. Penatalaksanaan Akalasia Esophagus dengan Prosedur Pembedahan Heller Dilanjutkan Fundoplikasi. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Miftahussurur, et al. 2020. Peroral Endoscopic Myotomy in a Patient with Achalasia Cardia with Prior Heller’s Myotomy. Case Report in Gastroenterology, 14(1), pp. 48-55.

4. Xiao, Y., & Pandolfino, J. 2019. Diagnosis of Achalasia. Journal of Xiangya Medicine, 4(14), pp.1-6.

5. National Health Service UK. 2017. Health A to Z. Achalasia

6. National Institute of Health. 2019. U.S. National Library of Medicine. Medline Plus. Achalasia. 

7. University of Rochester Medical Center. 2020. Health Encyclopedia. Achalasia

8. Cleveland Clinic. 2020. Disease & Conditions. Achalasia Overview: Swallowing Problems.

9. Hayes, K. Verywell Health. 2020. Achalasia is a Motility Disorder of the Esophagus.