Jumat, 05 April 2024 09:49 WIB

Down Syndrome pada Anak yang Harus Ditangani

Responsive image
1199
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Down syndrome adalah kelainan yang terjadi pada anak yang mengalami keterbelakangan mental yang disebabkan oleh adanya kelainan pada kromosom nomor 21 yang tidak terdiri dari 2 kromosom sebagaimana mestinya melainkan tiga kromosom yang mengakibatkan anak mengalami penyimpangan fisik. Anak dengan kondisi down syndrome mengalami keterbelakangan secara fisik dan mental, karena down syndrome merupakan salah satu penyebab dari retardasi mental, dimana anak-anak yang mengalami retardasi mental mengalami keterbelakangan dalam berbahasa berbicara. Keterbelakangan mental ini diakibatkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat dan dalam terapi wicara kondisi ini disebut dengan disleksia. Down syndrome tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan perhatian yang maksimal, anak-anak dengan down syndrome bisa tumbuh dengan bahagia.

Ciri-ciri Down Syndrome

Ciri-ciri down syndrome tampak nyata dilihat dari fisik penderita, seperti :

1.    Tinggi badan relatif pendek.

2.    Kepala mengecil

3.    Hidung yang datar menyerupai orang Mongolia.

4.    Biasanya lapisan kulit penderita tampak keriput meskipun usianya masih muda.

5.    Pangkal hidungnya pendek.

6.    Jarak di antara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.

7.    Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur.

8.    Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (Macroglossia).

9.    Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur.

10.  Otot yang lemah (hypotomus).

Anak down syndrome akan lebih lambat belajar dibandingkan dengan yang lainnya. Anak down syndrome mengalami kesulitan dalam belajar berbicara dan menangkap sinyal kontak dari orang lain. Sehingga, pada tahap ini orang tua harus lebih ekstra untuk mengajari anaknya berinteraksi dengan orang lain.

Gejala Down Syndrome

Sejalan dengan ciri ciri dari down syndrome. Adapun gejala-gejalanya yang dapat dilihat yaitu :

1.   Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya sebaya.

2.   Kepandaiannya lebih rendah dari normal.

3.  Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.

4.  Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan. Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esophagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, jugaa memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati, bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI.

Tipe Down Syndrome

Down syndrome dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :

1.  Down Syndrome Triplo-21 atau Trisomi 21, sehingga penderita memiliki 47 kromosom. Penderita laki-laki = 47,xy,+21, sedangkan perempuan= 47,xx,+21. Kira-kira 92,5?ri semua kasus syndrome down tergolong dalam tipe ini.

2.  Down Syndrome Translokasi, yaitu peristiwa terjadinya perubahan struktur kromosom, disebabkan karena suatu potongan kromosom bersambungan dengan potongan kromosom lainnya yang bukan homolog-nya.

Penanganan

Dalam hal ini ada beberapa penanganan yang harus dilakukan orang tua yang  memiliki anak down syndrome, seperti :

1.    Terapi fisik

Terapi fisik dilakukan untuk melatih kemampuan fisik anak sejak dini yang akan membantu anak down syndrome belajar keterampilan merangkak dan menjangkau sesuatu. Selain itu juga berguna untuk membangun keterampilan motoric, meningkatkan kekuatan otot dan mengatur keseimbangan.

2.    Terapi wicara dan bahasa

Terapi wicara diperlukan untuk anak down syndrome yang mengalami keterlambatan bicara. Terapi ini berguna untuk meningkatkan komunikasi dan menggunakan bahasa secara efektif.

3.    Terapi okupasi

Anak down syndrome perlu diajak untuk mengenali hobi dan minat mereka.

4.    Terapi perilaku dan emosional

 

Referensi :

Kusumawati, A. 2013. Penanganan Kognitif Anak Down Syndrome Melalui Metode Kartu Warna di TK Permata Bunda Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Rachmawati, S. N., & Masykur, A. M. 2017. Pengalaman Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome. Jurnal Empati, 5(4), 822-830.

Marta, R. 2017. Penanganan Kognitif Down Syndrome Melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 32-41.

Renawati, R., Darwis, R. S., & Wibowo, H. 2017. Interaksi Sosial Anak Down Syndrome Dengan Lingkungan Sosial (Studi Kasus Anak Down Syndome yang Bersekolah di SLB Pusppa Suryakanti Bandung). Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).

 

https://ditkeu.unand.ac.id/ http://103.88.229.78/djarum https://oasis.iik.ac.id:7443/djrm/