Rabu, 27 Maret 2024 12:30 WIB

Peran Pemeriksaan Nucleic Acid Test (NAT) Untuk Meningkatkan Keamanan Produk Darah

Responsive image
2963
Reni Novitasari, A. Md.Kes., Listya Noor Seta, A. - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Unit Pengelola Darah (UPD) RSUP Dr. Sardjito adalah sebuah unit pelayanan di bawah rumah sakit yang melayani donor darah di dalam rumah sakit maupun donor massal di luar rumah sakit, pengolahan darah, pengamanan darah, uji cocok serasi, pelayanan darah ke pasien dan juga pelayanan terapeutik pasien. Permintaan darah di RSUP Dr Sardjito mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 2021 penggunaan darah pasien adalah sebanyak 45.371 kantong, tahun 2022 sebanyak 52.098 kantong, dan pada tahun 2023 meningkat menjadi 61.505 kantong. Jumlah donor juga mengalami peningkatan dimana pada tahun 2021 tercatat sebanyak 23.387 donor, tahun 2022 sebanyak 27.581 donor dan pada tahun 2023 adalah 32.528 donor.

Pengamanan pelayanan transfusi darah menjadi hal wajib yang harus dilakukan oleh setiap unit pengelola darah dalam rangka penjaminan mutu produk darah. Pengamanan pelayanan transfusi darah harus dilaksanakan pada tiap tahap kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian pendonor darah, pengambilan dan pelabelan darah pendonor, pencegahan penularan penyakit, pengolahan darah, penyimpanan darah dan pemusnahan darah, pendistribusian darah, penyaluran dan penyerahan darah, serta tindakan medis pemberian darah kepada pasien (Kementrian Kesehatan, 2015). Salah satu upaya penjaminan mutu tersebut adalah dengan dilakukannya pemeriksaan darah terhadap Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) terhadap 4 parameter penyakit yaitu Hepatitis B, Hepatitis C, HIV dan Sifilis. Unit Pengelola Darah RSUP Dr Sardjito melakukan skrining 4 parameter penyakit tersebut menggunakan metode Chemiluminescence Immunoassay (ChLIA) dan metode Nucleid Acid Test (NAT). Nucleid Acid Test (NAT) telah menjadi langkah penting dalam menjaga keamanan produk darah dan meminimalkan risiko Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD). Upaya untuk meningkatkan keamanan produk darah menjadi fokus utama dalam sistem kesehatan global, dan NAT telah terbukti menjadi alat yang efektif dalam mengidentifikasi dan mencegah penularan penyakit melalui transfusi darah.

Apa Itu Pemeriksaan Nucleid Acid Test (NAT) ?

Pemeriksaan NAT adalah teknik molekuler yang digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi material genetik dari patogen seperti virus dalam sampel darah atau produk darah. Teknik ini memanfaatkan amplifikasi asam nukleat dan deteksi DNA atau RNA patogen, dan memungkinkan deteksi yang sangat sensitif bahkan pada tahap awal infeksi. Beberapa patogen tidak mudah dideteksi sehingga memerlukan strategi berbasis laboratorium, menggunakan uji serologis (deteksi antibodi dengan atau tanpa antigen) dan/atau pengujian asam nukleat (NAT). Pengujian serologis di Unit Pengelola Darah RSUP Dr Sardjito dilakukan dengan menggunakan immunoassay chemiluminescent (ChLIA). Kehadiran antibodi umumnya mencerminkan paparan daripada infeksi aktif. Dengan beberapa patogen (terutama virus kronis misalnya HIV), ini mungkin mencerminkan infeksi aktif. Pemeriksaan NAT akan mendeteksi lebih baik terhadap infeksi aktif dibandingkan serologi. Keuntungan utama NAT adalah kemampuannya memperpendek masa jendela untuk mendeteksi patogen tertentu (Bloch, 2022). Pemeriksaan NAT dilakukan sebagai tambahan pemeriksaan uji saring serologi yang dilakukan secara individual test (Kementrian Kesehatan, 2015). Di UPD RSUP Dr Sardjito, sejak tahun 2022 UPD RSUP Dr Sardjito telah melakukan pemeriksaan NAT kepada semua pendonor.

Peran Pemeriksaan NAT dalam Meningkatkan Keamanan Produk Darah

1. Deteksi Dini penyakir Infeksius : NAT memungkinkan deteksi dini penyakit infeksius seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C bahkan sebelum antibodi terbentuk dalam darah donor sehingga dapat meminimalkan produk darah yang berpotensi berbahya sebelum digunakan untuk transfusi.

2. Sensitivitas Deteksi : NAT memiliki sensitivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan metode ChLIA. Ini memungkinkan identifikasi patogen bahkan dalam jumlah yang sangat kecil, yang dapat terlewatkan oleh metode lain. Pengujian asam nukleat (NAT) adalah teknik molekuler untuk menyaring donor darah untuk mengurangi risiko infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD) pada resipien, sehingga memberikan lapisan tambahan keamanan darah. Teknik NAT sangat sensitif dan spesifik untuk asam nukleat virus. Hal ini didasarkan pada amplifikasi daerah sasaran ribonukleat virus asam atau asam deoksiribonukleat (DNA) dan mendeteksi mereka lebih awal dari metode penyaringan lainnya dengan demikian, mempersempit periode jendela HIV, HBV dan infeksi virus hepatitis C (HCV). NAT juga menambahkan manfaat menyelesaikan donasi reaktif palsu metode serologis yang sangat penting bagi donor pemberitahuan dan konseling (British Journal of Haematology, 2018).

3.  Pencegahan Penularan Penyakit : Dengan deteksi yang lebih sensitif, NAT membantu mencegah penularan penyakit infeksius yang ditularkan melalui transfusi darah. Langkah-langkah ini sangat penting untuk melindungi resipien (pasien penerima produk darah), terutama mereka yang rentan terhadap komplikasi serius akibat infeksi.

4. Pemeriksaan Kepercayaan Publik : Pemeriksaan NAT dalam pengujian produk darah meningkatkan kepercayaan publik terhadap produk darah di Unit Pengelolaan Darah RSUP Dr Sardjito karena dapat menurunkan kekhawatiran akan risiko IMLTD dan memberikan keyakinan bahwa langkah-langkah keselamatan yang tpat telah diambil.

5. Kepatuhan Terhadap Standar Keselamatan : Penggunaan pemeriksaan NAT dalam pengujian produk darah sebagai bagian dari standar keselamatan dapat memberikan kepastian bahwa standar keselamatan yang tinggi diterapkan secara konsisten di Unit Pengelolaan Darah RSUP Dr. Sardjito

Asam nukleat, termasuk asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA), adalah biopolimer alami yang terdiri dari nukleotida yang menyimpan, mentransmisikan, dan mengekspresikan informasi genetik. Asam nukleat yang diekspresikan secara berlebihan atau kurang, serta bermutasi telah terlibat dalam banyak penyakit. Oleh karena itu, tes asam nukleat (NAT) sangat penting. Terinspirasi oleh replikasi DNA intraseluler dan transkripsi RNA, NAT in vitro telah dikembangkan secara luas untuk meningkatkan spesifisitas deteksi, sensitivitas, dan kesederhanaan (Hans dan Marhawa, 2014). Prinsip-prinsip NAT secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori: asam  nukleat hibridisasi, amplifikasi siklus termal atau isotermal, dan amplifikasi sinyal. Konsep utama dari pemeriksaan NAT adalah deteksi dan amplifikasi materi genetik yang spesifik untuk organisme yang dituju. Berikut adalah konsep utama dari pemeriksaan NAT :

1. Target DNA atau RNA : Pemeriksaan NAT mengidentifikasi target genetik yang spesifik untuk organisme atau patogen tertentu yang ingin dideteksi. Ini bisa berupa fragmen DNA atau RNA yang unik untuk organisme tersebut.

2. Ekstraksi Sampel : Sampel biologis seperti darah diekstraksi untuk mendapatkan materi genetik dari organisme yang dituju dengan  penghancuran sel dan pemisahan materi genetik dari komponen biologis lainnya. Metode NATs konvensional seperti elektroforesis gel, Northern blotting, dan PCR, yang sebagian besar bergantung pada ekstraksi asam nukleat melalui lisis sel atau jaringan, sulit untuk mencapai pemantauan in situ langsung dari asam nukleat secara intraseluler atau in vivo dengan cara noninvasif. Prosedur ini dilakukan dengan dua tujuan, yaitu ekstraksi templat RNA dan penghilangan inhibitor. Setelah lisis, strategi kimia melakukan pemisahan asam nukleat dari protein berdasarkan kelarutan mereka yang berbeda dengan penambahan larutan kimia yang berbeda dan sentrifugasi secara berurutan (Min Li et al., 2021)

3. Amplifikasi : Materi genetik yang diekstraksi sering kali dalam jumlah yang sangat kecil. Untuk meningkatkan sensitivitas deteksi, materi genetik ini kemudian diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) atau teknik amplifikasi lainnya. Ini membuat salinan berlipat dari target genetik, membuatnya lebih mudah dideteksi. Selain itu, ketika beberapa urutan terdeteksi, desain dan optimisasi beberapa primer dan probe menjadi faktor kunci untuk penentuan langsung kinerja reagen (Min Li et al., 2021)

4. Deteksi : Setelah amplifikasi, target genetik yang diinginkan akan dideteksi menggunakan berbagai metode, termasuk fluorescent probes, enzim, atau teknik lainnya. Deteksi optik menyediakan kenyamanan visual, oleh karena itu teknik colorimetric dan fluoresensi merupakan strategi deteksi utama. Deteksi fluoresensi waktu nyata dan titik akhir populer karena sensitivitas tinggi dan teknik deteksi yang matang. Metode ini mengidentifikasi keberadaan materi genetik yang spesifik yang ditargetkan (Min Li et al., 2021)

5. Validasi dan Interpretasi : Hasil dari pemeriksaan NAT kemudian divalidasi dan diinterpretasikan.

Tantangan dan Masa Depan Pemeriksaan NAT

Pemeriksaan NAT juga menghadapi beberapa tantangan meskipun jika dilakukan akan mendapatkan banyak manfaat. Tantangan itu antara lain adalah biaya pengujian yang tinggi dan kebutuhan akan peralatan khusus adalah beberapa hambatan yang perlu diatasi. Namun, dengan kemajuan dalam teknologi dan penelitian, diharapkan bahwa pemeriksaan NAT akan menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses di masa depan.

Pemeriksaan NAT memiliki peran penting dalam meningkatkan keamanan produk darah terhadap risiko IMLTD. Dengan sensitivitas yang tinggi dan kemampuan deteksi dini, NAT membantu mencegah penularan penyakit infeksius yang menular melalui transfusi darah. Upaya terus-menerus untuk meningkatkan teknologi ini akan memastikan bahwa produk darah yang digunakan dalam transfusi tetap aman dan memenuhi standar keselamatan yang tinggi bagi pasien penerima transfusi. Unit Pengelola Darah RSUP Dr Sardjito telah melakukan pemeriksaan NAT untuk semua donor pada tahun 2022 dan 2023.

 

Referensi:

Hans and Marwaha (2014). Nucleic acid testing-benefits and constraints. Asian Journal of Transfusion Science - Vol 8, Issue 1, January - June 2014

Bloch  M.Evan (2022). Transfusion-transmitted infections. Ann Blood 2022;7:20 | https://dx.doi.org/10.21037/aob-21-60

Min Li et al., (2021). Nucleic Acid Tests for Clinical Translation. https://doi.org/10.1021/acs.chemrev.1c00241 Chem.

Louise I. Ainley1 and Patricia E Hewitt2 (2018). Haematology patients and the risk of transfusion transmitted Infection. British Journal of Haematology, 2018, 180, 473–483

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah.

https://pafibaritokab.org/ https://www.judibola.rpg.co.id/