Selasa, 26 Maret 2024 11:02 WIB

Pengaruh Puasa Ramadhan Ibu Hamil pada Kesehatan Kehamilan

Responsive image
571
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Ibadah puasa di bulan ramadhan merupakan momen yang sangat penting bagi umat muslim. Tentunya banyak umat muslim yang tidak ingin melewatkan kesempatan berharga tersebut, karena kesempatan puasa ramadhan yang hanya satu tahun satu kali dan memiliki nilai religius yang sangat penting. Meskipun diketahui bahwa ibadah puasa selama bulan tidak diwajibkan bagi wanita muslim yang sedang hamil namun banyak wanita muslim yang sedang hamil berkeinginan untuk tetap menjalankan ibadah puasa. Akan tetapi, banyak ibu hamil yang menjadi ragu-ragu untuk ikut menajalankan ibadah puasa akan menimbulkan dampak negatif terhadap ibu dan janin yang dikandungnya. Oleh karenanya sebelum ikut ibadah puasa atau tidak, ibu hamil perlu mengetahui fakta-fakta terkait dengan puasa pada masa kehamilan.

Lantas ibu hamil seperti apakah yang diperkenankan untuk ikut ibadah puasa ramadhan, banyak sumber yang menyatakan bahwa ibu hamil diperkenankan untuk ibadah puasa ramadhan. Namun tidak semua ibu hamil dapat diperkenankan mengikuti puasa selama ramadhan. Seorang ibu hamil dapat menjalankan ibadah puasa, dengan syarat utama yaitu tidak memiliki masalah kesehatan terkait dengan kehamilannya ataupun kesehatan tubuhnya dan sedang tidak berada pada kondisi menerima pengobatan. Artinya ibu hamil harus pada kondisi benar benar sehat untuk dapat mengikuti ibadah puasa selama bulan ramadhan.

Dengan demikian, ibu hamil sebaiknya memeriksakan kondisi kesehatannya dan berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko yang dapat membahayakan ibu dan janin selama puasa. Terdapat beberapa kondisi ibu hamil yang tidak diperkenan menjalani puasa, di antaranya ibu hamil penderita diabetes, hipertensi, adanya riwayat gangguan nafsu makan (anoreksia atau bulimia), gangguan sistem pencernaan, riwayat batu ginjal, riwayat persalinan prematur, riwayat luaran persalinan yang buruk. Kurang gizi dan kondisi yang mengharuskan minum obat secara teratur.

Kondisi fisik seorang wanita dalam menghadapi kehamilan berbeda-beda, namun kalori yang di butuhkan untuk memberikan asupan bagi ibu dan buah hati adalah sama yaitu sekitar 2200-2300 kalori perhari untuk ibu hamil. Kondisi inilah yang menimbulkan konsekuensi yang berbeda bagi para ibu dalam menghadapi saat-saat puasa di bulan ramadhan. Ada yang merasa tidak bermasalah dengan keadaan fisik dirinya dan sang bayi sehingga dapat menjalani puasa dengan tenang. Ada pula para ibu yang memiliki kondisi fisik yang lemah yang mengkhawatirkan keadaan dirinya jika harus berpuasa di bulan ramadhan begitu pula para ibu yang memiliki buah hati yang lemah kondisi fisiknya dan masih sangat tergantung asupan makanannya dari sang ibu melalui ais susu sang ibu.

Seorang ibu hamil dengan kondisi kesehatan dan kehamilan yang normal dapat menjalankan ibadah puasa bila usia kandungan mencapai 4-7 bulan karena pada usia tersebut kondisi ibu hamil sedang dalam fase penyesuaian. Seorang ibu hamil dengan usia kehamilan muda (trimester awal) boleh saja menjalankan ibadah puasa namun harus dengan memperhatikan kesehatannya karena biasanya kesehatan ibu hamil pada usia kehamilan muda cenderung tidak stabil, sering mudah muntah (hiperemesis) dan sering pusing atau lemah. Dengan kata lain hiperemesis dapat mengakibatkan homeostasis ibu hamil ternganggu karena ibu kehilangan banyak cairan tubuh dan nutrisi sehingga dianggap membahayakan ibu dan janin. Pada kehamilan lebih dari 7 bulan, janin cenderung memerlukan asupan nutrisi yang lebih banyak sehingga pada usia kandungan tersebut ibu hamil sering terlihat lemas.

Selain kondisi ibu hamil dan janin yang harus sehat, kecukupan nutrisi dan gizi seimbang juga menjadi syarat yang harus dipenuhi jika ingin menjalankan ibadah puasa. Dalam sebuah ulasan menyatakan bahwa tidak berbahaya bagi kesehatan ibu hamil dan janin karena selama puasa kebutuhan nutrisi dan gizi dapat tetap terpenuhi.

Pada prinsipnya adalah nutrisi yang seimbang dan cairan yang cukup (minimal 2 liter air antara buka sampai sahur). Adapun komposisi gizi yang seimbang mencakup 50 % karbohidrat, 30 % protein, dan 10-20 % lemak. Beberapa anjuran pola makan yang sebaiknya diikuti oleh ibu hamil yang menjalani puasa, di antaranya :

1.      Diet tinggi serat, sayuran, buah, protein (ikan, kacang-kacangan dll).

2.      Hindari garam dan gula berlebihan, juga kafein (kopi).

3.      Minum air, susu dan jus buah sebelum imsak.

4.      Sebelum tidur malam, konsumsi snack, air atau jus, protein (susu) dan buah.

5.      Disarankan untuk minum air putih yang banyak saat buka puasa, sahur dan waktu di antara buka - sahur untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada siang hari.

Selain memperhatikan pola makan, ibu hamil yang sedang menjalani puasa juga sebaiknya tidak melakukan aktivitas yang berlebihan, menghindari cuaca yang panas dan memiliki waktu istirahat yang cukup. Beberapa risiko yang dapat dialami oleh ibu hamil yang menjalani puasa, diantarannya :

1.      Kekurangan asupan kalori.

2.      Hipoglikemia

3.      Bertambah beratnya rasa mual.

4.      Dehidrasi

Dalam sebuah ulasan lain menyampaikan bahwa ada beberapa tanda waspada yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil ketika berpuasa yaitu :

1.      Kurangnya gerakan janin pada malam hari, kontraksi prematur.

2.      Mual / muntah

3.      Sakit saat buang air kecil.

4.      Demam

5.      Nyeri pinggang

6.      Lemas

7.      Kelelahan

8.      Pusing dan sakit kepala.

Ibu hamil disarankan agar tidak memaksakan untuk berpuasa bila kondisi kondisi yang dapat membahayakan ibu dan janin dan sebaiknya menghentikan puasanya ketika :

1.      Ibu hamil muda dengan morning sickness atau muntah-muntah saat kehamilan.

2.      Ibu hamil dengan komplikasi atau ibu hamil yang kehamilannya bermasalah; sebagai contoh ibu hamil dengan tekanan darah tinggi atau diabetes, ataupun gangguan pencernaan lainnya.

3.      Ibu hamil merasa sangat lelah dan merasa tidak dapat melanjutkan puasanya, pusing gemetar, mual dan demam. Kondisi demikian merupakan gejala berkurangnya kadar gula dalam darah (hipoglikemia).

4.      Ketika ibu hamil menyadari bahwa asupan kalori dari makanannya tidak mencukupi. Bila ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang tidak mendukung memaksakan puasa maka puasanya hanya akan mengganggu perkembangan janin.

Dengan melihat beberapa ulasan di atas tentunya puasa bagi ibu hamil diperbolehkan, selama tidak memiliki masalah kesehatan dan masalah kehamilan. Selama menjalankan puasa ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan banyak minum. Ibu hamil sebaiknya menghentikan puasa bila mengalami kondisi-kondisi yang dapat mengganggu kesehatan ibu hamil dan janin. Pada dasarnya puasa saat hamil aman dilakukan selama kondisi ibu hamil sehat dan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

 

Referensi     :

Dikensoy E, Balat O, Cebesoy B, Ozkur A, Cicek H, Can G. Effect of Fasting during Ramadan on Fetal Development and  Maternal Health. Journal of Obstetrics and Gynaecology Research. 2008 ;34(4): 494 - 8.

Reeves J. Pregnancy and Fasting during Ramadhan. BMJ. 1992;7(304): 843-4

Rashed AH. The Fast of Ramadan. BMJ. 1992;7(204):521-2

Voto LS, Mattio MJ. Health Education during Pregnancy. Dalam : Carrera JM, Penyunting. Recomendations and Guidelines for Perinatal Medicine. Spanyol : Matres Mundi; 2007

Tono Djuwantono. 2011. Amankah Bila Ibu Hamil Menjalankan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Umum Pusat DR. Hasan Sadikin Bandung.