Rabu, 13 Juli 2022 15:00 WIB

Dampak Perubahan Iklim Berpengaruh Terhadap Timbulnya Penyakit

Responsive image
16278
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Pengaruh perubahan iklim akhir-akhir ini tentunya berpengaruh pada kesehatan. Pemanasan global terjadi cepat dan mengakibatkan perubahan iklim, yang memiliki dampak besar bagi kesehatan manusia. Berbagai dampak yang ditimbulkan yaitu peningkatan kejadian penyakit yang ditularkan melalui vektor (vector-borne diseases), melalui air (water-borne diseases), maupun melalui makanan (foodborne diseases).

Lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Infeksi penyakit dapat terjadi jika terdapat ketidakseimbangan hubungan antara lingkungan, agen penyakit dan pejamu. Perubahan iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Perubahan iklim dapat memicu perkembangbiakan penyakit tular vektor karena berkaitan dengan suhu, kelembaban udara dan curah hujan.

Vektor adalah hewan avertebrata yang menularkan agen penyakit dari satu pejamu ke pejamu lain yang rentan. Vektor digolongkan menjadi dua, yaitu vektor mekanik dan biologi. Agen penyakit tidak mengalami perubahan jika di vektor mekanik, namun mengalami perkembangbiakan dari satu tahap ke tahap berikutnya di dalam tubuh vektor biologi. Salah satu contoh vektor biologi adalah nyamuk.

Perubahan iklim berpengaruh terhadap siklus hidup nyamuk dan intensitas hisapan nyamuk. Hal ini karena nyamuk termasuk dalam ectothermic, yaitu suhu tubuh tergantung dengan suhu lingkungan (temperatur ambien). Tahapan siklus hidup yang rentan terhadap perubahan iklim adalah larva ke dewasa. Peningkatan suhu akan mempercepat proses perkembangan larva nyamuk menjadi dewasa. Perubahan iklim juga akan mempercepat nyamuk betina dewasa untuk mencerna darah yang dihisap, sehingga intensitas penghisapan akan semakin tinggi. Hal ini berakibat ke peningkatan frekuensi penularan penyakit.

Jenis-jenis nyamuk yang dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim adalah Anopheles gambiae, A. funestus, A. darlingi, Culex quinquefasciatus, dan Aedes aegypti. Culex sp merupakan salah satu vektor penular filariasis dan termasuk nyamuk yang bersifat antropofilik (gemar menghisap darah manusia). Aktifitas menghisap dilakukan pada malam hari dan di luar rumah.

Perubahan iklim termasuk temperatur, presipitasi, angin, dan sinar matahari. Perubahan tersebut mempengaruhi tingkat survival, reproduksi atau distribusi agen penyakit, sehingga membuat agen penyakit tersebut dapat beradaptasi terhadap lingkungan.

Oleh karena perubahan iklim juga merupakan penyebab bencana alam maka penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh perubahan iklim cenderung sama dengan penyakit yang disebabkan oleh bencana alam (banjir, kekeringan) seperti diare, kolera, pes, dan malaria, namun selain itu juga muncul masalah penyakit kanker kulit.

Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang komplek hingga untuk mengatasinya dibutuhkan kerjasama berbagai pihak. Untuk itu diperlukan sistem yang terintegrasi dan komprehensif dari berbagai sektor terkait.

Media transmisi yang tidak hidup seperti air, udara, makanan, debu disebut perantara sedangkan yang hidup secara spesifik seperti serangga atau artropoda disebut vektor. Komponen lingkungan dikatakan memiliki potensi untuk menyebabkan penyakit jika dalam lingkungan tersebut terdapat satu atau lebih agen penyakit yang dapat berupa agen biologis (bakteri, parasit, virus), fisik (suhu, debu, radiasi), kimia (karbon monoksida, asbes, arsen, dsb.), dan nutrisi (kelebihan atau kekurangan gizi).

Nyamuk termasuk dalam vektor yang dapat menularkan penyakit infeksi ke manusia. Kemampuan nyamuk untuk menularkan penyakit  ke manusia tergantung dari faktor berikut, yaitu : 1) Umur nyamuk, semakin panjang umur nyamuk maka semakin tinggi peluang menulari manusia; 2) Peluang kontak dengan manusia. Pada umumnya nyamuk yang bersifat antropofilik, cenderung menyukai menghisap darah manusia dibandingkan darah hewan; 3) Frekuensi menggigit seekor nyamuk. Semakin sering seekor nyamuk yang mengandung bibit penyakit menggigit, maka semakin besar peluang menularkan penyakit; 4) Kerentanan nyamuk terhadap patogen itu sendiri. Nyamuk yang memiliki terlalu banyak patogen dalam perutnya memiliki peluang lebih besar untuk menginfeksi manusia; 5) Keberadaan manusia di sekitar nyamuk. Nyamuk memiliki kebiasaan menggigit di luar maupun di dalam rumah pada malam hari. Setelah menggigit, beristirahat di dalam rumah maupun di luar rumah; 6) Temperatur lingkungan. Temperatur lingkungan yang dianggap kondusif berkisar antara 25-30oC dan kelembaban udara 60-80%, dan; 7) lingkungan.

Faktor lingkungan sangat berperan untuk menyebabkan nyamuk sebagai vektor penular penyakit infeksius. Faktor-faktor tersebut antara lain : a) Lingkungan fisik, seperti temperatur udara yang mempengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi patogen penyakit; b) Kelembaban udara yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Hujan yang diselingi panas semakin baik untuk perkembangbiakan nyamuk sedangkan pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda, sebagai contoh An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh sehingga pada musim hujan populasi nyamuk ini berkurang.

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara beriklim tropis dan sub tropis. Penyakit ini hanya akan terjadi jika vektor, hewan sebagai induk semang, iklim, patogen dan populasi masyarakat yang rentan berada di dalam satu waktu dan lokasi. Perubahan iklim secara global dapat meningkatkan infeksi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk karena menyebabkan peningkatan jumlah nyamuk dan patogen.

Adanya nyamuk sebagai vektor berbagai penyakit infeksius, memerlukan tindakan pencegahan agar manusia dapat terhindar dari Limfatik Filariasis. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara memakai kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan nyamuk Anopheles sp, gerakan 3 M (Menguras, Mengubur, dan Menutup) tempat penampungan air, penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit Limfatik Filaria dan sanitasi lingkungan.

Oleh karenanya berdasarkan uraian di atas tentunya kita harus mencegah terjadinya Limfatik Filariasis oleh nyamuk akibat perubahan iklim, maka masyarakat diharapkan untuk membudayakan hidup sehat agar kita terhindar dari gigitan nyamuk perantara Limfatik Filariasis. Bagi pemangku kebijakan, dapat diterapkan regulasi agar masyarakat memelihara kesehatan lingkungan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan dan menghilangkan genangan air yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk.