Senin, 27 November 2023 10:46 WIB

Latihan Pemulihan Fungsi Paru pada Pasien Pasca Rawat Inap dengan PPOK

Responsive image
1132
Rezza Muktiaji, A.Md.FT - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Penyakit Paru Obstrukstik Kronis / PPOK adalah istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru- paru untuk jangka panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru- paru sehingga pengidap akan mengalami kesulitan dalam bernafas. PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua penyakit pernafasan yaitu Bronkitis Kronis dan Emfisema. Gejala nya adalah batuk kronik dengan/ tanpa dahak yang tidak kunjung sembuh, makin sering tersengal- sengal bahkan saat melakukan aktifitas fisik yang ringan seperti memasak atau mengenakan pakaian, mengi atau sesak nafas disertai bunyi, lemas (kehilangan kemampuan/ produktivitas), rasa berat di dada, penurunan berat badan. Menurut (Lewis, 2000; Black; 2005) Penanganan PPOK dapat diberikan latihan pernafasan. Latihan pernafasan dapat membantu pasien selama istirahat dan melakukan aktifitas. Untuk memaksimalkan fungsi paru dilakukan latihan nafas dalam yaitu Pused - Lip Breathing / PLB. PLB menurunkan volume ekspirasi akhir, frekuensi pernafasan dan waktu ekspirasi.                                

Latihan Pernapasan untuk Penderita PPOK

Bila dilakukan secara teratur, latihan pernapasan dapat membantu menenangkan saluran pernapasan, sehingga paru-paru dapat mengganti udara lama yang tidak mengandung oksigen dengan udara segar yang kaya akan oksigen. Urutan melakukan latihan pernapasan Pursed-Lip Breathing adalah :

1.      Duduklah di tempat yang nyaman.

2.      Posisikan leher dan bahu Anda serelaks mungkin, tetapi jangan sampai membungkuk.

3.      Tenangkan pikiran

4.      Bernapaslah perlahan melalui hidung sambil tetap menutup mulut.

5.      Lalu, kerucutkan bibir seperti hendak bersiul atau meniup lilin.

6.      Hembuskan semua udara dari paru-paru melalui mulut yang telah dikerucutkan itu secara perlahan dan lembut. Tujuannya, untuk membuat napas keluar lebih lama daripada bernapas biasa.

7.      Lakukan latihan ini selama 5-10 menit setiap harinya.

Berlatih Napas Diafragma atau Perut

1.      Duduk atau berbaringlah di tempat yang nyaman dan letakkan kedua tangan di atas perut.

2.      Buat otot-otot leher dan bahu relaks.

3.      Bernapaslah perlahan melalui hidung dengan mulut ditutup.

4.      Rasakan paru-paru yang dipenuhi oleh udara yang mengembang seperti balon, sementara biarkan perut mengembang ke luar.

5.      Kemudian, buang napas melalui bibir yang mengerucut.

6.      Tekan lembut perut untuk mengeluarkan udara dari diafragma secara perlahan.

7.      Lakukan latihan ini selama 5-10 menit.

Tips Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita PPOK

1.      Mengambil kelas bernyanyi. Hal ini dapat melatih pernapasan diafragma.

2.      Melakukan yoga. Dengan demikian, fungsi paru dapat bekerja lebih baik, yang kemudian dapat meningkatkan kemampuan dalam berolahraga.

3.      Melakukan seni bela diri tai chi dengan fokus pada latihan fisik yang ringan, peregangan, meditasi, dan kesadaran diri yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup penderita PPOK.

4.      Berhentilah merokok dan hindari berkumpul bersama orang-orang yang merokok.

5.      Jangan terlalu lama berada di lingkungan yang terpapar debu, asap, dan bahan kimia, seperti jalan raya besar dan pabrik.

6.      Sebisa mungkin dapatkan vaksinasi flu supaya infeksi pernapasan tidak semakin parah.

Latihan Fisioterapi pada PPOK

1.      Infra-red merupakan salah satu fisioterapi dengan menggunakan pancaran sinar elektromagnetik untuk meningkatkan metabolisme, vasodilatasi, pembuluh darah serta mengurangi nyeri.

2.      Terapi Nebulizer merupakan bagian dari fisioterapi paru-paru cara pengobatan dengan memberi obat dalam bentuk uap yang dihubungkan langsung dengan jalan nafas menuju paru-paru sehingga memberikan efek Bronchodilator atau melegakan jalan nafas sehingga dapat bernafas dengan lega.

3.      Chest Therapy : breathing exc (breathing exercise / latihan pernapasan bermanfaat untuk menjaga kebugaran tubuh dan untuk relaksasi serta untuk membantu metabolisme tubuh), clapping (fisioterapi dada yang dilakukan dengan cara menepuk dengan pergelangan membentuk seperti cup pada bagian tulang dada anterior (depan) dan posterior (belakang) dengan tujuan mengeluarkan secret / dahak), latihan batuk efektif (metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal), huffing (untuk melakukan teknik huffing secara efektif, berdirilah di hadapan cermin, ambil napas normal, lalu embuskan udara seolah-olah sedang meniupkan udara ke cermin).

4.      Latihan ekstremitas atas & bawah, dengan melakukan pernafasan dada (pernafasan yang menggunakan gerakan-gerakan otot antar tulang rusuk. Adanya kontraksi otot-otot yang terdapat diantara tulang-tulang rusuk menyebabkan tulang dada dan tulang rusuk terangkat sehingga rongga dada membesar. Saat rongga dada membesar paru-paru turut mengembang sehingga volume menjadi besar, sedangkan tekanannya lebih kecil daripada tekanan udara luar. Dalam keadaan demikian udara luar dapat masuk melalui trakhea ke paru-paru). Pernafasan perut (pernafasan yang menggunakan otot-otot diagfragma. Otot-otot sekat rongga dada berkontraksi sehingga diagfragma yang semula cembung menjadi agak rata, dengan demikian paru-paru dapat mengembang kearah perut. Pada saat itu rongga dada bertambah besar dan udara terhirup masuk.

5.      Latihan dengan Spirometri

Latihan ini untuk mengetahui mengukur jumlah dan kecepatan udara yang dihirup dan diembuskan. Prinsip Spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut Forced Volume Capacity (FVC). Bagi seseorang yang memiliki gangguan pernapasan yang lebih parah atau komplikasi pernapasan yang tidak dikelola dengan baik, disarankan untuk melakukannya lebih sering. Prinsip penggunaan alat adalah pasien bernafas (menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung pasien ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara. Interpretasi hasil Spirometri yang diambil adalah minimal 3 hasil, yang dapat diterima pada saat melakukan pemeriksaan. Hasil Spirometri dilaporkan dalam bentuk grafik yang dikenal dengan Spirogram. Satuan yang digunakan pada volume udara adalah liter, waktu adalah detik, dan kecepatan aliran udara adalah liter per detik. Prediksi nilai kondisi normal pada tiap pasien dapat berbeda-beda, tergantung umur, berat badan, dan jenis kelamin. Jika spirometer menunjukan hasil di bawah 80?ri nilai yang telah prediksi, pasien bisa dikatakan mengalami gangguan pada saluran pernapasan.

 

Referensi :

Tarigan Br Rosina. 2008. Pengaruh Latihan Otot Pernafasan terhadap Ekspansi Dada dan Paru pada Pasien PPOK di RS H. Adam Malik Medan. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Hasanah Uswatun Dyah. 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penyakit Paru Obstruksi Kronik di RSKP Respira Yogyakarta. Program Studi Diploma III Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.