Rabu, 22 November 2023 08:33 WIB

Anti Retro Virus (HIV)

Responsive image
1487
Dra. Setianti Haryani, M. Farm dan Dian Noptiana - RSUP Fatmawati Jakarta

Virus adalah parasit intrasel yang tidak bisa bereplikasi sendiri, tetapi harus menggunakan sel inang. Antivirus adalah sebuah agen yang membunuh virus dengan menekan kemampuan untuk replikasi, menghambat kemampuan untuk menggandakan dan memperbanyak diri.

Klasifikasi anti virus :  

  1. Anti Non Retro Virus ? Herpes, Influenza, HBV dan HCV.
  2. Anti Retro Virus ( HIV ) ? NRTI , Nt RTI, PI , Viral entry Inhibitor.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang imunitas tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh manusia melemah. Infeksi HIV ini dapat berkembang hingga mencapai stadium akhir. Stadium akhir dari HIV adalah AIDS. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh sudah tidak mampu lagi melawan infeksi yang masuk.

Gejala HIV dan AIDS :
1). Stadium 1  

  • Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
  • Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
  • Timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.


2). Stadium 2  

  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Infeksi saluran pernapasan seperti siunusitis, bronkitis, radang telinga tengah (otitis), dan radang tenggorokan.
  • Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari.
  • Herpes zoster yang timbul bintil kulit berisi air dan berulang dalam lima tahun.
  • Gatal pada kulit.
  • Dermatitis seboroik atau gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe, dan berwarna kemerahan.
  • Radang mulut dan stomatitis (sariawan di ujung bibir) yang berulang.


3). Stadium 3  

  • Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan.
  • Penurunan berat badan.
  • Demam yang terus hilang dan muncul selama lebih dari satu bulan.
  • Infeksi jamur di mulut (Candiasis oral).
  • Muncul bercak putih pada lidah yang tampak kasar, berobak, dan berbulu.
  • Tuberkulosis paru.
  • Radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi (periodontitis) yang tidak kunjung sembuh.
  • Penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.


4). Stadium 4  

  • Pneumonia pneumocystis dengan gejala kelelahan berat, batuk kering, sesak nafas, dan demam. Penderita semakin kurus dan mengalami penurunan.
  • Infeksi bakteri berat, infeksi sendi dan tulang, serta radang otak.
  • Infeksi herpes simplex kronis yang menimbulkan gangguan pada kulit kelamin dan di sekitar bibir.  Tuberkulosis kelenjar.
  • Infeksi jamur di kerongkongan sehingga membuat kesulitan untuk makan.
  • Sarcoma Kaposi atau kanker yang disebabkan oleh infeksi virus human herpesvirus 8 (HHV8).
  • Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma otak yang menimbulkan abses di otak.
  • Penurunan kesadaran, kondisi tubuh sudah sangat lemah sehingga aktivitas terbatas dilakukan di tempat tidur.

Pengobatan HIV ? ARV ( antiretrovirus ) : memiliki tugas meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlah virus dengan mencegah agar virus tidak berkembang biak.

Pengobatan HIV terdiri dari paduan 3 obat ARV :
a). 2 obat dasar ( 2 NRTI ) + salah satu obat pilihan (1 INSTI atau 1 NNRTI atau 1 PI ).
b). Untuk dewasa dan remaja : TDF + 3TC + DTG ( TLD ).
c). Namun pada klien perempuan yang mrencanakan kehamilan, ibu hamil trimester 1 atau klien dengan koinfeksi TB maka rejimen pilihan ARV adalah : TDF + 3TC + EFV ( TLE ).

Kombinasi dosis tetap TLD :
a). Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang terdiri dari Tenofovir (TDF) 300mg, Lamivudive (3TC) 300mg dan Dolutegravir (DTG) 50mg.
b). Kombinasi ini biasa disebut dengan FDC TLD .
c). Dosis : 1x sehari 1 tablet pada jam yang sama setiap hari.
d). Kombinasi ini merupakan pilihan utama pengobatan bagi Orang dengan HIV saat ini (sesuai rekomendasi WHO).

Keunggulan TLD :
a). Tablet lebih kecil sehingga mudah dikonsumsi.
b). Lebih cepat dalam menekan/ supresi virus.
c). Efek samping yang lebih ringan.
d). Kemungkinan gagal terapi lebih rendah.
e). Dapat diminum sebelum/sesudah makan.
f). Interaksi dengan obat - obatan lainnya lebih sedikit.

Efek samping (Dolutegravir): sakit kepala , gangguan tidur/ insomnia, mual dan pertambahan berat badan.

Referensi :

Kemenkes RI, 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Sebayang dkk. 2020. Buku Saku Pengobatan ARV Bagi Petugas Lapangan Komunitas Edisi Pertama. Jaringan Indonesia Positif. jakarta.

Whitley, Richard J., and Bernard Roizman. "Herpes simplex virus infections." The lancet 357.9267 (2001): 1513-1518.

Widener, Rebecca W., and Richard J. Whitley. "Herpes simplex virus." Handbook of clinical neurology. Vol. 123. Elsevier, 2014. 251-263.