Selasa, 21 November 2023 15:42 WIB

Yuk Kenali Tahapan Penguasaan Artikulasi Anak!

Responsive image
840
Frida Handayani, SST - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Komunikasi adalah pusat kehidupan kita. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan berbicara, menulis pesan hingga ekspresi wajah. Pengertian sederhana dari komunikasi adalah proses berbaginya informasi diantara masing-masing individu (Pence & Justice, 2008). Dengan komunikasi kita dapat berbagi pengetahuan, menyampaikan keinginan, mengungkapkan perasaan, persepsi.

<!--[if gte vml 1]> <![endif]-->Komunikasi terbagi menjadi komunikasi non verbal dan verbal. Tersenyum, melambaikan tangan, menaikan alis adalah contoh komunikasi non verbal. Istilah komunikasi diidentikkan dengan bicara. Bicara adalah mengungkapkan pikiran dengan lisan (kata). Bicara merupakan komunikasi verbal.

Komunikasi secara luas dibagi menjadi bahasa dan bicara. Bahasa didefinisikan sebagai sesuatu yang kompleks sebagai sistem simbol konvensional yang bersifat dinamis. Dan memiliki setidaknya 5 parameter yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Gangguan bahasa merupakan kesulitan dalam hal pemahaman dan ekspresif, tulisan dan simbol lainnya.

Bicara adalah ekspresi pikiran dalam bentuk kata, melalui mulut. Gangguan bicara terbagi atas gangguan artikulasi (produksi bunyi bicara), gangguan irama kelancaran (fluency) dan gangguan suara. Definisi artikulasi sendiri adalah kemampuan proses motorik dalam merencanakan dan melakukan urutan gerakan mulut yang menghasilkan ujaran. Keterampilan artikulator (bibir, lidah, palatum, gigi dll) untuk bergerak secara tepat dan cepat dalam berbicara sehingga memunculkan kejelasan bicara.

Seorang anak akan belajar mengembangkan ketrampilan artikulasinya secara bertahap. Semakin bertambahnya usia maka ketrampilan artikulasinya akan semakin baik. Sehingga dengan demikian kita bisa mendengar perbedaan kejelasan artikulasi anak usia 2 tahun dengan yang berusia 6 tahun. Namun ada kalanya tidak semua anak dapat mengembangkan ketrampilan artikulasinya disebabkan karena adanya permasalahan;

·         Gangguan pendengaran, mengakibatkan berkurangnya input kemampuan bahasa.

·         Celah bibir dan langit-langit, yang membuat beberapa bunyi bicara sulit untuk diucapkan dan terdengar sengau/nasal.

·         Disartria karena gangguan neuromuskuler.

·         Apraksia, kondisi neurologis yang mempengaruhi perencanaan dan program motorik (motor planning and programming)

Ada 4 bentuk kelainan gangguan artikulasi yang biasanya sering terjadi, yaitu;

1.    Subtitusi. Gangguan artikulasi dimana pengucapan sebuah konsonan diganti oleh konsonan yang lain. Contoh : /roti/ menjadi /loti/

2.    Omisi. Gangguan artikulasi dimana pengucapan sebuah konsonan dihilangkan. Contoh : /mobil/ menjadi /obi/

3.    Distorsi. Gangguan artikulasi dimana sebuah konsonan bunyinya menjadi distorsi (tidak jelas).

4.    Adisi. Gangguan artikulasi dimana sebuah kata diucapkan dengan menambah suatu konsonan tertentu. Contoh : /bali/ menjadi /mbali/

Kemampuan seorang anak untuk mengucapkan fonem/konsonan tertentu akan disesuaikan dengan usianya. Dengan melihat tabel perkembangan konsonan berdasarkan usia yang disampaikan Templin (1957) berikut ini kita akan mengetahui perkiraan umur rata-rata dan batas umur teratas dari pengucapan konsonan yang biasanya terjadi pada seorang anak untuk menguasai fonem tertentu. Garis hitam menandakan dimana setiap fonem / konsonan mulai pada median dari artikulasi yang biasanya terjadi dan terhenti pada tingkatan umur dimana 90?ri semua anak biasanya sudah dapat mengucapkan konsonan tersebut.

<!--[if gte vml 1]> <![endif]-->

Dari tabel diatas juga kita dapat mengetahui bahwa fonem yang pertama kali dikuasai seorang anak adalah kelompok konsonan bilabial (m, p, w). Kelompok konsonan yang paling mudah terlihat, yakni dengan merapatkan kedua bibir. Ini sejalan apabila kita perhatikan pada anak normal usia 12 bulan mulai pandai berkata /mama, papa/ pada kedua orang tuanya. Kasus lain yang juga cukup sering terdengar adalah anak normal yang belum mampu mengucapkan konsonan /r/. Jika usia anak tersebut masih berada dalam rentang tahapan perkembangan konsonan, maka masih dianggap normal. Namun jika sudah melebihi rentang usia tahapannya maka sebaiknya dibawa ke terapis wicara untuk dilakukan skrining dan pemeriksaan lebih lanjut hingga pemberian latihan artikulasi apabila diperlukan.

 

Referensi :

https://image.popmama.com/content-images/post/20181010/suara-anak22-e3c7f11d44539c192fa8d29e2d73e32c.jpg?width=1200&height=800

https://1.bp.blogspot.com/-wmV2L90B2Yg/WN-AsaVz-FI/AAAAAAAACHE/XG8OK-ofZ-s8LZu73VL5lA34Baj522YeQCLcB/s1600/organ+speech.png

https://assets-a1.kompasiana.com/items/album/2019/04/15/60606060-5cb4b2443ba7f7046e2c80a2.jpg

https://ofi.ffarmasi.unand.ac.id/djarum/ http://103.88.229.78/djarum