Rabu, 13 Juli 2022 11:45 WIB

Penanganan Jaringan Patologi Anatomi

Responsive image
23942
dr. Nora Ramkita - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Patologi Anatomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari penyakit serta merupakan ilmu dasar biomedik yang mempelajari dasar struktur proses terjadinya penyakit pada manusia. Patologi Anatomi bertanggung jawab atas pemeriksaan semua spesimen yang diambil dari pasien hidup dengan tujuan untuk menegakkan diagnosis atau untuk menentukan penyebab kematian (otopsi klinik). Patologi Anatomi merupakan laboratorium khusus untuk mendiagnosis penyakit melalui materi biologi yang berasal dari organ jaringan, sel, atau cairan melalui proses sistematik tertentu. Sampel jaringan atau sel tersebut diperiksa di bawah mikroskop cahaya oleh ahli Patologi Anatomi, lalu hasilnya dibuat laporan kepada klinisi yang mengirimkan jaringan tersebut.

Lingkup pemeriksaan Patologi Anatomi terdiri dari histopatologi, sitologi, potong beku atau frozen section, histokimia, imunohistokimia, dan pemeriksaan molekuler. Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan dengan spesimen yang diambil dengan prosedur anestesi pada manusia atau binatang hidup atau post mortem (otopsi klinik). Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan gold standard dalam penegakan diagnosis Patologi Anatomi. Pemeriksaan sitologi merupakan pemeriksaan sel dengan menggunakan cairan tubuh misalnya pemeriksaan pap smear pada ginekologi. Ada juga pemeriksaan sitologi non ginekologi, contohnya Fine Needle Aspiration Citology (FNAC), pemeriksaan sputum atau dahak, pemeriksaan efusi pleura, transthoracal biopsy (TTB), transthoracic needle aspiration (TTNA).

Ada tiga fase dalam pembuatan preparat histopatologi, yaitu fase pra analitik, fase analitik, dan fase post analitik. Fase pra analitik memegang peranan hingga 75% dalam keakuratan diagnosis Patologi Anatomi, sisanya peran keakuratan diagnosis mengacu pada tepatnya fase analitik dan post analitik sebesar 10% dan 15%. Fase pra analitik dimulai sejak jaringan atau cairan dikeluarkan dari tubuh manusia. Fase pra analitik berlanjut dengan tahap pengumpulan sampel, pemberian label pada sampel, packaging atau pengemasan sampel yang adekuat, serta fase transportasi yaitu pengiriman sampel sampai ke laboratorium Patologi Anatomi. Tahap pra analitik ini adalah tahap yang sangat esensial dan memegang peranan yang paling besar pada keberhasilan dan ketepatan diagnosis Patologi Anatomi. Dengan diagnosis yang tepat maka didapatkan pula patient safety contoh pelayanan pasien yang optimal.

Tahapan fiksasi merupakan langkah awal dimulainya fase pra analitik. Ketika jaringan atau cairan sudah lepas dari tubuh, maka diperlukan upaya untuk mempertahankan struktur jaringan atau cairan tersebut serupa dengan asalnya, Inilah yang disebut dengan fiksasi jaringan. Fiksasi jaringan diperlukan untuk mempertahankan morfologi atau bentuk jaringan, mempertahankan antigenissitas molekul target, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan molekular untuk diagnosis lanjutan terhadap pasien.

Jika fiksasi jaringan tidak lengkap atau terlalu singkat maka dapat menyebabkan kerusakan cepat pada protein target pada jaringan, serta mengurangi immunoreaktivitas spesifik pada pemeriksaan lanjutan. Sebaliknya, jika fiksasi jaringan dikakukan terlalu lama, maka dapat menutup epitop dan menghilangkan antigenisitas protein target. Lamanya jaringan dilakukan fiksasi secara optimal adalah 24-72 jam. Jaringan yang sudah dikeluarkan dari tubuh harus segera masuk ke dalam cairan fiksasi segera kurang dari 1 jam. Jika ada penundaan jaringan yang dimasukkan ke dalam fiksasi, maka akan terjadi efek buruk terhadap sediaan Patologi Anatomi. Bisa terjadi false negatif maupun false positif atau kesalahan diagnosis terhadap pasien.

Spesimen jaringan adalah jaringan atau organ tubuh hasil operasi baik berupa eksisi, insisi, biopsi yang dikirimkan oleh dokter klinisi sebagai hasil tindakan operasi. Semua hasil operasi oleh dokter klinisi berupa organ atau jaringan tubuh serta cairan harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan dan diagnosis Patologi Anatomi. Tahap pra analitik merupakan tanggung jawab dokter klinisi yang mengirimkan spesimen.

Tahapan penanganan jaringan adalah menyiapkan alat pelindung diri berupa sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung. Wadah disiapkan sesuai dengan besar jaringan atau menggunakan wadah yang proporsional. Identitas pasien juga harus ditulis secara lengkap pada formulir permintaan Patologi Anatomi, terdiri dari nama, umur, asal jaringan serta ditulis juga identitasnya pada pot atau wadah. Riwayat klinis pasien serta pemeriksaan penunjang pasien yang telah dilakukan juga sebaiknya disertakan pada formular permintaan Patologi Anatomi. Penulisan blanko permintaan klinis yang lengkap sangatlah membantu penegakan diagnosis pasien oleh seorang patolog. Talenan atau pisau cutter juga digunakan untuk melamelasi jaringan, terutama dilakukan jika jaringan besar atau jaringan dengan diameter lebih dari 0,5 cm. 

Lamelasi jaringan dengan jarak 0,5 sampai 1 cm tanpa memutus jaringan, tentukan pula konsistensi, warna, serta adanya nekrosis atau hemoragik pada jaringan. Jaringan yang sudah dilewati lalu dimasukkan ke dalam wadah serta diberikan cairan fiksasi berupa formalin buffer 10% yang dituangkan hingga tenggelam seluruhnya. Volume cairan fiksasi yang digunakan 10 sampai 20 kali dari volume jaringan. Wadah kemudian ditutup dan diisolasi untuk menghindari cairan yang tumpah. Wadah kemudian dikirimkan ke laboratorium Patologi Anatomi beserta formulir permintaan.

Penanganan spesimen sitologi atau sediaan apus berbeda dengan penanganan jaringan histopatologi. Spesimen sitologi adalah seluruh bahan bukan jaringan yang dikeluarkan dari tubuh manusia berupa cairan tubuh, urine, produk tumor atau proses patologi, maupun feses. Spesimen sitologi dikirimkan ke laboratorium PA untuk dilakukan diagnosis sitopatologi. Sediaan sitologi berupa apusan lendir serviks atau vagina atau dikenal dengan istilah pap smear dilakukan fiksasi dengan fiksasi basah, berupa perendaman slide dengan alkohol 96% selama 30 menit.

Sediaan sitologi berupa pemeriksaan sitologi non ginekologi FNAC berupa slide dilakukan fiksasi sebanyak dua jenis fiksasi, yaitu fiksasi kering dan fiksasi basah. Fiksasi kering yaitu spesimen dikeringkan di udara dan fiksasi basah yaitu perendaman slide dengan alkohol 96%. Slide tersebut dapat dikirimkan ke laboratorium PA.

Sediaan sitologi non ginekologi berupa urine atau cairan dari rongga tubuh, misalnya efusi pleura dan asites, dapat dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi berupa cairan dan difiksasi dengan alkohol 50% sebanyak 1:1. Sebagai contoh, jika ada 50 cc cairan asites yang akan dikirim, maka perlu tambahan 50 cc alkohol 50% sebagai cairan fiksatifnya, dan di campuran homogen. Setelah itu dilakukan pemberian label pada pot dengan keterangan cairan fiksatif alkohol 50%.

Dampak fiksasi yang tidak adekuat terhadap jaringan (histopatologi) dan sel (sitologi) adalah adanya kerusakan jaringan pada saat pembacaan mikroskopis. Sel sel bisa berubah bentuknya dan sulit dikenali, dapat pula menimbulkan kesalahan diagnostik pada pemeriksaan imunohistokimia. Kesalahan dalam tahap pra analitik adalah bersifat irreversibel dan tidak dapat diperbaiki. Oleh karena itu, menjadi sangatlah penting bagi dokter klinisi melakukan fiksasi dan lamelasi jaringan secara sesuai pada tahap pra analitik, sehingga kesalahan diagnostik dapat dihindari dan pemeriksaan Patologi Anatomi dapat membantu penegakan diagnosis pasien secara akurat.

 

Referensi:

Goldblum J, Lamps L, McKenney J, Myers JL. Rosai and Ackermans Surgical Pathology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2018. p2513-258.

S. Kim Suvarna, Christopher Layton, John D. Bancroft. Bancrofts Theory and Practice of Histological Techniques. 7th Edition. Churchill: Livingstone; 2013. p69-93.