Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Menstruasi pertama (menarche) sebagai kriteria kematangan seksual primer pada anak perempuan. Pada tanda seks sekunder pada perempuan meliputi bertambah lebar dan bulatnya pada pinggul, payudara menjadi besar dan bulat, tumbuhnya rambut kemaluan dan rambut ketiak, kulit menjadi lebih kasar, tebal, pucat dan lubang pori bertambah besar, seumbatan kelenjar lemak menyebabkan timbulkan jerawat, sedangkan kelenjar keringat diketiak menyebabkan bau badan.
Dalam sebuah ulasan disampaikan bahwa anak perempuan yang telah mendapat menstruasi pertama serta pertumbuhan dan perkembangan payudara lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya. Anak perempuan mencapai pubertas di usia yang lebih awal diindikasikan penyebabnya antara lain adalah faktor genetik, perbaikan nutrisi, serta lingkungan yang memicu stres. Dalam sebuah penelitian disampaikan bahwa obesitas dan tekanan lingkungan juga diindikasikan memicu pematangan awal pada anak perempuan. Pada penelitian yang lain disampaikan ditemukan adanya hubungan antara kehadiran ayah biologis dan puber dini. Anak perempuan yang memiliki orangtua bercerai dan atau berada dalam keluarga dengan tingkat stres tinggi ditemukan mengalami puber dini daripada anak perempuan yang berada dalam keluarga yang sehat.
Umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki, hal senada sesuai dengan sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa matang lebih awal berefek positif pada laki-laki daripada perempuan. matang lebih awal daripada kelompok seusianya memiliki konsekuensi negatif pada perempuan khususnya jika terdapat stimulus yang memicu stres. jika usia terlalu muda memasuki puber memiliki risiko mengembangkan masalah emosional dan tingkah laku termasuk didalamnya kecemasan. Anak perempuan yang matang lebih awal menunjukkan tingkat kecemasan lebih tinggi daripada mereka yang lambat matang.
Salah satu faktor risiko yang meningkatkan kecemasan menghadapi puber dini karena mereka menerima sedikit persiapan untuk menangani perubahan yang terjadi dan stres menghadapi proses kematangan seksual. Ketidaktahuan remaja mengenai apa yang terjadi pada dirinya dan mengapa hal itu terjadi seringkali diiringi dengan perasaan negatif seperti kecemasan, kaget, panik, bingung dan malu.
Menarche diasosiasikan dengan keyakinan dan kepercayaan yang menggabungkan perasaan positif dan negatif pada saat yang bersamaan seperti kesenangan dan kecemasan, kebahagiaan dan ketakutan, penerimaan dan penolakan, dukungan dan kesepian. Pengalaman menarche tergantung dari beberapa faktor, seperti usia remaja saat itu, berbagai macam persiapan yang diterima, pengetahuan dan harapan, dukungan sosial dari keluarga dan karakteristik personal yang mereka miliki. Menarche bisa menjadi pengalaman positif atau negatif bagi perempuan, tergantung dari persiapan yang diterima. Hal ini dibuktikan dengan sebuah penelitian di US dan Italia, bahwa persiapan yang matang untuk menarche berkorelasi dengan pengalaman positif. Sedangkan perempuan dengan persiapan yang kurang membuat mereka mempersepsikan hal ini sebagai peristiwa yang negatif. bahwa anak perempuan yang matang lebih awal dan atau yang tidak siap cenderung bereaksi lebih negatif terhadap menarche.
Dengan demikian kecemasan dalam mengalami pubertas usia dini atau remaja, tentunya sebuah keterkaitan yang sangat erat dengan dukungan sosial. Anak puber diharapkan berbuat sesuai dengan standar yang pantas untuk usia mereka. Hal ini akan mudah jika pola perilaku mereka terletak pada tingkat perkembangan yang sesuai. Namun apabila kematangannya belum siap untuk memenuhi harapan sosial menurut usianya cenderung akan mengalami masalah. Terkadang anak puber mengembangkan konsep diri yang tidak realistik mengenai penampilan dan kemampuan kelak setelah dewasa. Bentuk kecemasan masa pubertas antara lain kekhawatiran mereka apabila konsep diri ideal tidak terwujud, kekhawatiran pertumbuhan mereka tidak sama dengan teman-temannya, kekhawatiran apakah perubahan tersebut merupakan suatu hal yang normal dan apakah semua orang mengalaminya, serta apa yang sesungguhnya harus dilakukan terhadap perubahan tersebut. Anak perempuan akan lebih siap menghadapi pubertas jika mereka dibekali pengetahuan terkait perubahan yang terjadi dan dijelaskan aspek-aspek emosi selama menstruasi. Pada remaja perempuan umumnya belajar dan tahu tentang menstruasi dari orangtua khususnya ibu.
Dalam hal ini tentunya seorang ibu memiliki peran sangat mendasar dalam mendidik anak perempuan mereka tentang kematangan seksual yang terjadi memberi dukungan emosional dan menyediakan informasi dengan baik tentang masalah ini. Dukungan sosial yang memadai dari lingkungan dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis anak puber karena dengan adanya perhatian dan pengertian maka harga diri anak meningkat, memiliki kejelasan identitas diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri. Dukungan yang diberikan pada anak ketika mengalami pubertas dini, tentunya tidak hanya sekedar dukungan biasa namun dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi.
Dukungan sosial yang tinggi dapat mempengaruhi kecemasan anak, bahwa apabila dukungan sosial yang diperoleh tinggi, dapat membantu seseorang dalam menghadapi kecemasan dan mencegah berkembangnya masalah yang timbul. Sebagaimana disampaikan dalam sebuah ulasan bahwa dukungan yang diperoleh dari orang terdekat seperti ibu membuat anak merasa diperhatikan, dicintai dan merasa adanya penghargaan yang mereka peroleh sehingga rasa cemas, takut dan bingung ketika mengalami pubertas dini dapat diturunkan. Hal yang sama disampaikan dalam sebuah penelitian yang menyatakan bahwa dukungan dari keluarga terutama ibu sebagai sumber ketersediaan informasi yang memadai, memberikan bantuan secara nyata dan dukungan emosional seperti menyemangati, sangat membantu anak dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada masa pubertas. Hal ini juga didukung dengan jurnal yang menunjukan bahwa apabila komunikasi ibu dan anak berlangsung efektif maka remaja akan siap dalam menghadapi menstruasi pertama. Dengan adanya komunikasi yang efektif antara ibu- anak, mereka menganggap bahwa menstruasi merupakan hal yang normal dialami setiap remaja sehingga mereka tidak merasa takut, cemas atau khawatir ketika mendapatkan menstruasi pertama. Mereka lebih memaknai menstruasi sebagai hal yang positif dan menyenangkan sehingga merasa cukup siap dalam menghadapi menstruasi pertama.
Selain dukungan sosial dari keluarga, kebutuhan akan informasi yang terpenuhi menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang diperoleh anak. Tidak hanya dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga ataupun teman, anak juga memperoleh dukungan dari sekolah. Hal ini sangat membantu murid-murid dalam mempersiapkan diri memasuki masa transisi tersebut.
Dengan melihat beberapa ulasan di atas tentunya sebuah dukungan sosial baik dari keluarga maupun masyarakat serta komunikasi yang efektif tentunya sangat dibutuhkan bagi remaja dalam masa transisi. Bagi lingkungan keluarga khususnya orangtua atau saudara hendaknya membantu anak memahami aspek-aspek perubahan yang akan terjadi selama masa pubertas, peka terhadap kebutuhan anak dan melakukan komunikasi aktif dengan anak.
Referensi :
Fajri, A., & Khairani, M. 2011. Hubungan Antara Komunikasi Ibu-Anak dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche) pada Siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 10 No.2.
Ge, X., Brody, G.H., Conger, R.D., & Simons, R.L. 2006. Pubertal Maturation and African American Children's Internalizing and Externalizing Symptoms. Journal of Youth and Adolescence. Vol. 35, No. 4.
Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Marv´an, M.L., Morales, C., & Iniestra, S.C. 2006. Emotional Reactions to Menarche Among Mexican Women of Different Generations. Journal of Sex Roles, 54, 323-330.
Natsuaki, M.N., Leve, L.D., & Mendle, Jane. 2011. Going Through the Rites of Passage : Timing and Transition of Menarche, Childhood Sexual Abuse, and Anxiety Symptoms in Girls. Journal of Youth Adolescence, 40, 1357-1370.
Posner, R.B. 2006. Early Menarche : a Review of Research on Trends in Timing, Racial Differences, Etiology and Psychosocial Consequences. Journal of Sex Roles, 54, 315-322.
Sarafino, E.P. 1998. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction 3rd Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Yustisiana Hidayati, Endah Mastuti, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. 2012. Perbedaan Tingkat Kecemasan Mengalami Pubertas Dini pada Remaja Awal Ditinjau dari Tingkat Dukungan Sosial. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 1, No. 03.