Selasa, 10 Oktober 2023 09:26 WIB

Sumber Zat Gizi Penting bagi Anak Balita Menunjang Pertumbuhan Normal

Responsive image
7052
Erlyna Jayeng Wijayanti, SST, M.Gz - RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Masa balita adalah masa pembentukan dan perkembangan manusia, usia ini merupakan usia yang rawan karena balita sangat peka terhadap gangguan pertumbuhan serta bahaya yang menyertainya. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2006). Fase terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah masa bayi dan balita karena pada masa itulah saat paling penting bagi orang tua dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan buah hati. (Maryunani, 2010).

Salah satu upaya untuk mengetahui adanya penyimpangan pada perkembangan anak adalah dengan deteksi dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan daan pemulihan dapat diberikan secara benar sesuai dengan indikasinya. Deteksi untuk tumbuh kembang ini merupakan suatu upaya yang perlu didukung, karena merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan generasi mendatang yang berkualitas (Yuniarti, 2015).

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menunjukan kualitas hidup suatu masyarakat dan juga memberikan intervensi sehingga akibat lebih buruk dapat dicegah dan perencanaan lebih baik dapat dilakukan untuk mencegah anak-anak lain dari penyakit yang sama (Soekirman, 2000).

Untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan pada masa balita, peran makanan dengan nilai gizi tinggi sangat penting seperti pada makanan sumber protein, vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C, vitamin D, kalsium, zat besi, yodium, fosfor, dan zink.

Karbohidrat adalah pangan yang digunakan sebagai makanan pokok sehari-hari dan menjadi zat gizi yang berfungsi sebagai sumber energi. Beras menjadi sumber pangan karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi. Beras paling banyak dikonsumsi balita dibandingkan dengan makanan pokok lainnya karena beras juga dimakan oleh semua anggota keluarga (bukan hanya balita).

Protein Hewani adalah pangan yang digunakan sebagai lauk-pauk sehari-hari (melengkapi makanan pokok) dan menjadi zat gizi pengatur metabolisme dalam tubuh sehingga dapat menjamin pertumbuhan optimal. Beberapa pangan hewani selain mengandung protein juga diketahui mengandung zat besi tinggi yang berperan untuk mencegah anemia gizi besi. Balita yang masih berada dalam tahap pertumbuhan sangat memerlukan asupan protein yang cukup.

Protein Nabati terutama penting untuk mendapatkan kecukupan protein karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan protein hewani dan relatif tidak menimbulkan alergi dalam konsumsinya seperti yang terjadi pada kasus lactose intolerance dan alergi seafood. Tempe menjadi sumber protein nabati yang paling banyak dikonsumsi yaitu 3 kali sampai dengan 4 kali seminggu.

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Mengonsumsi cukup sayuran dengan jenis yang bervariasi akan mendapatkan kecukupan sebagian besar mineral mikro dan serat yang dapat mencegah terjadinya kegemukan. Penelitian yang dilakukan di Inggris oleh Gibson et al. (1997) menunjukkan bahwa konsumsi sayuran oleh anak-anak dipengaruhi oleh kesukaan anak terhadap sayuran yang biasa disajikan di rumah dan pengetahuan ibu tentang pentingnya konsumsi sayuran untuk mencegah penyakit.

Buah, konsumsi buah-buahan yang cukup dapat mengurangi risiko terjadinya kegemukan dan diabetes pada seseorang (WHO/FAO, 2003). Buah berperan sebagai sumber vitamin dan mineral yang penting dalam proses pertumbuhan. Buah juga bisa jadi alternatif cemilan (snacks) yang sehat untuk balita, dibandingkan dengan makanan jajanan lainnya, karena gula yang terdapat dalam buah tidak membuat seseorang menjadi gemuk namun dapat memberikan energi.

Asupan Mineral Tiga jenis mineral diamati sebagai gambaran asupan mineral pada anak balita, yaitu kalsium (Ca), phosphor (P) dan besi (Fe). Asupan kalsium dan phosphor sangat penting untuk pertumbuhan tulang anak balita. Asupan besi penting untuk pembentukan sel darah merah.

Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan sel di permukaan kulit, membantu mengatur sistem kekebalan tubuh, pelindung terhadap berbagai infeksi dengan cara menjaga pemukaan kulit dan jaringan  baik di mulut, lambung, usus, dan sistem pernapasan agar tetap sehat. Kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh mudah terkena infeksi. Vitamin A dapat ditemui pada bahan makanan berikut minyak ikan, hati sapi, telur, pepaya, tomat masak, wortel, sawi, bayam, daun katuk, daun pepaya, dan daun singkong.

Vitamin B Kompleks. Ada sejumlah vitamin yang termasuk kelompok vitamin B-kompleks yaitu vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), niasin, vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12, asam folat dan kolin. Vitamin B1 berguna untuk metabolisme karbohidrat dan keseimbangan air dalam tubuh. Vitamin B2 digunakan pada proses oksidasi dalam sel-sel. Vitamin B6 untuk pembentukkan sel-sel darah merah. Vitamin B kompleks ini banyak terdapat pada sayur-sayuran, daging-dagingan, atau kacang-kacangan.

Vitamin C berfungsi membantu melindungi diri dari infeksi dengan cara merangsang pembentukan antibodi dan meningkatkan kekebalan tubuh. Selain itu, vitamin C berfungsi untuk pembentukkan sel darah. Sumber vitamin C dapat ditemukan pada daun kelor, jeruk medan, jeruk bali dan jeruk keprok, pepaya, stroberi, jambu biji, jus tomat atau buah–buahan lainnya.

Vitamin D berfungsi untuk memperbesar penyerapan kalsium dan fosfor dari usus. Sumber vitamin D meliputi minyak ikan, salmon, tuna, sarden, makarel, kuning telur, susu, dan sinar matahari.

Kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi, mengatur kontraksi otot termasuk denyut jantung, dan berperan dalam proses pembekuan darah. Bahan makanan sumber kalsium meliputi susu, keju, dan olahannya.

Zat Besi berfungsi untuk bahan produksi sel darah merah serta pembawa oksigen ke seluruh tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat diperoleh pada bahan makanan berikut daging merah, kacang-kacangan, sereal yang telah ditambahkan zat besi, tepung kedelai, dan sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan brokoli.

Yodium berfungsi sebagai bagian dari hormon tiroksin untuk mengatur pertumbuhan, dan aktivasi vitamin A. Yodium dapat ditemukan pada ikan laut, kerang-kerangan, sereal, dan padi-padian.

Zinc berfungsi membantu sistem kekebalan tubuh agar bekerja dengan baik dan dapat membantu menyembuhkan luka. Zinc dapat ditemukan dalam bahan makanan antara lain hati sapi, hati ayam, daging tanpa lemak, ayam, makanan laut, susu, produk gandum, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Fosfor berfungsi untuk regulasi pelepasan energi pada tubuh, membantu pengerasan tulang dan gigi. Fosfor banyak ditemukan dalam daging merah, susu, ikan, unggas, roti, beras, dan gandum.

 

Referensi:

Arnelia, dkk. 2007. Besaran Defisit Zat Gizi Makro dan Mikro pada Anak Baduta dengan Masalah Kurus di Pedesaan dan Perkotaan di Indonesia. Puslitbang Gizi dan Makanan. Bogor.

Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Gibson, J. L et al. 1997. Organisasi dan Manajemen. Jakarta; Penerbit Erlangga.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Maryunani. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media

Muaris.H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta : PT Gramedia

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Supariasa, dkk., 2002

Yuniarti, Sri. 2015. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak Prasekolah. Bandung : PT Refika Aditama.

WHO/FAO, 2003