Pada proses yang normal tubuh akan melakukan adaptasi terhadap suhu lingkungan yang terlalu panas salah satunya dengan jalan mengeluarkan keringat agar tubuh menjadi lebih dingin. Namun, pada penderita hiperhidrosis, keringat yang keluar lebih banyak dari keadaan normal. Kondisi ini terjadi bahkan saat tubuh tidak perlu pendinginan. Hiperhidrosis adalah kondisi di mana tubuh memproduksi keringat berlebih, meskipun cuaca sedang tidak panas atau sedang tidak melakukan kegiatan fisik tertentu. Kondisi ini bisa diatasi dengan menghindari penyebab keringat berlebih, termasuk makanan, hingga melakukan perawatan secara medis. Hiperhidrosis adalah kondisi di mana kelenjar minyak bekerja secara berlebihan. Kondisi ini kemudian membuat tubuh berkeringat secara berlebihan, bahkan di area tubuh yang jarang muncul keringat. Meskipun terkadang tidak memiliki penyebab yang pasti, beberapa jenis penyakit, konsumsi obat tertentu, dan rasa cemas, bisa menyebabkan keringat berlebih. Penderita hiperhidrosis kemudian perlu melakukan perawatan dan pengobatan dalam jangka panjang karena kondisi ini tidak bisa sembuh secara total dan bisa muncul kembali. Hiperhidrosis lebih sering dialami oleh wanita. Umumnya, kondisi ini mulai muncul pada usia kanak-kanak atau remaja. Meski tidak berbahaya, hiperhidrosis bisa menimbulkan perasaan malu, stres, depresi, atau gelisah.
Penyebab Hiperhidrosis
Proses keluarnya keringat terjadi ketika sistem saraf mendeteksi tingkat suhu tubuh. Saat suhu tubuh naik, sistem saraf tubuh akan memicu kelenjar keringat mengeluarkan keringat. Tujuannya adalah agar suhu tubuh menurun.
Sementara hiperhidrosis terjadi akibat kondisi medis tertentu, atau karena sistem saraf tubuh terlalu aktif.
Berdasarkan penyebabnya, hiperhidrosis terbagi 2 (dua), yaitu :
1. Hiperhidrosis primer
Pada hiperhidrosis primer, sistem saraf terlalu aktif dalam merangsang kelenjar keringat. Akibatnya, kelenjar keringat mengeluarkan keringat meski tidak dipicu oleh aktivitas fisik atau kenaikan suhu tubuh.
Penyebab pasti hiperhidrosis primer belum diketahui. Namun, ada dugaan kondisi ini diturunkan dari keluarga.
2. Hiperhidrosis sekunder
Hiperhidrosis sekunder terjadi akibat kondisi medis lain, seperti diabetes, obesitas, hipertiroidisme, penyakit asam urat, menopause, dan beberapa jenis kanker.
Selain akibat kondisi medis, hiperhidrosis sekunder juga dapat muncul akibat efek samping obat tertentu. Kondisi berhenti dari ketergantungan obat atau alkohol juga dapat menyebabkan keringat berlebih.
Gejala Hiperhidrosis
Hiperhidrosis ditandai dengan keluarnya keringat yang sangat banyak tanpa adanya pemicu. Seseorang dapat diduga menderita hiperhidrosis jika :
1. Bulir keringatnya dapat terlihat jelas meski cuaca tidak panas atau saat sedang tidak banyak beraktivitas.
2. Pakaiannya sering basah karena keringat.
3. Mengalami gangguan saat beraktivitas, misalnya sulit membuka pintu atau memegang pena, karena telapak tangan basah oleh keringat.
4. Kulitnya tampak tipis, pecah-pecah, dan terkelupas, dengan warna yang lebih pucat atau kemerahan.
5. Sering mengalami infeksi kulit pada bagian tubuh yang mengeluarkan keringat terlalu banyak.
Gejala hiperhidrosis tergantung pada jenisnya. Berikut penjelasannya :
1. Hiperhidrosis primer
Hiperhidrosis primer biasanya terjadi pada satu atau beberapa bagian tubuh, terutama di ketiak, tangan, kaki, atau dahi. Keringat berlebih tidak muncul saat tidur, tetapi bisa terjadi segera setelah bangun. Umumnya, hiperhidrosis primer terjadi sejak masa kanak-kanak atau remaja.
2. Hiperhidrosis sekunder
Hiperhidrosis sekunder biasanya menyebabkan seluruh tubuh berkeringat secara berlebihan, bahkan saat sedang tidur. Hiperhidrosis sekunder biasanya baru muncul setelah usia dewasa.
Kapan Harus Ke Dokter
Pada beberapa kasus, berkeringat berlebihan dapat menjadi tanda kondisi medis yang serius. Segera ke dokter atau IGD terdekat jika keringat berlebihan disertai mual, nyeri dada, serta pusing atau rasa seperti akan pingsan.
Pemeriksaan ke dokter juga perlu dilakukan jika mengalami kondisi berikut :
1. Keringat yang keluar lebih banyak daripada biasanya.
2. Keringat keluar pada malam hari tanpa adanya pemicu.
3. Keringat berlebih mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Keringat berlebih menimbulkan tekanan emosional atau gangguan pada kehidupan sosial.
5. Keringat keluar banyak dan disertai penurunan berat badan drastis.
Penanganan Hiperhidrosis
Penanganan hiperhidrosis tergantung pada penyebabnya. Jika disebabkan oleh suatu kondisi medis, dokter akan terlebih dahulu mengatasi penyebab tersebut sebelum menangani hiperhidrosis. Namun, jika penyebab hiperhidrosis tidak diketahui, dokter akan langsung mengatasi keringat berlebih.
Jika perbaikan gaya hidup tidak bisa mengendalikan keluarnya keringat, ada beberapa metode yang umumnya dilakukan dokter, yaitu :
1. Pemberian obat-obatan
Untuk meredakan hiperhidrosis, dokter akan meresepkan obat-obatan.
2. Alat penghambat keringat (iontophoresis)
Iontophoresis dilakukan jika hiperhidrosis terjadi di telapak tangan atau kaki. Terapi ini dilakukan dengan merendam tangan atau kaki pasien ke dalam air. Setelah itu, aliran listrik akan disalurkan lewat air untuk menghambat kelenjar keringat.
3. Suntik Botulinum Toksin (Botox)
Suntik botox dapat menghambat kerja saraf yang menyebabkan keringat berlebih untuk sementara. Suntik botox diberikan beberapa kali di area tubuh yang berkeringat dengan diawali pemberian obat bius lokal.
4. Terapi gelombang mikro
Terapi ini menggunakan energi gelombang mikro untuk menghancurkan kelenjar keringat. Terapi ini dilakukan selama 20-30 menit setiap 3 bulan sekali, hingga pasien sembuh. Meski demikian, terapi ini dapat menimbulkan efek samping berupa rasa tidak nyaman dan perubahan sensasi pada kulit.
5. Operasi simpatektomi
Operasi untuk hiperhidrosis dilakukan jika metode pengobatan lain tidak efektif. Operasi yang bernama simpatektomi ini bisa dilakukan dengan cara operasi bedah atau laparoskopi (endoscopic thoracic sympathectomy). Operasi ini dilakukan dengan cara memotong sebagian kecil saraf yang mengatur produksi keringat.
Referensi :
Umayatul Sri Dindari. 2019. Penerimaan Diri pada Penderita Hyperhidrosis. Skripsi Program Studi Psikologi Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Schote, A., et al. 2020. Genome-wide Linkage Analysis of Families with Primary Hyperhidrosis. PLoS One, 15(12), pp. 1-18.
Nawrocki, S., & Cha, J. 2019. The Etiology, Diagnosis, and Management of Hyperhidrosis : A Comprehensive Review : Therapeutic Options. Journal of the American Academy of Dermatology, 81(3), pp. 669-680.
Cleveland Clinic. 2020. Disease & Conditions. Hyperhidrosis.
American Academy of Dermatology Association. 2023. Diseases & Conditions. Hyperhidrosis.
American Academy of Family Physicians. 2022. Family Doctor. Hyperhidrosis.
Healthline. 2020. Hyperhidrosis Disorder (Excessive Sweating).