Senin, 03 Juli 2023 11:36 WIB

Meningkatkan Penerimaan Diri pada Remaja dengan Cerebral Palsy

Responsive image
243
Agus Haryatmo, S.Psi, Psikolog - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Penerimaan diri adalah proses mengakui, menerima, dan menghargai diri sendiri dengan segala kelebihan, kekurangan, dan perbedaan yang dimiliki. Bagi remaja dengan cerebral palsy, penerimaan diri dapat menjadi tantangan, mengingat adanya keterbatasan fisik yang mungkin mempengaruhi mobilitas dan kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman unik, dan penerimaan diri adalah proses yang berkelanjutan. Remaja dengan cerebral palsy perlu diberikan dukungan, empati, dan kesempatan untuk mengembangkan identitas dan penerimaan diri mereka sendiri.

Berikut ini adalah beberapa langkah tambahan yang dapat membantu remaja dengan cerebral palsy dalam proses penerimaan diri:

1.       Edukasi dan pemahaman: Remaja cerebral palsy dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kondisinya dengan membaca buku, artikel, dan sumber daya online yang menginformasikan tentang cerebral palsy. Mengetahui lebih banyak tentang kondisi mereka dapat membantu mereka merasa lebih percaya diri dan memahami bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka.

2.       Terhubung dengan komunitas: Menghubungkan diri dengan komunitas remaja cerebral palsy atau kelompok dukungan serupa dapat memberikan kesempatan untuk bertemu orang-orang dengan pengalaman yang serupa. Ini dapat memberikan rasa saling pengertian, dukungan emosional, dan kesempatan untuk berbagi pengalaman serta strategi yang berguna dalam mengatasi tantangan yang dihadapi.

3.       Menggali minat dan bakat: Membantu remaja dengan cerebral palsy menemukan minat dan bakat mereka dapat memperkuat rasa harga diri dan penerimaan diri. Dorong mereka untuk menjelajahi berbagai kegiatan, seperti seni, musik, olahraga yang dapat diakses, menulis, atau komputer. Mempertimbangkan teknologi adaptif atau bantuan yang mungkin diperlukan untuk membantu mereka berpartisipasi dalam minat dan bakat yang mereka pilih.

4.       Dukungan keluarga dan teman: Peran keluarga dan teman sangat penting dalam mendukung penerimaan diri remaja cerebral palsy. Dukungan emosional, keberanian, dan pengakuan atas prestasi mereka dapat membantu memperkuat rasa harga diri dan penerimaan diri. Komunikasi terbuka dan pengertian terhadap tantangan yang dihadapi remaja dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung.

5.       Pencapaian dan peran model: Mengakui dan merayakan pencapaian remaja dengan cerebral palsy, sekecil apapun, dapat memberikan dorongan dan memperkuat penerimaan diri mereka. Menyediakan peran model atau menghubungkan mereka dengan individu dengan cerebral palsy yang telah mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang, seperti olahraga, seni, atau karier, dapat memberikan inspirasi dan keyakinan bahwa mereka juga bisa mencapai hal-hal besar.

6.       Mendapatkan bantuan profesional: Melibatkan profesional kesehatan, seperti terapis fisik, terapis okupasi, atau konselor, dapat membantu remaja cerebral palsy dalam membangun kepercayaan diri, keterampilan sosial, dan strategi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

7.       Pendidikan inklusif: Mendukung pendidikan inklusif bagi remaja cerebral palsy dapat membantu mereka merasa diterima dan dihargai dalam lingkungan sekolah. Mendorong kolaborasi antara guru, staf sekolah, dan keluarga untuk menyediakan akomodasi yang sesuai dan memastikan partisipasi penuh dalam kegiatan akademik dan sosial dapat meningkatkan rasa keterlibatan dan penerimaan diri.

8.       Fokus pada kemampuan daripada keterbatasan: Penting untuk memperhatikan dan mengapresiasi kemampuan dan potensi remaja cerebral palsy daripada hanya memperhatikan keterbatasan fisik yang mereka hadapi. Mendorong mereka untuk mengembangkan kekuatan dan bakat mereka dapat membangun rasa percaya diri dan mengubah persepsi mereka tentang diri mereka sendiri.

9.       Meningkatkan kemandirian: Memberikan kesempatan bagi remaja dengan cerebral palsy untuk mengembangkan kemandirian adalah penting dalam proses penerimaan diri. Mendorong mereka untuk mengambil tanggung jawab atas tugas sehari-hari, seperti merawat diri sendiri, mengatur waktu, dan mengambil keputusan, akan membantu mereka merasa lebih percaya diri dan mandiri.

10.   Mendukung penyesuaian sosial: Bagi remaja dengan cerebral palsy, penyesuaian sosial dapat menjadi aspek yang menantang. Mendukung mereka dalam membangun keterampilan sosial, seperti berkomunikasi efektif, membangun hubungan, dan menavigasi interaksi sosial, dapat membantu mereka merasa lebih nyaman dan diterima dalam lingkungan sosial.

11.   Melibatkan remaja dalam pengambilan keputusan: Memberikan ruang bagi remaja cerebral palsy untuk terlibat dalam pengambilan keputusan tentang kehidupan mereka sendiri adalah penting dalam membangun penerimaan diri. Mendengarkan pendapat mereka, memberikan kesempatan untuk berbicara, dan menghargai keputusan yang mereka buat akan memberi mereka rasa kontrol dan kepemilikan atas hidup mereka sendiri.

12.   Mengatasi stigma dan diskriminasi: Penting untuk menyadari bahwa stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan cerebral palsy masih ada di masyarakat. Mendukung remaja dalam menghadapi dan mengatasi situasi yang tidak adil atau diskriminatif, serta membantu mereka membangun rasa harga diri dan kepercayaan diri, adalah langkah penting dalam proses penerimaan diri.

Ingatlah bahwa proses penerimaan diri adalah perjalanan yang unik bagi setiap individu. Memberikan waktu, dukungan, dan kesempatan bagi remaja dengan cerebral palsy untuk mengeksplorasi dan membangun identitas mereka adalah hal yang penting. Bersikap sabar, mempromosikan kemandirian, dan mengapresiasi setiap langkah maju akan membantu mereka dalam menghadapi tantangan dengan sikap yang positif dan memperkuat penerimaan

Selama proses penerimaan diri, juga penting untuk mengakui bahwa remaja dengan cerebral palsy mungkin mengalami fluktuasi emosional. Ada hari-hari ketika mereka merasa kuat dan percaya diri, dan ada hari-hari ketika mereka merasa tertekan atau tidak dihargai. Dukungan, pengertian, dan kesabaran yang berkelanjutan adalah kunci dalam membantu mereka melalui perjalanan ini.

 

 

Referensi :

Prasetya, E. (2016). Pengaruh Self-Acceptance Terhadap Kesejahteraan Psikologis Remaja. Jurnal Psikologi, 12(2), 124-133.

Nuraini, E., & Murtani, B. J. (2017). Hubungan Antara Self-Acceptance Dengan Kepuasan Hidup Pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 6(1), 75-83.

Wulandari, L. P., & Hidayati, Y. (2021). Pengaruh Self-Acceptance Terhadap Body Image Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Psikologi, 12(2), 101-109.

Azwar, S. (2018). Penerimaan diri sebagai mediator antara self-esteem dan psychological well-being pada mahasiswa. Jurnal Psikologi, 45(2), 127-138.

Ardi, Z., & Amalia, L. (2019). Hubungan antara penerimaan diri dengan subjective well-being pada remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 11(1), 39-47.

Siswantoro, D., & Susanti, R. (2017). Penerimaan diri dan kesejahteraan psikologis pada remaja. Jurnal Psikologi, 44(1), 1-13.

Rahayu, S. (2019). Penerimaan diri dan self-compassion pada remaja dengan gangguan depresi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 15(2), 251-259.

Nugrahaeni, A., & Kumalasari, D. (2020). Hubungan antara penerimaan diri dengan tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 5(1), 40-46.

Sumber Gambar:
https://cdn.antaranews.com/cache/800x533/2017/12/7ADCDCF8-AB29-4369-BA92-AF0C98B6B5DF.jpeg

https://statik.tempo.co/data/2021/03/22/id_1008960/1008960_720.jpg