Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut.
Golongan Usia Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan menjadi 4, yaitu:
Upaya Kesehatan Bagi Lanjut Usia
Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, depresi dll. Upaya Preventif Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.
Proses Penuaan
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Penuaan seringkali diiringi dengan munculnya berbagai gangguan kesehatan, mulai dari gangguan metabolisme hingga penurunan daya tahan tubuh. Penurunan kondisi fisik pada lansia seperti kehilangan gigi, indera pengecap dan penciuman menurun, tidak mudah merasa lapar, mudah diare , sembelit dan kembung sangat mempengaruhi asupan makan atau daya terima terhadap makanan.
Bagaimana cara mengatasinya? Salah satunya adalah dengan mengatur pola makan. Deteksi dini (Penapisan dan Pengkajian) dan pemberian zat gizi adekuat sebagai tata laksana awal merupakan hal yang penting dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah gizi pada lansia.
Status Gizi Lansia
Status gizi dapat diukur indeks massa tubuh (IMT). IMT didapatkan dari Berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Kategori :
IMT < 18>
IMT 18,5 – 15 = normal
IMT 26 – 29 = kegemukan
IMT > 29 = obesitas
Nutrisi yang baik pada lansia dapat mencegah malnutrisi, mendukung fungsi fisik, mengurangi resiko penyakit kronik, mendukung kesehatan mental serta mencegah disabilitas. Untuk mendapatkan nutrisi yang baik, lansia harus mengkonsumsi makanan seimbang.
Makanan Seimbang bagi Lanjut Usia
Perhitungan Kebutuhan Gizi
1. Kebutuhan Energi (Kalori)
2. Kebutuhan Protein, asupan protein untk lansia disarankan lebih tinggi dibandingkan dewasa muda.
PROT-AGE merekomendasikan : 1 – 1, 2 gram protein/kg. BB/ hari untuk lansia sehat. , pasien lansia dengan risiko malnutsrisi 1, 2 – 1, 5 gram/kg. BB/hari, Pasien dengan diagnosa malnutrisi dan infeksi parah : 2 gram/kg. BBhari
Kebutuhan ini tidak berlaku untuk lansia dengan gangguan ginjal atau pada lansia yang harsus membatasi konsumsi protein.
3. Kebutuhan Lemak
Jenis Lemak Total Lemak As Lemak Jenuh (SFA) As. Lemak Trans (TFA) As. Lemak Tidak Jenuh Ganda (PUFA) As. Lemak Tidak Jenuh Tunggal (MUFA)
Total lemak – SFA – PUFA – TFA < 300>
4. Kolesterol Kebutuhan 20 -35?ri total kalori
5. Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan harian lansia dihitung berdasarkan berat badan : 25 – 30 ml/kg. BB Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan : Faktor Demam Berkeringat Hiperventilasi Hipertiroid
Peningkatan Kebutuhan Cairan 12, 5% untuk setiap kenaikan suhu 10 C di atas normal 10 – 25%, 10 – 60%, 25 – 60%.
Referensi :
Kementerian Kesehartan RI. 2016. Buku Lanjut Usia. Jakarta : Direktorat Kesga Kemenkes
PUSDATIN. 2017. Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Par’i, H. M., Wiyono, S. and Harjatmo, T. P. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta Selatan: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Word Health Organization. 2018. Ageing and Health
Utomo., Mahendro Prasetyo. 2020. Buku Lansia, Yogyakarta : Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengadian Masyarakat (LP3M) UMY
Sumber Gambar :
https://sumut.kemenkumham.go.id/images/zzHariLansiaNasional.jpg