Senin, 17 April 2023 12:35 WIB

Kebutuhan Gizi pada Lansia

Responsive image
19155
Purtiantini, SGz, MM - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut.

Golongan Usia Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan menjadi 4, yaitu:

  • Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
  • Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
  • Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
  • Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

 

Upaya Kesehatan Bagi Lanjut Usia

  • Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, depresi dll. Upaya Preventif Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.

  • Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa

  • Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.

Proses Penuaan

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Penuaan seringkali diiringi dengan munculnya berbagai gangguan kesehatan, mulai dari gangguan metabolisme hingga penurunan daya tahan tubuh. Penurunan kondisi fisik pada lansia seperti kehilangan gigi, indera pengecap dan penciuman menurun, tidak mudah merasa lapar, mudah diare , sembelit dan kembung sangat mempengaruhi asupan makan atau daya terima terhadap makanan.

Bagaimana cara mengatasinya? Salah satunya adalah dengan mengatur pola makan. Deteksi dini (Penapisan dan Pengkajian) dan pemberian zat gizi adekuat sebagai tata laksana awal merupakan hal yang penting dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah gizi pada lansia.

Status Gizi Lansia

Status gizi dapat diukur indeks massa tubuh (IMT). IMT didapatkan dari Berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.

Kategori :

IMT < 18>

IMT 18,5 – 15         = normal

IMT 26 – 29            = kegemukan

IMT  > 29                = obesitas

Nutrisi yang baik pada lansia dapat mencegah malnutrisi, mendukung fungsi fisik, mengurangi resiko penyakit kronik, mendukung kesehatan mental serta mencegah disabilitas. Untuk mendapatkan nutrisi yang baik, lansia harus mengkonsumsi makanan seimbang.

Makanan Seimbang bagi Lanjut Usia

  • Asupan lemak dan garam sebaiknya dikurangi
  • Protein sebaiknya tidak dikurangi dan tidak ditambah.
  • Kalsium ekstra sangat penting, khususnya untuk perempuan postmenopause, diet kaya kalsium dipadukan dengan suplementasi vitamin D dan minum susu secara teratur
  • Vitamin D biasanya tidak perlu ditambah
  • Makanan yang digoreng, sereal, tepung, dan krim cokelat manis sebaiknya dihindari. .
  • Memperbanyak konsumsi serat dari diet untuk mengatasi berbagai gangguan yang berkaitan dengan penuaan seperti konstipasi, diabetes, dan penyakit jantung. yaitu buahan seperti pepaya
  • Memilih ragam makanan seperti produk susu, puding, telur rebus, sayuran (yang telah dikukus), salad yang telah dipotong kecil-kecil, buah lembut seperti pisang dan jeruk
  • Pilihlah makanan yang berwarna, menarik, dan lezat serta sajikan dengan cara menyenangkan yang bisa membangkitkan selera
  • Kurangi asupan karbohidrat, khususnya glukosa/ gula
  • Mengonsumsi berbagai jenis makanan sesuai dengan pedoman diet sehat dan seimbang
  • Meningkatkan frekuensi makanan dalam sehari dengan kudapan (selingan) di antara waktu makan utama (3 x makan utama 3 x makan selingan, porsi kecil tapi sering)
  • Menghindari perut kosong di malam hari (> 12 jam) dengan memundurkan jam makan malam serta mengawalkan sarapan pagi dan atau memberikan kudapan
  • Memberikan makanan dengan nilai kalori tinggi dan atau protein tinggi
  • Mendesain menu sesuai dengan keinginan/preferensi pasien dan memodifikasi tekstur makanan menurut kemampuan mengunyah dan menelan
  • Memberikan suasana yang menyenangkan saat makan.

 

Perhitungan Kebutuhan Gizi

1.  Kebutuhan Energi (Kalori)

  • BB aktual digunakan pada pasien dengan IMT kurang dan normal.
  • Kebutuhan energi pasien dengan IMT kurang dapat berubah sesuai dengan perubahan berat badan aktual yang di dapatkan saat monev.
  • BB ideal digunakan pada pasien dengan IMT lebih atau obese.
  • Kebutuhan energi lansia sehat dimulai dari 25 -30 kkal/kg/hari
  • Kebutuhan energi pasien lasia dengan kondisi stress metabolik 30 -35 kkll/kg/hari

2.  Kebutuhan Protein, asupan protein untk lansia disarankan lebih tinggi dibandingkan dewasa muda.

PROT-AGE merekomendasikan  : 1 – 1, 2 gram protein/kg. BB/ hari untuk lansia sehat. , pasien lansia dengan risiko malnutsrisi  1, 2 – 1, 5 gram/kg. BB/hari, Pasien dengan diagnosa malnutrisi dan infeksi parah : 2 gram/kg. BBhari

Kebutuhan ini tidak berlaku untuk lansia dengan gangguan ginjal atau pada lansia yang harsus membatasi konsumsi protein.

3.  Kebutuhan Lemak

Jenis Lemak Total Lemak As Lemak Jenuh (SFA) As. Lemak Trans (TFA) As. Lemak Tidak Jenuh Ganda (PUFA) As. Lemak Tidak Jenuh Tunggal (MUFA)

Total lemak – SFA – PUFA – TFA < 300>

4.  Kolesterol Kebutuhan 20 -35?ri total kalori

5.  Kebutuhan Cairan

Kebutuhan cairan harian lansia dihitung berdasarkan berat badan : 25 – 30 ml/kg. BB Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan : Faktor Demam Berkeringat Hiperventilasi Hipertiroid

Peningkatan Kebutuhan Cairan 12, 5% untuk setiap kenaikan suhu 10 C di atas normal 10 – 25%, 10 – 60%,  25 – 60%.

 

 

Referensi :

Kementerian Kesehartan RI. 2016. Buku Lanjut Usia. Jakarta : Direktorat Kesga Kemenkes

PUSDATIN. 2017. Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Par’i, H. M., Wiyono, S. and Harjatmo, T. P. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta Selatan: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Word Health Organization. 2018. Ageing and Health

Utomo., Mahendro Prasetyo. 2020. Buku Lansia, Yogyakarta : Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengadian Masyarakat (LP3M) UMY

Sumber Gambar :

https://cms.sehatq.com/public/img/article_img/memahami-angka-kecukupan-gizi-dan-cara-memenuhinya-1582701049.jpg

https://sumut.kemenkumham.go.id/images/zzHariLansiaNasional.jpg