Bruxism adalah kebiasaan menggeretakkan dan menggesekkan gigi yang dilakukan secara tidak sadar. Kebiasaan ini bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Jika kebiasaan ini tidak ditangani, penderita bruxism berpotensi mengalami kerusakan berat pada giginya. Bruxism atau menggemeretakkan gigi atas dan bawah adalah kebiasaan buruk yang dapat terjadi karena dipicu oleh stress jadi harus terapi untuk mencari sumber stres dan menguranginya. Dengan mencari tahu sumber stres dan mengatasinya, diharapkan kebiasaan buruk menggesekkan gigi atas dan bawah juga menghilang.
Selain terapi, kebiasaan ini bisa dicegah dengan menggunakan alat bernama splin oklusal, pelindung gigi yang serupa dengan pelindung gigi petinju. Periksakan diri ke dokter gigi yang akan mencetak gigi Anda, lalu membuatkan pelindung gigi yang sesuai bentuk serta ukurannya. Alat itu dipakai sebelum tidur, sehingga ketika gigi atas dan bawah saling bergesekan, gigi tetap terlindungi. Bila kebiasaan ini berlangsung secara rutin dan tidak diatasi, bruxism bisa menyebabkan gigi aus dan berdampak untuk kesehatan. Pada banyak kasus, bruxism terjadi secara spontan ketika seseorang sedang berkonsentrasi, merasa cemas, atau saat mengalami stres yang berlebihan. Bruxism mungkin awalnya tidak menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Akan tetapi, bruxism lama-kelamaan bisa menimbulkan dampak yang lebih besar, seperti kerusakan gigi, sakit kepala, dan gangguan pada rahang yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
Penyebab Bruxism
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti hal-hal apa saja yang menjadi penyebab bruxism. Ada beberapa faktor fisik dan psikologis yang bisa menjadi pemicu terjadinya bruxism, yaitu:
Bruxism pada anak
Sama seperti orang dewasa, bruxism pada anak-anak bisa dipicu oleh stres, misalnya saat akan menghadapi ujian sekolah. Di samping itu, bruxism pada anak-anak juga terjadi akibat pengaruh kondisi lain, seperti susunan gigi atas dan bawah yang tidak normal,ADHD, kekurangan gizi, alergi, dan infeksi cacing krememi
Gejala Bruxism
Seseorang dengan bruxism memiliki kebiasaan untuk menggeretakkan, menekan, atau menggesek giginya ke atas dan ke bawah, atau ke kanan dan ke kiri secara tidak sadar. Hal ini dapat memicu munculnya gejala lain, seperti:
Bruxism dapat terjadi pada siang atau malam hari, tetapi lebih sering terjadi saat seseorang sedang tertidur (sleep bruxism). Hal ini dapat menyebabkan gangguan tidur pada penderita bruxism maupun pasangan tidurnya karena terganggu dengan suara gemeretak gigi.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter atau dokter gigi ika pasangan tidur Anda mengatakan bahwa Anda sering menggemeretakkan gigi saat tidur, terutama jika Anda juga sudah mengalami gejala-gejala di atas. Pemeriksaan yang lebih dini dapat menghindarkan Anda dari komplikasi bruxism.
Pemeriksaan Bruxism
Dokter akan memeriksa kondisi gigi pasien untuk melihat sejauh mana tingkat pengikisan atau kerusakan pada gigi. Dokter juga akan menilai kekakuan pada otot rahang pasien dan gerakan sendi rahang.
Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan foto panoramik, untuk melihat kerusakan gigi atau kondisi rahang dengan lebih detail.
Penanganan Bruxism
Pada kebanyakan kasus, bruxism tidak memerlukan penanganan khusus. Anak-anak yang mengalami bruxism bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Pada orang dewasa, pengobatan biasanya akan dilakukan jika kebiasaan menggeretakkan gigi sudah terlalu parah dan menimbulkan kerusakan pada gigi.
Tindakan yang mungkin akan dilakukan dokter antara lain:
Selain itu, dokter akan menyarankan pasien untuk mengompres dan melakukan pijatan ringan di otot-otot yang sakit.
Seperti yang telah diketahui, bruxism dapat dipicu oleh kondisi lain, seperti penyakit atau penggunaan obat tertentu. Oleh karena itu, dokter juga akan mengatasi pemicu bruxism tersebut bila ditemukan.
Komplikasi Bruxism
Pada sebagian kasus, bruxism parah bisa menyebabkan munculnya komplikasi serius. Berikut beberapa komplikasi yang mungkin terjadi, di antaranya:
Referensi :
Amandia Dewi Permana , 2020, Bruxism pada anak dan perawatannya, Jurnal kedokteran gigi fakultas kedokteran gigi Universitas Jember
Dadnam, D., Dadnam, C., & Al-Saffar, H. (2021). Pandemic Bruxism. British Dental Journal, 230(5), pp. 271.
Przsta?ska, A. et al. (2019). Psychosocial Predictors of Bruxism. Hindawi, 2019, pp. 1–9.
Johns Hopkins Medicine (2021). Conditions and Diseases. Bruxism.
National Health Service UK (2020). Health A to Z. Teeth Grinding (Bruxism).
Mayo Clinic (2017). Diseases & Conditions. Bruxism (Teeth Grinding).
Frisbee, E. WebMD (2021). Oral Care. Dental Health and Teeth Grinding (Bruxism).