Senin, 17 April 2023 11:34 WIB

Bruxism

Responsive image
3190
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Bruxism adalah kebiasaan menggeretakkan dan menggesekkan gigi yang dilakukan secara tidak sadar. Kebiasaan ini bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Jika kebiasaan ini tidak ditangani, penderita bruxism berpotensi mengalami kerusakan berat pada giginya. Bruxism atau menggemeretakkan gigi atas dan bawah adalah kebiasaan buruk yang dapat terjadi karena dipicu oleh stress jadi harus terapi untuk mencari sumber stres dan menguranginya. Dengan mencari tahu sumber stres dan mengatasinya, diharapkan kebiasaan buruk menggesekkan gigi atas dan bawah juga menghilang.

Selain terapi, kebiasaan ini bisa dicegah dengan menggunakan alat bernama splin oklusal, pelindung gigi yang serupa dengan pelindung gigi petinju. Periksakan diri ke dokter gigi yang akan mencetak gigi Anda, lalu membuatkan pelindung gigi yang sesuai bentuk serta ukurannya. Alat itu dipakai sebelum tidur, sehingga ketika gigi atas dan bawah saling bergesekan, gigi tetap terlindungi. Bila kebiasaan ini berlangsung secara rutin dan tidak diatasi, bruxism bisa menyebabkan gigi aus dan berdampak untuk kesehatan. Pada banyak kasus, bruxism terjadi secara spontan ketika seseorang sedang berkonsentrasi, merasa cemas, atau saat mengalami stres yang berlebihan. Bruxism mungkin awalnya tidak menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Akan tetapi, bruxism lama-kelamaan bisa menimbulkan dampak yang lebih besar, seperti kerusakan gigi, sakit kepala, dan gangguan pada rahang yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.

Penyebab Bruxism

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti hal-hal apa saja yang menjadi penyebab bruxism. Ada beberapa faktor fisik dan psikologis yang bisa menjadi pemicu terjadinya bruxism, yaitu:

  • Merasa cemas, stres, marah, frustrasi, atau tegang
  • Memiliki ciri kepribadian yang agresif, kompetitif, atau hiperaktif
  • Memiliki anggota keluarga dengan bruxism
  • Memiliki gangguan tidur, contohnya sleep apnea atau sleep paralysis (ketindihan) 
  • Menjalani gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan narkoba
  • Menderita penyakit tertentu, seperti penyakit parkinson, demensia, penyakit asam lambung, atau epilepsi
  • Mengonsumsi obat-obatan phenothiazine, seperti chlorpromazine dan beberapa jenis obat antidepresan

Bruxism pada anak

Sama seperti orang dewasa, bruxism pada anak-anak bisa dipicu oleh stres, misalnya saat akan menghadapi ujian sekolah. Di samping itu, bruxism pada anak-anak juga terjadi akibat pengaruh kondisi lain, seperti susunan gigi atas dan bawah yang tidak normal,ADHD, kekurangan gizi, alergi, dan infeksi cacing krememi 

Gejala Bruxism

Seseorang dengan bruxism memiliki kebiasaan untuk menggeretakkan, menekan, atau menggesek giginya ke atas dan ke bawah, atau ke kanan dan ke kiri secara tidak sadar. Hal ini dapat memicu munculnya gejala lain, seperti:

  • Permukaan atas gigi menjadi rata (tidak bergerigi)
  • Gigi menjadi lebih sensitif 
  • Otot rahang menjadi tegang
  • Sakit kepala
  • Sakit telinga

Bruxism dapat terjadi pada siang atau malam hari, tetapi lebih sering terjadi saat seseorang sedang tertidur (sleep bruxism). Hal ini dapat menyebabkan gangguan tidur pada penderita bruxism maupun pasangan tidurnya karena terganggu dengan suara gemeretak gigi.

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter atau dokter gigi ika pasangan tidur Anda mengatakan bahwa Anda sering menggemeretakkan gigi saat tidur, terutama jika Anda juga sudah mengalami gejala-gejala di atas. Pemeriksaan yang lebih dini dapat menghindarkan Anda dari komplikasi bruxism.

Pemeriksaan Bruxism

Dokter akan memeriksa kondisi gigi pasien untuk melihat sejauh mana tingkat pengikisan atau kerusakan pada gigi. Dokter juga akan menilai kekakuan pada otot rahang pasien dan gerakan sendi rahang.

Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan foto panoramik, untuk melihat kerusakan gigi atau kondisi rahang dengan lebih detail.

Penanganan Bruxism

Pada kebanyakan kasus, bruxism tidak memerlukan penanganan khusus. Anak-anak yang mengalami bruxism bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Pada orang dewasa, pengobatan biasanya akan dilakukan jika kebiasaan menggeretakkan gigi sudah terlalu parah dan menimbulkan kerusakan pada gigi.

Tindakan yang mungkin akan dilakukan dokter antara lain:

  • Pemberian pelindung gigi saat tidur untuk mencegah kerusakan gigi yang makin parah
  • Pemasangan crown gigi baru untuk memperbaiki gigi yang sudah rusak parah
  • Pemberian obat pelemas otot untuk dikonsumsi sebelum tidur
  • Pemberian suntik botoxpada rahang untuk melemaskan otot rahang yang kaku
  • Pemberian obat pereda nyeri untuk mengatasi nyeri rahang dan nyeri wajah

Selain itu, dokter akan menyarankan pasien untuk mengompres dan melakukan pijatan ringan di otot-otot yang sakit.

Seperti yang telah diketahui, bruxism dapat dipicu oleh kondisi lain, seperti penyakit atau penggunaan obat tertentu. Oleh karena itu, dokter juga akan mengatasi pemicu bruxism tersebut bila ditemukan.

  • Terapi untuk mengurangi stres dan kecemasan, seperti meditasi dan yoga
  • Terapi biofeedback dengan bantuan elektromiografi, untuk membiasakan pasien mengontrol aktivitas otot rahang setiap kali otot menegang
  • Terapi perubahan perilaku, untuk membiasakan pasien menghentikan bruxism setiap kali ia menyadarinya

Komplikasi Bruxism

Pada sebagian kasus, bruxism parah bisa menyebabkan munculnya komplikasi serius. Berikut beberapa komplikasi yang mungkin terjadi, di antaranya:

  • Gigi menjadi retak, goyang, bahkan sampai copot.
  • Sakit kepala tegang jangka panjang
  • Nyeri wajah dan telinga jangka panjang
  • Peradangan atau pergeseran sendi rahang 
  • Perubahan bentuk wajah
  • Insomnia 
  • Infeksi gigi atau bahkan abses gigi

 

 

 

Referensi :

Amandia Dewi Permana , 2020, Bruxism pada anak dan perawatannya, Jurnal kedokteran gigi fakultas kedokteran gigi Universitas Jember

Dadnam, D., Dadnam, C., & Al-Saffar, H. (2021). Pandemic Bruxism. British Dental Journal, 230(5), pp. 271.

Przsta?ska, A. et al. (2019). Psychosocial Predictors of Bruxism. Hindawi, 2019, pp. 1–9.

Johns Hopkins Medicine (2021). Conditions and Diseases. Bruxism.

National Health Service UK (2020). Health A to Z. Teeth Grinding (Bruxism).

Mayo Clinic (2017). Diseases & Conditions. Bruxism (Teeth Grinding).

Frisbee, E. WebMD (2021). Oral Care. Dental Health and Teeth Grinding (Bruxism).