Selasa, 04 April 2023 10:46 WIB

Tips Puasa Untuk Penderita Diabetes

Responsive image
885
Hera Ganefi TD, DCN, MARS - RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor

Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus mengalami peningkatan setiap tahun dan menjadi ancaman kesehatan dunia. Prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 menyumbang 90?ri semua diabetes dan merupakan salah satu yang terbanyak di dunia. Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF) (2019), sekitar setengah miliar orang menderita diabetes. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) memperkirakan 2,2 juta angka kematian akibat penyakit diabetes melitus.

Diabetes Melitus memiliki dampak  yang sangat berbahaya karena dapat menimbulkan penyakt komplikasi. Untuk mencapai fokus pengelolaan Diabetes Melitus yang optimal maka perlu adanya keteraturan. Salah satu hal yang terpenting bagi pasien diabetes melitus adalah pengendalian kadar gula darah, maka perlu memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah. Pengendalian kadar gula darah pada pasien tersebut  berhubungan dengan faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi mempunyai kaitan dengan penyakit tersebut (Perkeni, 2015).

Penyakit Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan, namun dengan pengendalian melalui pengelolaan diet Diabetes Melitus dapat mencegah terjadinya komplikasi. Kepatuhan diet merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penatalaksaan penyakit Diabetes Melitus. Hal tersebut dikarenakan perencanaan makan merupakan salah satu dari 4 pilar utama dalam pengelolaan Diabetes Melitus (Perkeni, 2015). Kendala utama pada penanganan diet Diabetes Melitus adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti Diet (Fauzia, et. al, 2017).

Kunci utama diet pada Diabetes Melitus adalah 3J yaitu jumlah kalori, jenis makanan, dan jadwal makanan. Hal yang harus diperhatikan dalam penatalaksaan diet untuk pasien Diabetes Melitus yaitu untuk jadwal makan, harus dipertimbangkan kegemaran pasien DM terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan ya yang biasanya diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya (Smeltzer, 2012). Zanti (2017), menjelaskan bahwa sebagian besar (53,1%) pasien Diabetes Melitus tidak patuh pada standar diet Diabetes Melitus berdasarkan kepada 3J (jumlah, jenis dan jadwal). Ketidakpatuhan pasien Diabetes Melitus terhadap diet dapat berdampak negatif terhadap kesehatannya jika makanan yang dikonsumsi oleh pasien  tidak dikontrol (Fauzia, et. al, 2017).

Diabetes Melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh terganggunya insulin di dalam tubuh sehingga menyebabkan hiperglikemia yang disertai abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Donelly, 2015). Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013).  Diabetes Melitus dalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin (Bustan, 2015).

Tidak adanya glukosa yang masuk kedalam sel mengakibatkan sel mengalami kurang energi untuk proses metabolisme selular. Hal ini kemudian diinterprestasikan oleh sel-sel tubuh sebagai kondisi kekurangan glukosa sehingga tubuh akan merespon dengan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk menimbulkan kadar glukosa darah. Respon pertama yaitu pasien sering merasa lapar sebagai respon terhadap rendahnya intake glukosa oleh sel. Respon lainnya yaitu meningkatnya produksi glukosa tubuh dalam mekanisme lipolisis dan glukoneogenesis. Lemak dan protein jaringan akan dipecah menjadi glukosa. Jika hal ini terjadi secara berkepanjangan maka tubuh akan mengalami penurunan kadar protein dalam jaringan. Selain itu pemecahan lipid akan menghasilkan produk sampingan berupa benda keton yang bersifat asam. Kondisi ini dapat mengakibatkan ketosis dan ketoasidosis yang dapat mengancam. Penurunan produksi insulin pada pasien diabetes melitus, dapat mengakibatkan gangguan metabolisme yaitu terjadi penurunan transport glukosa ke dalam sel, peningkatan katabolisme protein otot dan lipolisis (Sudoyo, 2009).

Gen memiliki peran dalam Diabetes Tipe. Namun banyak sekali bukti menunjukkan bahwa perubahan diet dan gaya hidup dapat mengurangi peluang terserang Diabetes walaupun kedua orang tua menderita Diabetes. Seseorang dikatakan diabetes bila pada pemeriksaan laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa dalam darah keadaan puasa (GDP) pagi hari >126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu (GDS) > 200 mg/dl.

 

Diet Optimal

Pengaturan makanan maksudnya adalah merancang sedemikian rupa makanan yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan sehingga insulin yang tersedia mencukupi. Disamping itu susunan zat gizinya sehat dan seimbang (Kariadi, 2009). Tujuan umum penatalaksanaan diet pasien Diabetes Melitus antara lain: untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal, mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas normal ± 10?ri berat badan idaman, mencegah komplikasi akut atau kronik, serta meningkatkan kualitas hidup (Suyono, 2009). Adapun prinsip Diet Diabetes, sebagai berikut:

1.  Menu seimbang (beragam jenis)

Menu seimbang beragam, sama untuk semua orang

Jenis makanan : bahan makanan rendah indeks glikemik, makanan pengganti

2.  Pembagian makan (jadwal)

Pembagian makan: pagi, siang, sore/malam

Diberikan makanan selingan diantara waktu makan

3.  Banyaknya (kalori)

Nilai kalori atau banyaknya makanan yang akan dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan individu. Dihitung berdasarkan data hasil wawancara seperti berat badan, tinggi badan, kebiasaan makan, aktivitas sehari-hari, jenis kelamin

Jenis bahan makanan yang dianjurkan bagi pasien Diabetes Melitus, Sumber Makanan  Karbohidrat Kompleks seperti : Nasi, roti, mie, kentang, singkong dan sagu.  Protein rendah lemak seperti : Ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tahu, tempe, kacang kacangan. Lemak (dalam jumlah terbatas) Makanan yang diolah dengan cara dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar (Almatsier, 2013).

 

Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus

a.  Rutin berolahraga

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2 apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 16 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani

b.  Menjaga berat badan tetap ideal

salah satu hal yang ikut ambil peran pada terjadinya diabetes mellitus adalah kelebihan berat badan. Ini berarti, risiko diabetes mellitus bisa ditekan bila mendapatkan dan mempertahankan berat badan di rentang normal. 

c.  Menerapkan pola makan sehat

National Weight Control Registy (NWCR) menjelaskan, pola makan yang dianggap bermanfaat dalam menurunkan berat adalah sering makan dalam porsi kecil (lima kali makan per hari). Tak sebatas itu, kits perlu mempersiapkan makanan yang dikonsumsi secara mandiri (diolah dan dimasak sendiri), mengurangi asupan lemak menjadi rata-rata 24?ri total makanan yang masuk ke tubuh, mengonsumsi 55% kalori dalam bentuk karbohidrat, dan mengonsumsi kurang dari 1500 kkl per hari.

d.  Melakukan pengecekan gula darah secara berkala

e.  Mengelola stres

f.  Rajin minum air putih sesuai takaran

 

Puasa Ramadan Bagi Penderita Diabetes Melitus

Bagi penderita diabetes melitus, kegiatan puasa Ramadhan akan mempengaruhi kendali glukosa darah akibat perubahan pola dan jadwal makan serta aktivitas fisik. Pasien diabetes sering tetap ingin berpuasa meskipun secara medis tidak memungkinkan. Peranan dokter, sekali lagi, bukan sebagai pemberi fatwa apakah seseorang pasien boleh berpuasa atau tidak. Dokter hanya berperan memberikan pandangan dan panduan mengenai dampak puasa terhadap kondisi medis pasien dan bagaimana mengurangi risiko komplikasi (Firmansyah, 2016).

Pertimbangan medis terkait resiko serta tatalaksana DM secara menyeluruh harus dikomunikasikan oleh dokter kepada pasien DM dan atau keluarganya melalui kegiatan edukasi. Berpuasa dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi akut seperti hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dan dehidrasi atau thrombosis. Risiko tersebut terbagi menjadi risiko sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Risiko komplikasi tersebut terutama muncul pada pasien diabetes melitus dengan resiko sedang sampai sangat tinggi (PERKENI, 2015).

Dengan keadaan demikian saat puasa ramadhan, penderita tetap dapat menajalankan puasa,  tidak ada yang berubah untuk penderita Diabetes, kecuali menggeser jadwal makan. Dari pagi, siang, sore/malam menjadi saat buka dan sahur. Nilai kalori tetap disesuaikan dengan kebutuhan, dibagi ke dalam pola 3x makan 3x selingan. Waktu makan disesuaikan dengan jadwal penggunaan obat oral atau suntikan insulin. Adapun Contoh pola makan sebelum puasa:

1.      Makan pagi

2.      Snack pagi

3.      Makan siang

4.      Snack sore

5.      Makan malam

6.      Snack malam

Contoh pola makan saat puasa:

1.      Sahur

Pukul 03.00          Minum air putih, buah

Pukul 03.45          Makan utama

Pukul 04.15          Snack pagi      

2.      Buka Puasa

Pukul 18.00          Minum air putih + 5 s.d 7 buah kurma/cookies 1 s.d 2 keping+ air putih

Pukul 18.15          Setelah solat magrib, makan utama + buah + air putih

Pukul 20.30          Setelah solat isya/taraweh, susu untuk Diabetesi + buah 100   gram +  Minum air putih

 

Bagi seseorang yang memiliki riwayat diabetes,  Selama berpuasa, bisa menjadi tantangan besar, karena mereka sebenarnya dianjurkan untuk makan secara teratur. Namun, bila dilakukan secara tepat, puasa bisa memberi manfaat bagi pengidap diabetes. Penyakit diabetes atau yang lebih dikenal dengan sebutan kencing manis termasuk salah satu jenis penyakit kronis, di mana kadar gula darah di dalam tubuh meningkat, sehingga sistem metabolisme menjadi terganggu. Pengidap diabetes bisa berpuasa, asal konsul terlebih dahulu dengan dokter.

 

Referensi :

Almatsier, A. (2013). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Bustan, M. N. (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Donelly. (2015). Buku pegangan diabetes. edisi ke-4. USA: John Willey & Sons Limites. Diterjemahkan oleh Egi Komara Yuda, S.Kp.,MM

Fauzia, Y., Sari, E., & Artini, Bu. (2015). Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas Pakis Surabaya. Keperawatan, 4 (2).Diakses pada tanggal 10 September 2020 dari https://doi.org/10.1016/j.palaeo.2007.01.011

https://www.klikdokter.com/info-sehat/diabetes/berat-badan-ideal-untuk-cegah-diabetes-mellitus

IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas (9th ed.). Belgium: International Diabetes federation. Diakses pada tanggal 10 September 2020 dari https://www.diabetesatlas.org/en/resources/

PERKENI. (2015). Konsnsus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Diakses pada tanggal 12 September 2020 dari http.www.perkeni.net.

Smeltzer, S. C. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah (8th ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sudoyo. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2 (5th ed.). Jakarta: Interna Publishing.

Suyono, S. (2011). Patofisiologi diabetes melitus buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: FKUI

Sumber Gambar : Topntp26 on Freepik