Jumat, 31 Maret 2023 08:19 WIB

Sistiserkosis

Responsive image
1634
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Sistiserkosis adalah infeksi jaringan parasit yang disebabkan oleh kista larva cacing pita Taenia solium yang biasa hidup dalam tubuh babi. Kista larva ini dapat menginfeksi otak, otot, atau jaringan lain, dan merupakan penyebab utama kejang onset dewasa di beberapa negara. Sistiserkosis dapat menyebar ketika seseorang menelan telur yang ditemukan dalam kotoran yang terkandung cacing pita usus. Gejala sistiserkosis dapat muncul dalam beberapa hari, bulan, bahkan beberapa tahun setelah seseorang terinfeksi cacing pita Taenia solium. Keluhan yang muncul dapat bervariasi, tergantung pada lokasi infeksi, jumlah, dan besarnya kista yang terbentuk akibat larva cacing pita ini.

Penyebab Sistiserkosis

Sistiserkosis disebabkan oleh infeksi larva (cysticerci) cacing pita Taenia solium. Cacing ini sering hidup di dalam tubuh babi. Selain bentuk larvanya, bentuk dewasa cacing pita ini juga bisa menginfeksi manusia dan menyebabkan taeniasis. Umumnya, taeniasis terjadi di usus.

Saat mengalami taeniasis, telur yang dihasilkan oleh cacing pita dewasa akan keluar melalui feses dan mengontaminasi tanah serta air disekitarnya.

Telur cacing pita tersebut dapat termakan oleh manusia, berkembang menjadi larva, dan selanjutnya menginfeksi jaringan tubuh, seperti kulit, otot, mata, dan otak. Kondisi inilah yang disebut dengan sistiserkosis.

Kontaminasi telur cacing pita di tanah dan air juga bisa menginfeksi babi, kemudian berkembang menjadi larva di tubuh babi. Seseorang yang mengonsumsi daging babi yang terinfeksi cacing pita berisiko mengalami taeniasis.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sistiserkosis, yaitu:

  • Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing pita
  • Tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau setelah menyentuh daging mentah
  • Tinggal bersama penderita taeniasis atau di area endemik sistiserkosis

Gejala Sistiserkosis

Sistiserkosis jarang menimbulkan gejala. Gejala sistiserkosis umumnya baru muncul ketika larva cacing tumbuh, kemudian berkembang di bagian tubuh tertentu dan membentuk kista. Keluhan yang terjadi umumnya tergantung pada lokasi dan jumlah kista yang terbentuk.

Sistiserkosis di sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) disebut dengan neurosistiserkosis. Beberapa gejala neurosistiserkosis adalah:

  • Kejang berulang
  • Lumpuh, tremor,atau mati rasa
  • Sakit kepala
  • Penglihatan menurun
  • Muntah
  • Penurunan kesadaran
  • Penurunan fungsi kognitif atau demensia 
  • Stroke
  • Hidrosefalus
  • Pembengkakan otakatau edema serebral

Neurosistiserkosis juga bisa menyebabkan nyeri punggung, nyeri panggul, disfungsi seksual, sulit menahan buang air besar atau buang air kecil, kesulitan berjalan, dan gangguan keseimbangan.

Pemeriksaan Sistiserkosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan di mata dengan oftalmoskop, pemeriksaan benjolan yang muncul di bawah kulit, dan pemeriksaan saraf.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa :

  • Pemindaian dengan CT scan atau MRI, untuk mendeteksi keberadaan kista dan melihat ukuran kista
  • Tes darah, untuk menilai kadar dan jumlah sel-sel darah, fungsi hati, dan mendeteksi antibodi yang terbentuk akibat infeksi cysticerci di dalam tubuh
  • Pemeriksaan tinja, untuk mendeteksi telur cacing pita di dalam tinja
  • Biopsi atau pengambilan sampel jaringan, untuk mendeteksi ada tidaknya kista dalam jaringan

Penanganan Sistiserkosis

Pengobatan sistiserkosis bertujuan untuk meredakan gejala, mengatasi infeksi larva cacing pita, dan mencegah komplikasi. :

1.   Obat-obatan

 Ada beberapa obat yang dapat diberikan untuk meredakan gejala sistiserkosis, yaitu :

  • Obat cacing, untuk membunuh larva cacing pita yang masih hidup
  •  Antikonvulsan, untuk mengatasi kejang
  • Antiradang, untuk meredakan peradangan yang bisa menyebabkan edema serebral dan Vaskulitis

2.   Operasi

Pada beberapa kasus sistiserkosis, operasi pengangkatan kista dapat dilakukan untuk meredakan gejala yang timbul. Jika sistiserkosis menyebabkan hidrosefalus,operasi pemasangan VP shunt juga bisa dilakukan.

Komplikasi Sistiserkosis

Sistiserkosis yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan sejumlah komplikasi kesehatan, seperti :

  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan kognitif
  • Pembengkakan otak
  • Vaskulitis
  • Meningitis
  • Hidrosefalus
  • Epilepsi
  • Herniasi otak
  • Stroke
  • Kelumpuhan
  • Koma
  • Kematian

Pencegahan Sistiserkosis

Untuk mencegah sistiserkosis, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu :

  • Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, terutama setelah menggunakan toilet, mengganti popok, dan sebelum makan atau mengolah
  • Kupas dan cuci sayuran atau buah - buahan hingga bersih sebelum dimakan.
  • Pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi sudah dimasak hingga matang, khususnya ketika bepergian ke tempat dengan kasus taeniasis atau sistiserkosis yang tinggi.

 

Referensi :

Elfa Susanti, 2018, Taeniasis Solium dan Sistiserkosis pada Manusia, jurnal kedokteran Universitas Riau 

Suriawanto N, dkk, 2014, Deteksi cacing pita (Taenia soliumL)melalui uji feses pada masyarakat desa Purwosari Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Biocelebes.

Prodjinotho, U., et al. (2020). Host immune Responses During Taenia solium Neurocysticercosis Infection and Treatment. PLOS Neglected Tropical Diseases, 14(4), pp. e0008005.

Li, H., Sun, J. & Nan, G. (2019). Nonspecific Dizziness as an Unusual Presentation of Neurocysticercosis. Medicine, 98(30), pp. e16647.

Centers for Disease Control and Prevention (2022). Parasites-Cysticercosis. Biology. National Organization for Rare Disorders (2022). Cysticercosis.

National Institutes of Health (2021). MedlinePlus. Ventriculoperitoneal Shunting.

Cleveland Clinic (2022). Disease & Conditions. Cysticercosis.

Medscape (2019). Cysticercosis (Pork Tapeworm Infection) Treatment & Management.

Merck Manual (2022). Taenia Solium (Pork Tapeworm) Infection and Cysticercosis.