Selasa, 21 Maret 2023 09:55 WIB

Keguguran

Responsive image
11041
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Keguguran atau disebut juga dengan spontaneous abortion adalah keadaan ketika berhentinya kehamilan sebelum embrio atau janin cukup berkembang untuk bertahan hidup. Sebagai informasi, kehamilan terdiri dari dua jenis yaitu kehamilan kimiawi dan kehamilan klinis. Kehamilan kimiawi baru terdeteksi hormon, tetapi belum ada kantong hamil dan tanda yang pasti. Ini belum keguguran. Sementara kehamilan klinis yang ditandai telat haid, test pack positif, dan ditemukan kantong hamil dalam rahim saat USG. Nah, keguguran terjadi pada kehamilan klinis dengan ciri perdarahan dan kantong hamil yang menjadi tidak ada.  Biasanya, keguguran terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan, sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Jumlah keguguran yang sangat kecil disebut lahir mati, dan terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Sebagian besar kasus keguguran terjadi pada awal kehamilan, terkadang bahkan sebelum wanita mengetahui bila dirinya hamil. Perlu diketahui bahwa perdarahan ringan atau keluarnya bercak darah dari vagina saat hamil muda bukan selalu pertanda keguguran. Hal ini umum terjadi dalam waktu 6–12 hari setelah pembuahan, yaitu saat janin menempel di dinding rahim dan terjadi maksimal selama 3 hari. Perdarahan ini dinamakan perdarahan implantasi. Perdarahan bisa menjadi tanda keguguran bila disertai nyeri hebat di perut bagian bawah dan disertai keluarnya jaringan atau gumpalan dari vagina. Bila mengalami kondisi tersebut, ibu hamil dianjurkan segera mendatangi pusat layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan secepatnya.

Penyebab Keguguran

Penyebab keguguran yang paling umum adalah kelainan kromosom yang membuat bayi tidak berkembang secara normal, atau bahkan terjadi kehamilan kosong (blighted ovum). Kelainan kromoson tersebut bisa terjadi tanpa diduga, atau karena kelainan genetikyang diturunkan dari orang tua. Masalah pada plasenta juga bisa menyebabkan keguguran.

Selain itu, ada faktor - faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran, antara lain:

  • Penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV, gonore, atau sepsis
  • Penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom antifosfolipid 
  • Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal
  • Gangguan hormon, seperti penyakit tiroid atau PCOS
  • Kelainan pada bentuk rahim atau leher rahim
  • Penggunaan obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid, methotrexate, dan retinoid
  • Hamil di usia lebih dari 35 tahun
  • Riwayat keguguran lebih dari 2 kali
  • Pola hidup tidak sehat, seperti kecanduan alkohol, merokok, atau Penyalahgunaan NAPZA
  • Kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan (obesitas)
  • Paparan zat beracun dan radiasi tingkat tinggi

Gejala Keguguran

Tanda atau gejala keguguran yang dialami ibu hamil bisa berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing jenis keguguran dan gejalanya:

  • Keguguran yang tidak bisa dihindari (abortus insipiens)

Abortus insipiens, ditandai dengan perdarahan, kram perut, dan pembukaan jalan lahir. Meski begitu, janin yang luruh belum keluar dari rahim.

  • Keguguran tidak lengkap (abortus inkomplit)

Abortus inkomplit, ditandai dengan perdarahan berat pada vagina, kram hebat, disertai dengan keluarnya plasenta atau janin yang luruh. Pada keguguran jenis ini, sebagian jaringan atau plasenta masih ada yang tertinggal di rahim.

  • Keguguran lengkap (Abortus komplit)

Sesuai namanya, keguguran ini ditandai dengan semua jaringan atau janin yang luruh keluar dari rahim. Setelah mengalami keguguran lengkap, rasa nyeri dan perdarahan yang terjadi akan berkurang secara signifikan.

  • Keguguran yang terlewatkan (missed abortion)

Berbeda dari jenis lain, missed abortion terjadi karena janin tidak berkembang atau kehamilan kosong (blighted ovum)Missed abortion tidak menimbulkan gejala seperti keguguran pada umumnya sehingga ibu yang mengalaminya sering tidak sadar bahwa dirinya hamil.

  • Keguguran berulang (recurrent abortion)

keguguran berulang,terjadi ketika ibu hamil mengalami dua kali atau lebih keguguran secara berturut-turut. Penyebabnya yang paling sering adalah kelainan genetik pada ibu, contohnya sindrom antifosfolipid.

Pemeriksaan Keguguran

Dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan panggul dan USG kehamilan untuk memastikan apakah terjadi keguguran atau tidak. Dokter juga akan mengukur kadar hormon hCG yang seharusnya meningkat saat kehamilan.

Jika ibu hamil mengalami lebih dari dua kali keguguran berturut-turut, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan lanjutan berupa:

  • USG transvaginal, untuk memeriksa rahim, ovarium, leher rahim, dan area panggul
  • Tes genetik, untuk memeriksa bila ada kelainan genetik pada ibu hamil atau pasangannya
  • Tes darah, untuk mendeteksi penyebab keguguran akibat gangguan hormon, penggumpalan atau pengentalan darah, dan infeksi

Penanganan Keguguran

Jika pasien dinyatakan mengalami keguguran lengkap, penanganan secara khusus, termasuk kuretase, tidak perlu dilakukan. Namun, bila pasien mengalami kondisi ancaman keguguran atau dinyatakan mengalami keguguran, ada beberapa jenis penanganan yang bisa dilakukan oleh dokter, yaitu:

1.Perawatan kehamilan

Perawatan kehamilan dilakukan bila pasien mengalami ancaman keguguran. Dokter akan menyarankan untuk istirahat total di tempat tidur sampai perdarahan atau rasa sakit mereda.

Pasien juga dianjurkan untuk tidak berolahraga dan berhubungan seksual sampai beberapa minggu. Bila perlu, dokter akan memberikan obat penguat kandungan.

2.Obat-obatan

Jika pasien dinyatakan mengalami keguguran, baik janin belum keluar sama sekali maupun sudah keluar sebagian, dokter akan meresepkan obat guna mempercepat proses pembersihan. Obat tersebut bisa diminum, disuntikkan, atau dimasukkan ke dalam vagina. Contoh obat adalah oksitosin atau misoprostol.

Selain obat untuk membantu keluarnya janin, dokter dapat memberikan obat antibiotik dan obat antiperdarahan. Suntik immunoglobulin juga dapat dilakukan untuk mencegah gangguan kesehatan pada kehamilan berikutnya.

3.Kuret

kuret dilakukan dengan cara melebarkan serviks (leher rahim) menggunakan alat khusus, untuk mengeluarkan jaringan ari-ari atau sisa tubuh janin di rahim. Kuret perlu dilakukan secepatnya jika pasien mengalami keguguran yang disertai dengan perdarahan hebat atau muncul gejala infeksi.

 

Referensi  :

Setia Pranata, 2019, Kejadian keguguran, Kehamilan tidak direncanakan dan pengguguran di Indonesia jurnal penelitian system kesehatan kemenkes jakarta

Sperling, R. & Laura, R. (2018). Influenza Vaccination, Pregnancy Safety, and Risk of Early Pregnancy Loss. Obstetrics & Gynecology, 131(5), pp. 799–802.

Anusantari, I. & Nur, I. (2021). Hak Cuti Haid, Hamil, dan Melahirkan Pekerja Perempuan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Omnibus Law Cipta Kerja Perspektif Maqashid Syari’ah Ibnu Ashur. Ahkam Jurnal Hukum Islam, 9(2)

Cleveland Clinic (2018). Articles. When to Call Your Healtcare Provider During Your First Trimester of Pregnancy.

Cafasso, J. Healthline (2019). Everything You Need to Know About Miscarriage.

Czukas, E. Verywell Family (2021). Viral and Bacterial Infections and Pregnancy Loss.

Jewett-Tennant, J. Verywell Health (2020). Does Lupus Cause Miscarriages?

Miles, K. Baby Center (2021). Miscarriage: Signs, Symptoms, and Cause of Early Pregnancy Loss.

Puscheck, E. Medscape (2018). Early Pregnancy Loss Treatment & Management.