Kamis, 09 Maret 2023 10:25 WIB

Peran Protein Hewani dalam Pencegahan Stunting

Responsive image
742
Nanik Endah Pujiastuti, S.S.T., R.D - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Salah satu masalah gizi yang terjadi saat ini adalah stunting, yaitu kondisi yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah standar tinggi badan menurut usianya yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertumbuhan anak (HPK) dan adanya penyakit berulang.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018) menyatakan bahwa ada bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti daging, ikan, telur dan susu atau produk turunannya (keju, yoghurt, dll). Penelitian juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.

Protein adalah salah satu zat gizi makro yang diperlukan dalam kehidupan manusia selain karbohidrat dan lemak. Protein memiliki banyak fungsi antara lain untuk pertumbuhan, pembentukan komponen struktur tubuh manusia, sebagai katalisator / hormon dalam proses biokimia yang terjadi dalam tubuh, juga sebagai pengangkut dan penyimpan zat gizi, sebagai enzim, pembentukan antibodi dan sistem kekebalan tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan asam basa, juga sebagai sumber energi.

Struktur dasar protein adalah asam amino. Protein terdiri dari banyak asam amino yang bergabung dalam ikatan peptida. Ada 20 jenis asam amino yang membentuk protein, 9 diantara (leusin, isoleusin, lisin, metionin, fenilalanin, tronin, triptofan, valin dan histidine) berupa asam amino esensial, yaitu asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga sangat bergantung dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh sedangkan jenis asam amino lainnya yaitu asam amino non esensial yang dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, jadi tidak perlu didapatkan dari luar/makanan.

Protein dari makanan yang memiliki kualitas/mutu yang baik dapat mendukung pertumbuhan dan mempercepat laju pertumbuhan. Mutu protein dilihat dari kandungan asam amino esensial yang dikandungnya, perbandingan jumlah asam amino esensial dengan non esensial, daya cerna (digestibility) ketika dimakan dan kehadiran material pengganggu/allergen.

Protein hewani seperti daging, ikan, daging unggas, telur, susu dan produknya memiliki kualitas protein lebih baik dibanding dengan protein nabati seperti kacang-kacangan karena memiliki jenis asam amino esensial yang lebih lengkap.

Selain memiliki asam amino esensial yang lebih lengkap, protein hewani memiliki zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan sumber protein nabati, antara lain:

· Vitamin B12: vitamin B12 ini terutama ditemukan pada ikan, daging, unggas dan produk susu. Orang yang tidak mengonsumsi makanan hewani biasanya cenderung kekurangan zat gizi ini.

· Vitamin D: Vitamin D ini banyak ditemukan pada ikan berlemak, telur, dan produk susu. Beberapa tanaman mungkin ada yang mengandung vitamin D, namun jenis vitamin D pada hewanilah yang lebih mudah diserap oleh tubuh sehingga lebih mudah digunakan.

· Zat besi jenis heme: jenis besi ini sebagian besar ditemukannya pada daging, terutama daging merah. Jenis zat besi heme ini bersifat lebih mudah diserap tubuh daripada jenis besi lainnya yakni besi non-heme yang ditemukan dalam makanan nabati seperti bayam.

· Zink: Zink juga sebagian besar ditemukan pada protein hewani seperti pada daging sapi atau domba.

Berdasarkan hasil Susenas 2022, konsumsi protein di masyarakat masih cukup rendah untuk protein hewani yaitu kelompok ikan/udang/cumi/kerang 9,58 gram; daging 4,79 gram; telur dan susu 3,37 gram. Begitu pula berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), konsumsi telur, daging, susu dan produk turunannya di Indonesia termasuk yang rendah di dunia: konsumsi telur antara 4-6 kg/tahun; konsumsi daging kurang dari 40 g/orang, serta konsumsi susu dan produk turunannya 0-50 kg/orang/tahun.

Sudah saatnya kita meningkatkan asupan protein hewani dalam rangka pencegahan stunting dengan membiasakan mengkonsumsi protein hewani dalam isi piring makan sehari-hari terutama selama 1000 hari pertama kehidupan anak dimulai pada masa hamil, menyusui sampai balita berusia 2 tahun.

Menu bersumber protein sangat mudah untuk dimasak untuk seluruh keluarga, berikut ini contoh menu sehari untuk seluruh keluarga dengan kandungan protein yang memadai.

  1. Pagi: Nasi, Telur Dadar, Orak-Arik Tahu, Ca Wortel dan untuk makanan Selingan Pagi yaitu Baso daging.
  2. Siang: Nasi, Pepes Ikan, Tempe Bacem, Lalab Mentimun dan Tomat serta untuk makanan selingan siang yaitu Puding Susu.
  3. Malam: Kentang Rebus, Sup Ayam Brokoli, Perkedel Kacang Merah.

Bayi usia 6-8 bulan nasi dan lauk pauk dihaluskan, sementera itu untuk bayi usia 9-12 bulan bentuk nasi tim dan lauk pauk dicincang.

 

Referensi:

Pakar Gizi Indonesia. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2016

Panduan Kegiatan Hari Gizi Nasional 2023. Kementerian Kesehatan. Jakarta. 2023

Rr. Bamandhita Rahma Setiaji · Apa Bedanya Makanan Protein Hewani dan Protein Nabati? ; https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/makanan-protein-nabati-hewani/16/1/2023

Sumber Foto: www.wellbeing.com.au