Selasa, 14 Februari 2023 13:30 WIB

Retensi Placenta

Responsive image
18397
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Proses persalinan merupakan serangkaian proses yang terdiri dari pembukaan mulut rahim atau serviks, kelahiran bayi, kelahiran plasenta dan pemantauan 1 jam setelah melahirkan. Jika terjadi gangguan pada proses melahirkan plasenta, bisa dicurigai adanya retensi plasenta. Retensi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta tetap berada di dalam rahim dan belum dilahirkan selama 30 menit setelah kelahiran anak. Hal ini merupakan hal yang berbahaya dikarenakan dapat menimbulkan komplikasi seperti infeksi serta kehilangan darah yang banyak. Maka dari itu retensi plasenta termasuk dalam penyebab perdarahan setelah melahirkan (post partum hemorrhage). Tentu hal ini bisa mengakibatkan kematian jika tidak tertangani dengan baik. Plasenta adalah organ yang terbentuk di dalam rahim ketika masa kehamilan dimulai. Organ ini berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin, serta sebagai saluran untuk membuang limbah sisa metabolisme dari darah janin. Normalnya, plasenta keluar dari rahim dengan sendirinya beberapa menit setelah bayi dilahirkan. Namun, pada ibu yang mengalami retensi plasenta, plasenta tidak keluar dari dalam rahim sampai lewat dari 30 menit setelah persalinan.

Penyebab Retensi Plasenta

Berdasarkan penyebabnya, retensi plasenta dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1.      Placenta Adherens

Retensi plasenta jenis placenta adherens terjadi ketika kontraksi rahim tidak cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelelahan pada ibu setelah melahirkan atau karena atonia uteri. Placenta adherens merupakan jenis retensi plasenta yang paling umum terjadi.

2.      Plasenta Akreta

Plasenta akreta terjadi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam di dinding rahim sehingga kontraksi rahim saja tidak dapat mengeluarkan plasenta. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kelainan pada lapisan rahim akibat menjalani operasi pada rahim atau operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.

3.      Trapped Placenta

Trapped placenta adalah kondisi ketika plasenta sudah terlepas dari dinding rahim, tetapi belum keluar dari rahim. Kondisi ini terjadi akibat menutupnya leher rahim (serviks) sebelum plasenta keluar.

Faktor Risiko Retensi Plasenta

Retensi plasenta lebih berisiko dialami oleh ibu dengan beberapa faktor berikut :

1.      Hamil di usia 30 tahun ke atas.

2.      Melahirkan sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu (kelahiran prematur).

3.      Mengalami proses persalinan yang terlalu lama.

4.      Melahirkan bayi yang mati di dalam kandungan.

Gejala Retensi Plasenta

Tanda utama retensi plasenta adalah tertahannya sebagian atau seluruh plasenta di dalam tubuh lebih dari 30 menit setelah bayi dilahirkan. Keluhan lain yang dapat dialami adalah :

1.      Demam

2.      Menggigil

3.      Nyeri yang berlangsung lama

4.      Perdarahan hebat

5.      Keluar cairan dan jaringan berbau tidak sedap dari vagina

Kapan Harus Ke Dokter

Segera ke rumah sakit atau dokter kandungan jika Anda mengalami tanda hendak melahirkan, seperti kontraksi atau pecah air ketuban. Melahirkan di rumah sakit atau dengan pengawasan dokter dapat mengurangi risiko terjadinya retensi plasenta.

Pada ibu hamil yang tidak melahirkan di rumah sakit atau melahirkan tanpa pengawasan tenaga medis, waspadai keluhan di atas. Jika plasenta tidak juga keluar sampai 30 menit setelah melahirkan, segera cari pertolongan medis.

Pemeriksaan Retensi Plasenta

Diagnosis retensi plasenta dilakukan langsung ketika plasenta tidak juga keluar sampai 30 menit setelah bayi dilahirkan. Selain itu, pasien juga bisa dikatakan mengalami retensi plasenta jika jaringan plasenta yang keluar dari rahim tidak utuh.

Penanganan Retensi Plasenta

Penanganan retensi plasenta bertujuan untuk mengeluarkan plasenta atau sisa jaringan plasenta dari dalam rahim. Tindakan yang dilakukan dokter antara lain :

1.      Mengeluarkan plasenta dari rahim secara manual (menggunakan tangan).

2.      Memberikan obat-obatan untuk merangsang rahim berkontraksi dan mengeluarkan plasenta.

Jika kondisi pasien stabil, dokter dapat menyarankan pasien untuk sering buang air kecil karena kandung kemih yang penuh bisa mencegah keluarnya plasenta. Dokter juga akan menyarankan pasien untuk segera menyusui karena proses tersebut bisa memicu kontraksi rahim dan membantu plasenta keluar.

Jika semua metode di atas tidak berhasil mengeluarkan plasenta dari rahim, dokter akan menjalankan prosedur bedah sebagai pilihan terakhir.

Komplikasi Retensi Plasenta

Retensi plasenta menyebabkan pembuluh darah yang melekat pada plasenta terus terbuka dan mengeluarkan darah. Kondisi ini menyebabkan perdarahan pasca melahirkan yang dapat mengancam nyawa pasien.

Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah :

1.      Infeksi rahim atau endometritis.

2.      Subinvolusi uteri, yaitu kondisi ketika rahim tidak kembali ke ukuran normal setelah melahirkan.

3.      Polip plasenta atau tumbuhnya jaringan tidak normal pada plasenta.

Pencegahan Retensi Plasenta

Untuk mencegah retensi plasenta, dokter akan melakukan langkah antisipasi selama proses persalinan, seperti :

1.      Memberikan obat-obatan, seperti oksitosin, segera setelah bayi lahir untuk merangsang kontraksi rahim agar seluruh plasenta keluar.

2.      Menjalankan prosedur Controlled Cord Traction (CCT), yaitu dengan menjepit dan menarik tali pusar bayi sambil melakukan pijatan ringan pada perut ibu untuk merangsang kontraksi rahim.

 

Referensi :

Agustin Dwi Salfina. 2019. Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Retensio Plasenta. Jurusan Ilmu Kebidanan Stikes Majapahit Mojokerto.

Gallee, M. et al. 2021. Association Between First-Trimester Bleeding and Retained Placenta Requiring Dilatation and Curettage. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada, 43(4), pp. 463-68.

Perlman, N., & Carusi, D. 2019. Retained Placenta After Vaginal Delivery : Risk Factors and Management. International Journal of Women’s Health, 11, pp. 527-34.

American Pregnancy Association. 2017. Retained Placenta.

Mayo Clinic. 2020. Diseases & Conditions. Placenta Accreta.

WebMD. 2021. What is a Retained Placenta?