Senin, 09 Januari 2023 10:35 WIB

Konsumsi Rokok Menyumbang Kemiskinan di Indonesia

Responsive image
4826
Novi Ratna Sari, S.Psi - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Merokok masih dianggap perilaku yang wajar dilakukan masyarakat meskipun kebiasaan tersebut memiliki dampak buruk terhadap kesehatan. Dampak rokok terhadap kesehatan sudah sering digaungkan oleh para pakar kesehatan kepada masyarakat, namun belum banyak yang membahas dampak rokok terhadap kemiskinan. Padahal, selain berdampak buruk terhadap kesehatan, efek jangka panjang rokok juga dapat memperburuk keuangan rumah tangga.

Berdasarkan hasil survey Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 yang dirilis Kementrian Kesehatan RI pada Juni 2022, selama 10 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang. Pada 2022 lalu, jumlah perokok sekitar 60,3 juta jiwa, kemudian bertambah menjadi 69,1 juta jiwa pada 2021. Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung pengeluaran rokok masyarakat Indonesia yang sebanyak 69,1 juta orang tersebut adalah sekitar 64 triliun rupiah per tahun.

Atlas Tembakau Indonesia pada tahun 2020 melaporkan bahwa semakin miskin masyarakat, maka konsumsi rokoknya semakin tinggi. Konsumsi rokok laki-laki tertinggi berada pada kuintil kalangan bawah dengan persentase 82%, diikuti dengan kuintil menengah bawah sebesar 77.1%, kuintil menengah sebesar 73.3%, dan menengah atas sebesar 70,2%. Sementara itu, dari rokok masyarakat dari kuintil atas sebesar 58.4%.

Tidak bisa dipungkiri, rokok masih menjadi salah satu komoditas primadona yang dikonsumsi masyarakat miskin di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI mencatat 10 jenis komoditas dengan pengeluaran terbesar di pedesaan maupun perkotaan Indonesia. Salah satu komoditas yang menduduki peringkat ke dua teratas adalah rokok. Komponen ini menempati posisi pengeluaran lebih tinggi dari bahan komoditas lainnya, antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, mie instan, bawang merah, kopi bubuk dan kopi instan, tongkol, roti, cabe rawit, dan kue basah.

Rokok menjadi salah satu penyumbang kemiskinan karena tingkat konsumsinya yang tinggi. Diketahui harga rokok berkontribusi terhadap faktor kemiskinan sebesar 11.38% di pedesaan dan 12.22% di perkotaan. Rumah tangga miskin menghabiskan rata-rata Rp.286.000 per bulan untuk rokok daripada untuk membeli bahan makanan bergizi bagi anak (Katadata, 14 Desember 2022), padahal bahan makanan yang bergizi dibutuhkan anak sehingga mereka bisa lebih sehat.

Sementara itu, hasil studi Pusat Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) menunjukkan peningkatan pengeluaran rokok sebesar 1% akan meningkatkan kemungkinan rumah tangga menjadi miskin sebesar 6%. Bagi rumah tangga miskin, harga rokok yang tidak murah tentunya memerlukan pengorbanan yang cukup besar untuk dapat membelinya. Padahal, rokok dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat menimbulkan biaya tambahan. Dengan jumlah pendapatan terbatas, rumah tangga miskin sebaiknya mengalokasikan pengeluarannya untuk kebutuhan pokok atau komoditas yang manfaatnya berkelanjutan, misalnya untuk biaya kesehatan dan pendidikan.

Rantai kemiskinan yang melibatkan peran rokok harus segera diputus. Pemerintah perlu memberi pengetahuan kepada masyarakat miskin untuk menerapkan pengelolaan keuangan yang baik dan mengutamakan konsumsi barang-barang yang lebih penting dan mendesak.

Presiden Joko Widodo berencana mengeluarkan aturan terkait pelarangan penjualan rokok batangan atau penjualan rokok secara ketengan. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 25 Tahunn 2022 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah Tahun 2023. Hal ini diharapkan pengguna rokok akan turun di kalangan rumah tangga miskin, anak,dan remaja.

Selain itu, Kementrian Keuangan RI juga mengambil kebijakan untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 10% pada 2023 dan 2024. Aturan tersebut mulai berlaku pada Januari 2023. Dengan penerapan kebijakan tarif cukai rokok ini, maka akan mendorong kenaikan indeks kemahalan rokok.

DAFTAR PUSTAKA

Djailani, Mohammad Fadil dan Chandra Iswinarto. 4 Oktober. Konsumsi Rokok Indonesia Tembus Rp.64 Triliun Per Tahun. Diakses 19 Desember 2022 dari https://www.suara.com/bisnis/2022/10/04/203250/konsumsi-rokok-indonesia-tembus-rp64-triliun-per-tahun

Jayani, Dwi Hadya. 6 Januari 2022. Konsumsi Rokok Tertinggi Berasal dari Masyarakat Miskin. Diakses 19 Desember 2022 dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/06/konsumsi-rokok-tertinggi-berasal-dari-masyarakat-miskin#:~:text=Rokok mempengaruhi tingkat kemiskinan karena,pedesaan dan 12.22% di perkotaan

Maesaroh. 16 November 2022. Bikin Shock! Warga RI Beli Rokok 2x Lebih Gede Dari Telur. Diakses 20 Desember 2022 dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20221116160543-4-388624/bikin-shock-warga-ri-beli-rokok-2x-lebih-gede-dari-telur.

www.kemkes.go.id. 8 Februari 2018. Distopia Rokok. Terjebak Nikmat dalam Jerat Kematian dan Kemiskinan.Diakses 18 Desember 2022 dari https://promkes.kemkes.go.id/?p=8524&PageSpeed=noscript.

www.promkes.kemkes.go.id. 31 Mei 2022. Peringatan Hari Tanpa Tembakau se-Dunia (HTTS) 2022. Diakses 18 Desember 2022 dari https://promkes.kemkes.go.id/peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-htts-2022.

 

Sumber Foto: PNGEGG dan PNG WING