Pneumonia saat ini sudah banyak dikenal di kalangan masyarakat, apalagi semenjak munculnya pandemi COVID-19. Pneumonia dapat menyerang siapa saja, dari usia balita hingga usia tua. Pneumonia adalah radang jaringan paru yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan juga parasit. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi dan bersifat serius dan berhubungan dengan angka kesakitan dan angka kematian, khususnya pada populasi usia lanjut dan pasien dengan komorbid. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan risiko infeksi pneumonia antara lain usia lanjut, kebiasaan merokok, pajanan lingkungan, malnutrisi, riwayat pneumonia sebelumnya, bronkitis kronik, asma, gangguan fungsional, kebersihan mulut yang buruk, penggunaan terapi imunisupresif, penggunaan steroid oral, dan penggunaan obat penghambat sekresi asam lambung.
Berdasarkan data WHO tahun 2019, pneumonia menyebabkan 14% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tshun dengan total kematian 740.180 jiwa. Data Riskesdas Indonesia tahun 2018, penderita pneumonia meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada kelompok usia 55-64 tahun mencapai 2,5%, pada kelompok usia 65-74 tahun sebesar 3,0% dan pada kelompok usia 75 tahun keatas mencapai 2,9%.
Diagnosis pneumonia didapatkan dari anamnesis riwayat keluhan pasien, pemeriksaan fisis, foto toraks dan juga pemeriksaan laboratorium. Umumnya gejala pneumonia yang timbul berupa batuk berdahak, demam, nyeri dada, sesak napas, myalgia, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fisis didapatkan suara napas ronki. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan nilai leukosit atau nilai leukosit yang rendah. Pada pasien usia lanjut dan pada kelompok imunokompromis sering didapatkan gejala dan tanda yang tidak khas, sehingga diagnosis pasti pneumonia ditegakkan berdasarkan foto toraks yang menunjukkan gambaran infiltrate/air bronchogram.
Pasien yang terdiagnosis pneumonia tidak selalu harus di rawat inap tapi bisa juga rawat jalan. Penilaian keparahan pneumonia dapat dievaluasi dengan menggunakan sistem skor menurut Pneumonia Severity Index (PSI) atau CURB-65. Pengobatan pasien pneumonia perlu memperhatikan beberapa hal seperti apakah pasien perlu rawat inap/rawat jalan, derajat pneumonia berat atau tidak, ada komorbid/ tidak, riwayat MRSA, dan riwayat rawat inap dan penggunaan antibiotik intravena sebelumnya. Pada pasien pneumonia rawat jalan pasien disarankan untuk konsumsi antibiotik, istirahat di tempat tidur, minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi, bila perlu berikan mukolitik/ekspektoran. Pada pasien pneumonia rawat inap diberikan terapi oksigen, pemberian obat simtomatik, dan pengobatan antibiotik. Lama pemberian antibiotik pada pasien umumnya 5- 7 hari. Lama pengobatan ini bersifat individual berdasarkan respon pengobatan dan komorbid.
Pneumonia dapat dicegah melalui dukungan nutrisi dan juga pemberian vaksinasi. Pasien dengan kondisi malnutrisi lebih rentan untuk mengalami penyakit infeksi. Saat ini terdapat dua jenis vaksin pneumokokus yang tersedia yaitu vaksin polisakarida (PPSV23) dan vaksin konjugat pneumokokus (PCV13). Vaksin pneumokokus direkomendasikan pada lansia usia diatas 65 tahun atau orang dewasa usia 19-64 tahun dengan kondisi khusus.
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention
Abiyev, et al. COVID-19 and Pneumonia Diagnosis in X-Ray Images Using Convolutional Neural Networks.