Rabu, 28 Desember 2022 14:29 WIB

Hepatitis: Jenis, Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Responsive image
105574
dr. Vinandia Irvianita P, SpPD - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Secara definisi, penyakit hepatitis merupakan suatu penyakit radang pada organ hati manusia yang dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus. adanya virus yang berkembang biak.

Menurut World Health Organization (WHO), terdapat 2 milyar penduduk dunia yang mengidap penyakit hepatitis dan 1,4 juta diantaranya mengalami kematian. Sehingga, penyakit ini dapat dikategorikan sebagai penyakit menular berbahaya.

Virus yang  yang dapat menyebabkan hepatitis  terdiri dari virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV).

Setiap jenis virus berasal dari famili yang berbeda serta memiliki tingkat keganasannya masing-masing ketika  masuk dan berkembangbiak pada tubuh manusia.

Jenis Hepatitis, Gejala dan Penyebabnya

Jika sudah merasakan adanya gejala, hendaknya sobat sehat pergi ke dokter untuk memastikan apa jenis penyakit yang sedang dialami.

Masing-masing jenis hepatitis dapat menimbulkan gejala mulai dari gejala ringan hingga gejala yang berat atau kegagalan fungsi hati.

Pada beberapa jenis hepatitis, virus akan tetap berada di dalam sel hati dan menyebabkan penyakit hepatitis kronik yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kanker hati.

Berikut merupakan jenis, penyebab, dan gejala yang timbul dari infeksi virus-virus hepatitis :

1. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) A

Virus hepatitis A (HAV) adalah penyebab penyakit hepatitis A.  Virus dengan genom RNA ini berukuran 27 nanometer dengan partikel bulat (genus hepatovirus dikenal sebagai enterovirus 72).

Selain itu, virus ini beruntai tunggal dan linier dengan ukuran 7.8 kb, tidak memiliki selubung, memiliki satu serotipe dan empat genotipe.

Penyakit ini ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi oleh virus Hepatitis A.

Manifestasi gejala infeksi Hepatitis A biasanya berupa :

Pusing kepala

Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Mual dan muntah

Sakit tenggorokan

Diare

Tidak nafsu makan

2. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) B

Virus Hepatitis B (HBV) adalah penyebab penyakit hepatitis B. Virus ini  adalah virus DNA dari keluarga Hepadnaviridae dengan struktur virus berbentuk sirkuler dan terdiri dari 3200 pasang basa (partikel bulat 42 nm) atau partikel Dane dengan lapisan fosfolipid (HbsAg) (2.5).

Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita Hepatitis B, dapat terjadi secara vertikal, yaitu dari ibu yang menderita Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkannya.

Penyakit ini juga dapat terjadi secara horizontal melalui transfusi darah, jarum suntik yang tercemar, pisau cukur, tatto, atau transplantasi organ.

Pajanan virus ini akan menyebabkan hepatitis akut yang dapat sembuh spontan dan memberikan kekebalan terhadap penyakit ini, atau dapat berkembang menjadi hepatitis kronik.

Gejala hepatitis B akut diantaranya:

Kehilangan nafsu makan

Mual dan muntah.

Gejala yang menyerupai flu  seperti lelah, nyeri pada tubuh, sakit kepala, dan demam tinggi.

Nyeri perut.

Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Sebagian besar pasien dengan hepatitis B kronik tidak menunjukkan gejala. Sebagian dapat merasakan kelemahan dan tidak nyaman pada perut bagian kanan atas.

Hepatitis kronik dapat berkembang menjadi fibrosis hati atau sirosis hati yang ditandai dengan adanya jaringan luka yang menyelimuti hati, sehingga fungsi hati tidak dapat berjalan secara optimal dan dapat terjadi gejala gagal hati seperti ikterus (penyakit kuning), bengkak pada kedua tungkai, cairan di perut (asites), dan gangguan kesadaran.

3. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) C

Hepatitis C disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV), yang merupakan virus RNA dari keluarga Flaviviridae.

Virus ini memiliki partikel untuk menyelimuti untaian RNA yang panjangnya 9.600 basa nukleotida.

Penyakit ini ditularkan melalui paparan darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi virus Hepatitis C.

Sama seperti Hepatitis B, penyakit ini dapat ditularkan secara vertikal maupun horizontal. Berikut merupakan gejala yang dapat ditimbulkan :

Tidak nafsu makan.

Mual dan muntah

Letih

Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Hampir 80% pasien yang terinfeksi Hepatitis C akan menetap menjadi hepatitis C kronik.

Perkembangan penyakit hepatitis C kronik berjalan lambat, 10-20% diantaranya akan menjadi sirosis hati dalam waktu 15 - 20 tahun.

Setelah menjadi sirosis hati, sekitar 1-5% per tahun akan berkembang menjadi kanker hati.

Penyakit hepatitis D disebabkan oleh Virus Hepatitis Delta (HDV). Ditemukan pada tahun 1977, virus ini  berukuran 35-37 nm dan memiliki antigen internal yang unik, yaitu antigen delta.

Infeksi virus hepatitis D biasanya ditemukan bersama-sama dengan infeksi virus hepatitis B, karena virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk dapat berkembang di tubuh manusia. Oleh karenanya, penularannya sama dengan penularan hepatitis B.

Sebagian besar penderita hepatitis D tidak menunjukkan gejala, namun dapat juga menimbulkan gejala seperti berikut:

Nyeri otot dan sendi

Sakit perut

Mual dan muntah

Demam

Tidak nafsu makan

Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Selain itu, virus ini mampu mempercepat proses fibrosis hati sehingga mempercepat terjadinya sirosis hati dan meningkatkan risiko kanker hati.

4. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) E

Virus hepatitis E (VEH) menyebabkan penyakit hepatitis E. Sebuah virus RNA berbentuk sferis dan merupakan anggota dari famili Hepeviridiea dan genus Hepevirus.

Gejala infeksi virus hepatitis E sama seperti  gejala hepatitis A. Virus ini terdapat pada feses pasien yang menderita hepatitis E dan ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus tersebut.

Gejala yang ditimbulkan dapat berupa:

Demam ringan

- Tidak nafsu makan

Mual, muntah

Nyeri perut

Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Sebagian kecil pasien yang terinfeksi hepatitis E dapat menjadi hepatitis kronik, terutama pada pasien dengan kondisi imunitas yang menurun.

Pada beberapa kasus, meskipun jarang, dapat menimbulkan gejala hepatitis akut yang berat hingga gagal hati yang menyebabkan kematian.

Pengobatan Penyakit Hepatitis

Pengobatan hepatitis pada umumnya bersifat suportif berupa pemberian cairan dan diet yang adekuat serta pengawasan ketat adanya tanda kegagalan hati akut.

Pengobatan hepatitis akut yang disebabkan oleh infeksi hepatitis A bersifat suportif karena tidak ada antivirus khusus hepatitis A.

Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan pada pasien dengan mual muntah hebat yang beresiko mengalami dehidrasi. Hal ini juga berlaku pada infeksi hepatitis D dan E.

Berbeda dengan hepatitis B dan C, dimana terdapat antivirus spesifik yang dapat diberikan untuk mencegah virus berkembang biak dan mencegah perjalanan penyakit menjadi lebih berat

1. Pengobatan Hepatitis B

Tidak semua penderita hepatitis B kronik perlu diobati, sehingga keputusan pengobatannya tergantung pada hasil evaluasi dokter. Penderita perlu menjalani serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu.

Apabila diputuskan untuk diberikan obat-obatan, saat ini ada 2 pilihan obat yang dapat diberikan kepada penderita Hepatitis b, yaitu golongan nukleosida analog dan golongan interferon.

Obat Oral dari Golongan Nukleosida Analog

Obat ini diberikan per oral (diminum) dan dapat diberikan seumur hidup.

Ada beberapa jenis nukleosida analog yang tersedia di Indonesia, diantaranya Lamivudine, Telbivudine, Entecavir,  Adefovir, dan Tenofovir.

Obat Injeksi (Suntikan) dari Golongan Pegylated-Interferon

Interferon merupakan zat yang memediasi respon peradangan dalam tubuh sebagai mekanisme pertahanan terhadap virus.

Obat ini memiliki efek antivirus dan meningkatkan sistem imun tubuh. Terdapat 2 jenis peg-interferon, yaitu pegylated-interferon α-2a (peg-IFN α-2a) dan  pegylated-interferon α-2b (peg-IFN α-2b). Keduanya diberikan melalui suntikan subkutan.

2.  Pengobatan Hepatitis C

Pengobatan Hepatitis C diberikan pada Hepatitis C kronik karena seringkali pasien datang ke pusat layanan kesehatan dalam fase kronik.

Pemberian antivirus pada pasien dengan hepatitis c kronik juga harus atas pertimbangan dokter setelah melakukan serangkaian pemeriksaan.

Pilihan terapi yang terbaru dan yang menjadi tulang punggung dalam terapi Hepatitis C kronik adalah agen direct acting antivirus (DAA).

DAA yang tersedia di Indonesia saat ini adalah sofosbuvir, ledipasvir/ sofosbuvir, simeprevir, daclatasvir, elbasvir/grazoprevir, dan velpatasvir/sofosbuvir.

Apabila DAA belum tersedia, dapat diberikan kombinasi obat injeksi peg-interferon dan ribavirin.

Kapan Harus ke Dokter?

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Anda dapat pergi ke dokter apabila merasakan gejala hepatitis yang tak kunjung membaik. Daripada gejalanya semakin memburuk, segera konsultasikan kondisi kesehatan Anda sekarang juga.

 

Referensi:

Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Hepatitis B. 2019

Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI). Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis C di Indonesia. 2017

World Health Organization. Hepatitis D. 2022

World Health Organization. Hepatitis E. 2022

Samji NW. Viral hepatitis treatment and management. Medscape. 2017

https://ofi.ffarmasi.unand.ac.id/djarum/ http://103.88.229.78/djarum