Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular mematikan di dunia yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tuberkulosis yang menyerang saluran pernapasan ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti batuk lama dan sesak napas. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada tahun 2021 terdapat 397.377 kasus tuberkulosis di seluruh Indonesia. Angka tersebut bertambah dibanding tahun sebelumnya, yakni 351.936 kasus pada 2020. Penyakit TB berhubungan erat dengan kekurangan asupan zat gizi dan penurunan berat badan yang sering jatuh ke keadaan malnutrisi. Menurut penelitian yang dilakukan di luar negeri, kejadian malnutrisi pada TB terdapat 57%, sedangkan di Indonesia sendiri kejadian pasien TB yang berisiko mengalami malnutrisi sebanyak 60%.
Berkurangnya asupan makanan pada penderita TB menyebabkan terjadinya malnutrisi ditandai dengan perubahan komposisi tubuh yang mengakibatkan penurunan kekuatan fisik. TB dan malnutrisi saling berhubungan dalam hubungan dua arah yang kompleks, yang membuat kedua kondisi ini menjadi lebih buruk. Infeksi bakteri TB dapat menyebabkan tubuh mengalami peningkatan metabolisme sekaligus menurunkan selera makan. Keadaan ini membuat cadangan energi di dalam tubuh makin berkurang, sehingga lama kelamaan berat badan pun menurun. Bukan hanya itu, sistem kekebalan tubuh juga terganggu jika tubuh kita mengalami malnutrisi. Karena itu pentingnya bagi penderita TB untuk mencegah terjadinya malnutrisi, dikarenakan keadaan malnutrisi ini akan meningkatkan efek jangka panjang TB, lamanya pengobatan, angka kekambuhan yang tinggi, dan meningkatkan kejadian infeksi lain, serta risiko kematian.
Apa saja ciri-ciri malnutrisi? Salah satunya dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT), dengan cara membagi berat badan (sentimeter) dengan tinggi badan (meter) kuadrat (BB/TB2). Jika hasil perhitungan IMT kurang dari 18,5 kg/m2 maka dapat dikategorikan sebagai malnutrisi. Cara lain menegakkan malnutrisi adalah jika ditemukan dua atau lebih dari 6 kriteria yaitu, adanya penurunan asupan makan, berat badan, otot, jumlah lemak di bawah kulit, adanya timbunan cairan di tubuh, dan penurunan kekuatan fisik yang diukur dengan alat.
Salah satu cara mencegah malnutrisi pada penderita TB adalah, selain minum obat TB teratur, yaitu konsumi pola makan dengan jumlah dan jenis sesuai kebutuhan tubuh. Kebutuhan jumlah asupan makanan tiap orang berbeda-beda, disesuaikan dengan BB, TB, usia, dan jenis kelamin. Namun secara garis besar, makan dengan frekuensi 3 kali makan utama dan 2 kali makan selingan dapat mencukupi kebutuhan kalori sehari-hari. Untuk pemilihan jenis makanan, utamakan yang kaya zat gizi karena keberhasilan pengobatan TB juga sangat bergantung pada ketahanan tubuh seseorang yang dapat ditingkatkan dengan konsumsi gizi seimbang.
Komposisi pola makan yang direkomendasikan oleh Kemenkes sesuai dengan tumpeng gizi seimbang dalam satu harinya, yaitu: karbohidrat (nasi, roti, singkong, jagung, ubi, kentang) sebanyak 3-4 porsi, protein berupa lauk hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur) dan lauk nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan) sebanyak 2-4 porsi, sayur sebanyak 3-4 porsi, dan buah 2-3 porsi sehari. Anjuran konsumsi lemak berupa minyak adalah kurang dari lima sendok makan sehari, dan gula kurang dari empat sendok makan sehari. Tidak lupa minum air putih sebanyak 2 liter atau delapan gelas.
Pada penderita TB tanpa gangguan fungsi ginjal, komposisi lauk hewani dan nabati sebagai sumber protein, dianjurkan lebih tinggi. Protein dapat membantu mempertahankan otot dan menjaga keberlangsungan sistem kekebalan tubuh. Jumlah protein yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) pada penderita TB bisa mencapai 30% dari keseluruhan total asupan makan sehari-hari. Sebagai contoh, dapat diberikan ekstra 1-2 porsi lauk hewani atau nabati pada setiap makan utama, di luar dari rekomendasi tumpeng gizi seimbang. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa penderita TB juga sering mengalami kekurangan vitamin dan mineral di dalam tubuhnya. Vitamin mineral sendiri bermanfaat untuk membantu produksi energi dan meningkatkan kekebalan tubuh. Tubuh kita tidak dapat memproduksi vitamin dan mineral dalam jumlah yang dibutuhkan. Untuk mengatasi hal tersebut, kita bisa mendapatkan asupan vitamin dan mineral dari sumber bahan makanan. Vitamin dan mineral yang tersering mengalami kekurangan pada penderita TB adalah vitamin A, E, dan D serta mineral berupa zat besi, seng dan selenium.
Contoh bahan makanan sumber vitamin A terdiri dari wortel, brokoli, hati sapi, produk susu, ubi jalar, dan bayam. Sedangkan vitamin E banyak terdapat di minyak zaitun, alpukat, kacang almond, kacang tanah, dan brokoli. Makanan yang mengandung vitamin D antara lain ikan salmon, ikan kembung, telur, jamur, dan produk susu. Untuk contoh bahan makanan mineral, terutama zat besi dapat ditemukan di daging merah, hati sapi, ikan, bayam dan brokoli. Makanan yang kaya akan seng adalah beras, gandum, dan sereal. Dan terakhir, selenium merupakan mineral penting yang terkandung dalam kacang, ikan tuna, daging sapi, ayam, nasi merah, dan bayam.
Jadi para Sobat Sehat, dapat disimpulkan akan betapa pentingnya mencegah keadaan malnutrisi pada penderita TB dengan cara rutin minum obat dan kontrol ke dokter teratur, monitoring komposisi tubuh, BB, makan makanan gizi seimbang dengan ekstra sumber protein.
Referensi:
WHO. Guideline: Nutritional care and support for patients with tuberculosis. Geneva: World Health Organization; 2013.
Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riskesdas 2018. Lap. Nas. Riskesdas 2018. 2018;53, 80–82.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014. 1–99 p.
Ramakrishnan K, Shenbagarathai R, Kavitha K, Uma A, Balasubramaniam R, Thirumalaikolundusubramanian P. Serum zinc and albumin levels in pulmonary tuberculosis patients with and without HIV. Jpn. J. Infect. 2008;61:202–4.
Seyedrezazadeh E, Ostadrahimi A, Mahboob S, Assadi Y, Ghaemmagami J, Pourmogaddam M. Effect of vitamin E and selenium supplementation on oxidative stress status in pulmonary tuberculosis patients. Respirology.2008;13:294–8.
Kassu A. et al. Alterations in serum levels of trace elements in tuberculosis and HIV infections. Eur. J. Clin. Nutr. 2006; 60:580–6.
Pakasi TA et al. Vitamin A deficiency and other factors associated with severe tuberculosis in Timor and Rote Islands, East Nusa Tenggara Province, Indonesia. Eur. J. Clin. Nutr. 2009;63:1130–5.
Gropper, S.A.S., Smith, J.L. Advanced nutrition and human metabolism. Seventh edition, Student edition. 2018.