Selasa, 24 Mei 2022 15:06 WIB

Orang Tua Harus Tahu Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi pada Anak

Responsive image
69711
Sri Jumiyati, S.Kep,NERS - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya yang masih bayi tiba-tiba demam hingga kejang? Rasa kaget, cemas, dan takut semuanya bercampur jadi satu.

Sayangnya, kondisi kejang pada bayi sering disangka sebagai epilepsi. Padahal, jika terjadi peningkatan suhu tubuh, anak bisa saja mengalami kejang demam atau disebut juga dengan febrile seizure. 

Agar lebih jelas penanganan dan pengobatannya ke depan, orang tua harus tahu bedanya epilepsi dan kejang demam pada anak berikut ini

Apa Itu Kondisi Kejang Demam (Febrile Seizure)?

Dijelaskan oleh dr. Devia Irine Putri, febrile seizure adalah kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh (lebih dari 38 derajat Celsius). 

Kejang demam pada bayi juga terjadi akibat suatu proses ekstranium (di luar kelainan otak). 

“Kondisi ini umumnya dialami oleh anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Orang awam menyebut demam ini dengan ‘step’ pada anak. Biasanya, peningkatan suhu yang menyebabkan kejang ini bisa dipengaruhi oleh adanya faktor infeksi pada tubuh anak,”

Apakah Kejang Demam dan Epilepsi Sama?

Keduanya adalah kondisi yang berbeda, ini bisa terlihat dari penyebab dan pengobatannya.

“Sampai saat ini, belum ada penyebab pasti yang buat seorang bayi bisa alami demam kejang. Namun, ada beberapa risiko yang buat bayi alami febrile seizure seperti riwayat kejang dari keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur rendah saat kejang (tidak perlu suhu tinggi untuk kejang), dan cepat kejang setelah demam,” jelas dr. Devia.

Di lain sisi, kejang demam pada bayi biasanya akan hilang dengan sendirinya, tanpa harus minum obat rutin. 

Hanya saja, jika sudah ada tanda demam pada anak, suhu tubuhnya harus segera diturunkan agar tidak terjadi kejang. 

Lalu, apa bedanya dengan epilepsi? Berdasarkan keterangan dari dr. Devia, epilepsi atau ayan merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat gangguan arus listrik di otak.

Epilepsi pada bayi juga punya gejala kejang dan bisa terjadi berulang meski sedang tidak demam. 

Selain itu, kondisi ini dialami oleh siapa saja tanpa memandang usia. Bahkan, anak yang menderita epilepsi mungkin akan terus mengalaminya hingga mereka beranjak dewasa.

“Jika kejang demam umumnya akan berhenti sendiri tanpa pengobatan, berbeda dengan epilepsi. Epilepsi membutuhkan obat rutin untuk mencegah kejang kambuh,”

Penderita epilepsi pada bayi atau anak, biasanya akan terus minum obat jika kejang sering terjadi. Namun, apabila sudah jarang kambuh, dokter bisa saja menghentikan pemberian obat.

“Selain minum obat akan ada prosedur operasi untuk mengganti bagian otak (yang terdapat kerusakan atau gangguan) bila diperlukan,” tambah dr. Devia. 

Adakah Komplikasi Kesehatan Bila Bayi Sering Alami Kejang Demam?

Orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya yang masih bayi tiba-tiba demam hingga kejang? Rasa kaget, cemas, dan takut semuanya bercampur jadi satu.

Sayangnya, kondisi kejang pada bayi sering disangka sebagai epilepsi. Padahal, jika terjadi peningkatan suhu tubuh, anak bisa saja mengalami kejang demam atau disebut juga dengan febrile seizure. 

Agar lebih jelas penanganan dan pengobatannya,orang tua harus tahu bedanya epilepsi dan kejang demam pada anak

 

Adakah Komplikasi Kesehatan Bila Bayi Sering Alami Kejang Demam?

Kejang Demam pada Bayi

“Sebenarnya kejang demam tidak menyebabkan komplikasi serius, tapi kalau kejangnya berlangsung lama dan tidak kunjung berhenti, ini harus segera dihentikan agar tidak merusak sel-sel otak,” tegas dr. Devia.

Ia juga menyarankan, ketika anak yang berusia di bawah 12 bulan mengalami kejang, harus dilakukan pemeriksaan cairan lumbal untuk mencegah kemungkinan meningitis.

Sampai saat ini, belum ada bukti kejang demam bisa menyebabkan kematian ada komplikasi penyakit berbahaya pada bayi. Tidak terbukti pula bisa menyebabkan kecacatan otak  atau gangguan intelektual. 

Akan tetapi, orang tua juga tidak boleh anggap remeh karena ini bisa mengganggu kualitas hidup bayi. Si kecil bisa rewel dan kesulitan untuk bernapas.