Selasa, 20 September 2022 09:06 WIB

Bagaimana Kanker Paru dapat Diketahui Lebih Awal Sebelum Stadium Lanjut?

Responsive image
17810
dr. Kurniyanto, Sp.P (K)-Onk - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang abnormal yang bisa berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk merusak jaringan tubuh. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer.

Bagaimana data kanker paru di dunia dan di Indonesia?

World Health Organization menyebutkan kanker sebagai salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Berdasarkan data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) 2020 yang diperoleh dari International Agency for Research on Cancer, didapatkan data bahwa kanker payudara menempati urutan pertama, diperkirakan 2,3 juta kasus baru (11.7%), diikuti kanker paru (11.4%), kolorektal (10.0 %), prostat (7.3%), dan kanker lambung (5.6%).

Kanker paru tetap menjadi penyebab utama kematian karena kanker dengan perkiraan 1,8 juta kasus kematian (18%), diikuti kolorektal (9.4%), liver (8.3%), lambung (7.7%), dan kanker payudara (6.9%).

Di Indonesia, berdasarkan data Globocan 2020, jumlah kasus baru kanker paru menempati urutan ke-3 (8,8%), setelah kanker payudara (16,6%), dan kanker serviks (9,2%). Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling banyak yang terjadi pada laki-laki (14,1%).

Bagaimana prognosa dan harapan hidup kanker paru?

Kanker paru sebagai jenis penyakit kanker dengan prognosis paling buruk yaitu rendahnya angka tahan hidup dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun meningkat sampai dengan usia 70 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis itu, antara lain jenis sel kanker, staging penyakit pada saat ditemukan, tampilan umum, dan terapi yang diberikan.

Pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi dalam kondisi stadium 4 memiliki angka harapan hidup hingga 10 bulan ke depan. Sementara bila tak diobati, angka harapan hidupnya diperkirakan 3 bulan.

Bagaimana faktor risiko kanker paru?

Faktor risiko :

1.    Perokok : penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang dikandung asap rokok itu bersifat karsinogen. Secara epidemiologis juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insiden kanker paru.

2.    Perokok pasif : perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan asap rokok.

3.    Pajanan di tempat kerja : asbes, radon, silika, dan polusi udara.

4.    Kerentanan genetik

5.    Penyakit paru kronik

Bagaimana menegakkan diagnosa kanker paru?

1.      Anamnesis

Gambaran klinik penyakit kanker paru terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :

a.      Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen).

b.      Batuk darah

c.      Sesak napas

d.      Suara serak

e.      Sakit dada

f.       Sulit / sakit menelan.

g.      Benjolan di pangkal leher.

h.      Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki.

Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :

a.      Berat badan berkurang.

b.      Nafsu makan hilang.

c.      Demam hilang timbul.

2.      Pemeriksaan Jasmani

Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor di luar paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang.

3.      Gambaran Radiologis

Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit. Pemeriksaan radiologi paru yaitu foto toraks, CT-scan toraks, bone scan, bone survey, USG abdomen, dan brain-CT, Positron Emission Tomography (PET) dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.

4.      Pemeriksaan Khusus

a.      Bronkoskopi

b.      Biopsi Aspirasi Jarum

c.      Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)

d.      Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)

e.      Transthoracic Needle Aspiration (TTNA)

f.       Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB) 

g.      Aspirasi Jarum Halus (AJH)

h.      Core Biopsy

i.       Biopsi Pleura

j.       Pleuroskopi

k.      Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS)

l.       Sitologi Sputum

5.      Pemeriksaan Biologi Molekuler

Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang. Manfaat utama pemeriksaan biologi molekuler sekarang bukan hanya menentukan prognosis penyakit tetapi juga penentuan efektifitas terapi.

Bagaimana kanker paru dapat diketahui lebih awal sebelum stadium lanjut ?

Perlu dilakukan skrining dan deteksi dini kanker paru.

Di Indonesia kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, disertai dengan meningkatnya pengetahuan dokter dan peralatan diagnostik maka skrining dan deteksi lebih awal kanker paru akan sangat penting, sebelum kanker berkembang lebih lanjut.

Skrining yakni upaya menemukan suatu penyakit sebelum menjadi kanker pada mereka yang belum bergejala namun masuk dalam kelompok berisiko tinggi terkena kanker.

Pada kasus kanker paru, kelompok berisiko yakni mereka yang berusia di atas 45 tahun dan termasuk perokok aktif serta pasif, berusia 40 tahun dengan riwayat kanker paru di keluarga serta paparan industri tertentu. Salah satu usaha kita pada orang yang belum bergejala tetapi dia berisiko tinggi maka skrining dilakukan dengan CT-scan low dose setiap 2 (dua) tahun sekali.

Deteksi dini disarankan untuk dilakukan pada mereka dengan faktor risiko dan sudah bergejala. Tanda dan gejala ini antara lain batuk berkepanjangan, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, suara serak, berat badan turun tanpa sebab jelas, sakit tulang dan kepala.

Bagaimana pengobatan kanker paru?

1.      Pembedahan

2.      Radioterapi

3.      Kemoterapi

4.      Terapi target

5.      Imunoterapi

Bagaimana saran untuk masyarakat?

1.      Sangat disarankan untuk menerapkan gaya hidup cegah kanker seperti pola makan alamiah tanpa pewarna, perasa, dan pengawet, melakukan olahraga rutin, tidak merokok, dan mengendalikan stres.

2.      Segera periksa ke dokter jika ada keluhan seperti yang sudah disampaikan di atas, terutama keluhan yang menyangkut sistem pernapasan dan mempunyai faktor risiko kanker paru.

                           

                           

 

Referensi        :

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Kanker Paru. Jakarta.

Pusat Data dan Informasi. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta.

Junita Joseph, Linda W. A. Rotty. 2020. Kanker Paru. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Medical Scope Journal (MSJ). 2020;2 (1):17 -25. e-ISSN 2715-3312.