Selasa, 05 Juli 2022 14:27 WIB

Cegah Stunting dengan Makanan Bergizi Seimbang pada 1000 Hari Kehidupan Pertama Anak

Responsive image
8439
Nanik Endah Pujiastuti, SST, RD - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Stunting menyebabkan gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Tiga hal yang dapat mencegah kejadian stunting adalah pola makan yang baik, pola asuh yang tepat dan sanitasi yang baik.

Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) anak adalah waktu paling kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Masa 1000 HPK terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan. Pola makan gizi seimbang harus diterapkan mulai dari masa kehamilan, dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Pola asuh yang  baik dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan. Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.

Sanitasi dan higienitas dijaga dengan membiasakan mencuci tangan pakai sabun, tidak membuang air besar sembarangan, menggunakan air bersih, menjaga kebersihan dan peralatan makan. Jika sanitasi tidak dijaga, buah hati akan berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti diare atau infeksi saluran napas dan pada akhirnya menggangu pertumbuhannya.

Praktek pemberian makan pada 1000 HPK menurut WHO adalah dengan memperhatikan 4 prinsip, yaitu: tepat waktu, adekuat, aman dan higienis, diberikan secara responsif

1. Tepat waktu

Asi eksklusif wajib diberikan pada bayi sampai berusia 6 bulan, dan pada saat bayi berusia 6 bulan dia sudah mencapai 2 kali berat lahirnya, bayi juga sudah lebih aktif bergerak, oleh karena itu ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, harus mulai diperkenalkan MP-ASI, sementara itu ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 24 bulan.

2. Adekuat

MP-ASI yang adekuat artinya jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan energi bayi, setelah 6 bulan ASI saja tidak cukup dan terdapat kekurangan energi yang harus dipenuhi oleh MP-AS. Pada  usia 6-8 bulan, bayi membutuhkan tambahan 200Kcal per hari, usia 9-12 bulan 300kcal per hari dan pada anak 12 -23 bulan membutuhkan 550kcal.

Konsistensi makanan mulai ditingkatkan dari makanan lumat pada awal pemberian, makanan lembek pada usia 9 bulan, dan pada usia 12 bulan, anak sudah dapat makanan makanan keluarga tentu saja dengan potongan atau tekstur yang harus diperhatikan agar tidak tersedak.

Frekuensi makan dimulai dengan 2-3 kali per hari dengan porsi 2-3 sendok makan tiap pemberian dan ditingkatkan bertahap sampai menghabiskan ½ mangkuk 250ml. pada usia 12 bulan anak sudah dapat diberikan makan 3-4 kali perhari dan sudah dapat menghabiskan ¾ mangkuk 250ml. Bayi dapat diberikan makanan selingan atau snack sebanyak 1-2 kali sehari atau sesuai nafsu makan bayi.

Jenis makanan yang diberikan sebagai MP-ASI adalah makanan pokok ( beras, kentang, sagu) dengan makanan lain yang harus diberikan adalah sumber protein hewani ( daging, ikan, hati, telur), produk susu, keju, yoghurt, kacang kacangan dan olahan kacang kacangan seperti tempe dan tahu, juga makanan sumber vitamin dari sayuran atau buah buahan.

3. Aman dan higienis

Kegiatan menyiapkan makanan bayi dilakukan dengan memperhatikan kebersihan peralatan makan seperti gelas, mangkuk dan sendok yang digunakan dengan mencucinya terlebih dahulu. Mencuci tangan pada saat ibu atau pengasuh menyiapkan dan memberikan makanan, menyimpan makanan di lemari es atau segera setelah makanan disiapkan, menggunakan bahan makanan segar dan air bersih untuk mengolah makanan.

4. Diberikan secara responsive

Memberikan makanan secara renponsif artinya orang tua menentukan kapan, dimana, dan apa yang dimakan anak, anak menetukan berapa banyak yang dia makan. Orangtua mengatur jadwal sesuai dengan sinyal lapar kenyang anak dan membimbing makan anak bukan mengontrol. Orangtua juga selalui berbicara positif tentang makanan dan memberikan pujian saat anak berperilaku makan baik namun tidak memaksa bila tidak sesuai.

Pemberian makan bayi dan anak adalah tanggung jawab keluarga, oleh karena itu ibu atau pengasuh harus paham, mampu dan terampil dalam menyediakan makanan bayi yang sesuai dan dengan cara pemberian yang benar agar kejadian stunting dapat kita cegah.

 

Daftar Pustaka:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat P2PTM. (10 April 2018). Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-metabolik/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi, diakses pada 31 Januari 2022.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. https://promkes.kemkes.go.id/panduan-kegiatan-hari-gizi-nasional-ke-62, diakses pada 31 Januari 2022.

Dr Djulistio Djais, Sp.A (k). Mkes. Peran Nutrisionis Dan Dietisien Dalam Pencegahan Anak Stunting, Bandung, 2022.